22. Dua puluh sembilan senti

1K 109 3
                                    

Dibarengin vote sama komentarnya juga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibarengin vote sama komentarnya juga ya. Terimakasih❤️🙏🏻




"Kara, Kamu kenapa?"

Raka menghampiri figur orang yang terlihat sangat kacau disana.

"Gue?" Kara malah santai menanggapi pertanyaan Raka yang terlihat khawatir, berjalan ke arahnya.

"kenapa?"

"Apa?" Kara malah bingung sendiri, merasa tidak ada yang salah pada dirinya.

"ini" tunjuk Raka, "Luka-luka. Kenapa?"

Akhirnya Kara mengerti. Agaknya Kara rada rada lemot dikit ya.

"ouhh, ini" Kara berjalan menghampiri sofa terlebih dahulu, dengan kaki sedikit pincang tentunya. "gue keserempet mobil gila di parkiran Restoran lo tadi!" ujarnya. Kara merebahkan dirinya di sofa, dan Raka mengikutinya di belakang.

"kenapa bisa?!"

"ya mana gue tau gue bakal ketabrak, Raka! Kalo tau gue ngehindar duluan tadi"

Raka menghembuskan nafas panjangnya. Sia-sia tadi dia terlihat sangat khawatir, karena orang yang mendapatkan luka-luka itu malah terlihat santai saja. Tidak meringis atau merasa sakit sedikit pun, padahal itu terlihat parah jika pihak medis yang menilainya.

"Kenapa ke rumah?"

"Lo ngusir?!!"

Raka menggeleng dengan cepat,
"ayo"

"kemana?"

"ke rumah sakit"

"ngapain?!"

"obatin lukanya"

Kara membenarkan duduknya, mencari tempat yang lebih nyaman untuk punggungnya.

"gausah berlebihan begitu deh. Gue gak papa, gak perlu ke rumah sakit segala"

"Kara. ini parah!" ucap Raka yang melihat luka-lukanya dari dekat.

"gue gak papa Raka! Ini luka kecil doang. Sehari dua hari juga bakal sembuh"

"Bisa infeksi. Ayo ke rumah sakit!" ajak nya sekali lagi.

"Gak! Ogah gue gak mau ke rumah sakit, titik!" kara mulai memejamkan matanya.

Lagi-lagi Raka menghembuskan nafas panjangnya. Kara memang keras kepala, jika tidak mau dia tetap tidak mau.

Baiklah, Raka mengalah. Jika Kara tidak mau ke rumah sakit, maka dia yang akan mengobatinya di sini. Takutnya lukanya itu infeksi, mana banyak tanah lagi yang menempel di lukanya itu.

Saat Kara masih memejamkan matanya, Raka memutuskan untuk ke dapur. Dia akan mengambil baskom berisi air, kapas, serta membawa p3k untuk mengobati lukanya Kara.

"jangan dulu tidur. Obatin dulu lukanya" ujar Raka saat dirinya kembali ke ruang tamu dengan membawa p3k dan sebaskom air bersih.

"lo bersihin sendiri aja deh, gue capek" jawabnya masih dengan mata tertutup.

K A R A (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang