BAB 9

9 4 0
                                    

Arbani memberanikan dirinya untuk menjadi ketua kelompok di regu. Dan nama kelompok tersebut adalah Merapi. Memang, setiap regu mengandung nama gunung. Ada yang bernama kelompok Sinabung , kelompok Prau, kelompok Bromo dan masih banyak lagi nama kelompoknya. Dan nantinya setiap kelompok akan disuruh untuk membuat video menarik mengenai perkenalan seluruh anggota kelompok. Dan yang terpenting, harus kompak. Karena MOS diadakan secara online, maka pembuatan kelompok pun di rumah masing-masing. "Sekarang aku akan memberikan tanggung jawab kepada ketua kelompok untuk membuat video perkenalannya dengan sekreatif mungkin ya". Ucap kakak pembimbing kemudian. Dan seluruh peserta MOS pun menjawab dengan semangat. "Baik kak". Ucap mereka kemudian. Akhirnya, grup kelompok pun menjadi ramai. Seperti menanyakan konsep apa yang akan mereka pakai nantinya. Dan Arbani pun memberi usul untuk tema daerah. Sebab, MOS nanti berdekatan dengan hari kemerdekaan. Dan ada pula yang menyahut, menyetujui usulan tersebut. Dan mereka pun mendiskusikan pakaian apa yang cocok dan semua orang mempunyainya. Supaya tidak perlu untuk membeli lagi. "Sekarang kita nentuin dulu yang buat perempuan, soalnya paling ribet buat yang perempuan". Ucap salah satu perempuan di kelompok. Mereka semua menyetujui itu.

"Dan buat yang laki-laki kita ikutin aja yang dari perempuan dulu". Ucap Arbani kemudian.

Mereka berdiskusi dengan banyaknya perdebatan yang terjadi. Untuk yang perempuan, mereka sudah memutuskan untuk memakai kain batik dan baju putih dengan yang menggunakan hijab menyesuaikan dengan baju atau bisa juga menggunakan hijab berwarna hitam.

Dan sekarang, kita beralih ke laki-lakinya. Sepertinya belum ada titik temu. Banyak yang tidak setuju dengan usulan sang ketua kelompok. "Nggak bisa, masa yang laki-laki pake sarung sih?". Nggak matching dong nanti". Ucap salah satu laki-laki yang berada di grup tersebut.

Kita pun yang perempuan hanya memperhatikan. Menunggu keputusan dari pilihan yang laki-laki.

Belum ada titik temu juga. Hingga banyak perdebatan yang terjadi. Dan dari yang anggota perempuan pun menengahi.

"Jadi, kalian mau nentuin yang mana? disamain sama yang perempuan itu pake kain bukan sarung". "Yang nggak ada kain, bisa minjem sama ibu, kakak perempuannya atau nggak sama tetangga atau jug temen SMA mungkin". Ucap salah satu perempuan di grup. Mereka masih berdebat, termasuk Arbani yang mengatakan jika ia tidak memiliki kain batik.

"Arbani, emang kamu enggak punya tetangga buat minjem kain gitu?"

"Lu itu kan ketua kelompok, masa nggak bisa sih buat berusaha gitu?". Ucap salah satu laki-laki yang sewot sejak tadi.

" Ini kok malah berantem sih?, harusnya diskusi bukannya begini". Ucap perempuan di grup tersebut.

Semakin lama, malah semakin menjadi-jadi. Jika seperti ini, maka tidak akan selesai juga.

"Sekarang, kita dinginkan pikiran". Baru nanti dilanjut lagi diskusi bajunya". Tapi nggak boleh berantem lagi. Ini masalah sepele yang nggak seharusnya dibesar-besarin".

Akhirnya, grup pun tenang kembali seperti sedia kala. Dan Arbani pun menghubungi Sekar yang memang tidak banyak berkomentar dari tadi. Karena ia tahu, model seperti Sekar tidak akan ambil pusing sebuah perkara dan keputusan. Kecuali dengan hal yang memang mengganggunya. Ia tidak akan segan-segan melakukan protes. Arbani pun menunggu Sekar untuk membalas pesannya.

Dan Setelah beberapa menit, Sekar pun membalasnya.

"Kenapa?". Ucapnya kemudian.

"Aku kesel banget sama Adam , lagian aku emang nggak punya celana hitam". Ucap Arbani kemudian.

Sekar membaca pesan tersebut, dan berpikir sejenak. Arbani memang anak yang manja. Maka dari itu, tidak heran bagi Sekar jika ia yang menjadi ketua kelompok pasti akan ada konflik seperti ini.

Sekar pun menghembuskan nafasnya sejenak, dan Sekar pun membalas pesan dari Arbani.

"Yaudah, sabar aja soalnya memang si Adam suka begitu selama gabung di grup". Ucap Sekar kemudian. Arbani yang melihat pesan dari Sekar pun sedikit tenang. Setidaknya masih ada yang bisa membuatnya tidak emosi. Sudah tugas menjadi ketua untuk lebih mengenal karakter dari anggotanya. Benar-benar menguras tenaga dan perasaannya. Itulah yang ada dipikran Arbani sekarang.

Akhirnya, mereka menyudahi pecakapan, dan Mulai untuk berdiskusi kembali . Setelah di rundingkan dan berjalan dengan alot. Mereka memutuskan untuk tetap menggunakan kain batik dan celana hitam sebagai dalamnya. Dan mereka sekarang membahas yel-yel apa yang akan dipakai untuk membuat video. Mereka juga yang akan menggunakan konsep menulis nama sendiri.

"Oke, sekarang kita mau gimana pembukaannya?". Ucap Arbani kemudian.

"Mereka semua belum ada yang menjawab. Masih berpikir apa yang menurut mereka enak untuk ditampilkan di video nanti. Tiba-tiba ada yang menyeletuk, "kita tulis dulu nama kita masing-masing, terus pembukaannya bisa kayak kita mau pidato gitu". Ucapnya kemudian.

"Berarti kita tulis dulu nama kita, tapi nama panggilan kan?". Ucap salah satu anggota.

"Iya, kita tulisnya nama panggilan aja biar nggak megang kertas dua gitu". Ucap salah satu anggota menimpali. "Sekarang kita bikin aja dulu ya". "Nanti yang sudah bikin bisa langsung dibikin videonya, terus kirim di grup ya". Ucap Arbani kemudian.

Mereka pun sibuk untuk membuat video. Sekar pun sedang mencari tempat yang terang untuk pengambilan video.

"Berarti sekarang, gw bikin nama dulu deh". "Sebentar, gw ada spidol nggak ya?". Sekar pun mengobrak-abrik isi meja belajarnya. Belum ditemukan juga, hingga beberapa menit kemudian spidol tersebut ditemukan.

"Nyari spidol aja kayak lagi nyari jodoh". Ucap Sekar yang sedang menggenggam spidolnya itu. Setelah itu, ia pun mengambil kertas HVS yang berada di selipan buku sma nya. Akhirnya lengkap sudah peralatan yang dibutuhkan. Sekar pun langsung membuat namanya dengan huruf besar.

Percobaan pertama gagal karena tercoret, Sekar pun mengganti kertas kembali. Di percobaan kedua sudah tidak ada coretan, tapi hurufnya tidak muat di kertasnya. Terlalu besar pikirnya. Sekar langsung mengganti kembali kertasnya.

"Harus berhasil di percobaan ketiga". Ucap Sekar berapi-api. Ia langsung menulis namanya dengan hati-hati. Sampai sudah pukul 16:00 sore, Sekar sudah selesai dengan tulisan namanya.

Sekarang, Sekar mulai membuat video tersebut. Dan Sekar pun mencari tempat yang sesuai dengan cahaya. Karena hari sudah mulai sore, sinar matahari sudah mulai meredup. Sekar pun membuat video tersebut di teras rumahnya.

Ia pun memegang handphonenya dan juga memegang kertas yang sudah diberi nama itu. Semoga saja hasilnya bisa memuaskan. Pikirnya kemudian. Ia pun memulai pembuatan videonya. di percobaan pertama, hasilnya buram. Dipercobaan kedua, sudah pas tapi pencahayaannya kurang. Sekar pun memutuskan untuk berganti tempat.

"Huft, disini tempat yang masih ada cahayanya". Ucap Sekar kemudian. Ia sudah bersiap untuk melakukan pembuatan video. Namun tiba-tiba, Ibro adik sepupu dari Sekar itu mengganggunya.

"Kak, mainan aku dimana ya?". Ucapnya yang tidak berdosa sama sekali.

"Aduhh, gagal lagi dong". Ucap Sekar yang mulai kesal itu.

Holaaaa,, aku comeback again.. Sekar yang sabar ya buat bikin videonya yang nggak jadi-jadi,,,

APAKAH MEREKA BERHASIL UNTUK MEMBUAT VIDEO TERSEBUT?, ATAU MALAH GAGAL DI TAHAP PERTAMA?

KITA SAKSIKAN TERUS KELANJUTANNYA.

My Kutu Kupret Arbani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang