BAB 14

9 4 0
                                    

Sekar sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh mamanya itu. Seketika, ada rasa yang tidak nyaman pada diri Sekar. Hingga mama Sekar pun membuka suara.

"Jadi, mama mau tanya, tadi nggak sengaja mama liat handphone Sekar diatas meja belajar".

"Terus ternyata ada nama Arbani di kontak namanya", "Itu siapa Sekar?". Ucap mama Sekar dengan ekspresi menunggu jawaban. Dan benar feeling Sekar, pasti mamanya itu akan menanyai hal itu.

Sekar tidak langsung menjawab hal itu, mau beralasan pun juga percuma menurutnya.

Akhirnya Sekar pun menjawab pertanyaan mamanya itu.

"Dia temen satu MOS aku ma, tapi ternyata dia itu kakak kelas aku waktu SMA juga". Ucap Sekar kemudian. Mama Sekar mengerutkan dahinya sejenak.

"Jadi Sekar udah kenal waktu SMA ?". Tanya mama lagi.

Ini yang tidak disukai Sekar kalau mamanya sudah bertanya-tanya. Seperti sekarang ini, sudah mirip dengan investigasi saja.

"Sekar nggak tau dia ma, cuma dia tau aku di sekolah". "Jurusannya juga beda waktu SMA, aku di jurusan IPA dia di jurusan IPS". Terang Sekar lagi.

Mama Sekar pun akhirnya mengerti, setelah itu mama Sekar pun mengelus rambut putrinya itu.

"Pokoknya, kamu harus hati-hati sama yang namanya Arbani itu, kalau diliat dari Bahasanya dia laki-laki nggak bener". Ucap mama Sekar kemudian.

Sekar pun mengangguk, ia pun juga sudah mengira kalau Arbani adalah orang yang tidak beres.

Setelah itu, Sekar dan mamanya pun masuk ke dalam rumahnya Sebab sudah siang. Cahaya mataharinya pun terik sekali.

Mereka kembali ke aktivitas masing-masing, dengan mama Sekar yang membereskan peralatan dapurnya.

Sedangkan Sekar, ia pun kembali ke kamarnya untuk membereskan dokumen yang sudah dilegalisir itu. Tadi pagi Sekar sudah mengambil dokumennya Bersama dengan papinya. Sekalian papinya berangkat kerja ke kantornya. Pulangnya, Sekar menaiki ojek online.

Sekar menyusun terlebih dahulu urutannya. Sebab, masih berantakan sekali dan takutnya ada yang tertinggal. Sangat teliti Sekar melihat satu per satu dokumennya. Rapot dari semester satu hingga semester enam itu. Dan juga, ia memisahkan ijazahnya yang nantinya ia bawa itu. Kemarin yang diserahkan ke kampus hanya surat keterangan lulus saja.

Hampir lebih dari lima belas menit, Sekar sudah selesai dengan membereskan dokumennya. Biar besok pagi bisa diserahkan ke kampus kembali.

Tinggal seminggu waktu liburan Sekar, antara gugup namun ia juga penasaran seperti apa dunia perkuliahan itu. Ada beberapa teman SMA nya yang juga sudah mulai memasuki pertemuan pertama perkuliahan. Ada juga yang masih menjalani MOS seperti yang Sekar lakukan dua minggu lalu.

Sekar juga sudah mempersiapkan alat tulis dan juga buku untuk mencatat materi yang akan disampaikan oleh dosen setiap matkul.

Sekar pun akhirnya merebahkan dirinya di Kasur empuknya itu. Meskipun matanya belum terpejam.

Ia hanya berharap semoga saja di hari pertama kuliahnya lancar.

Hingga tidak sadar jika ia sudah memejamkan matanya dan berada di dunia mimpi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07:00 pagi. Sekar sudah terbangun dari mimpinya itu. Dan nantinya ia akan berangkat ke kampus untuk menyerahkan sisa dokumen yang belum.

Diperjalanan, Sekar hanya melihat kearah jalanan, sambil membawa map putih ditangannya itu.

Sesampainya di kampus, Sekar pun langsung menuju ruang administrasi.

Dan ia pun sudah disambut oleh dua orang mahasiswa magang yang bertugas hari itu.

"Saya mau mengumpulkan berkas yang belum lengkap kak". Ucap Sekar sambil menyerahkan dokumen tersebut.

"Baik, kita cek dulu ya kak". Ucap salah satu petugas tersebut.

Sekar pun mengangguk, dan menunggu di kursi yang sudah disediakan.

Sambil memainkan handphonenya itu, ia tidak lupa untuk membuat status di sosmednya. Untuk memberitahu kepada mamanya itu yang mungkin melihat statusnya itu.

Beberapa saat kemudian, ada yang mengomentari pembaruan statusnya itu. Setelah dilihat, ternyata Arbani yang berkomentar.

"Loh, kamu ngapain ke kampus?" , "ada acara emang ?". Ucap Arbani kemudian.

Sekar membaca pesan tersebut dengan heran, memang kalau berhadapan dengan Arbani membuatnya pusing. Terkadang , terasa lucu, namun juga mengesalkan sekali.

Ia pun akhirnya menjawab pesan tersebut. Sebab, jika tidak dijawab pastinya Arbani akan terus menanyainya. Dan menurut Sekar, itu sangatlah mengganggu.

"Lagi serahin dokumen yang kurang ke kampus". Ucap Sekar kemudian. Setelah pesan tersebut terkirim, Arbani pun langsung membacanya.

"Ternyata dia belum ngambil ijazahnya, harusnya tadi bareng aja ke sekolah lumayan bisa goncengan , hehehehehe". Ucap Arbani dalam hatinya sambil tersenyum tidak jelas. Hingga ibunya yang melihat anaknya tersenyum-senyum itu merasa aneh. Takutnya anaknya lagi lihat video porno lagi.

Ibunya pun langsung menghampiri anak satu-satunya itu. Namun, hanya melihat dari belakang saja. Ternyata anaknya itu sedang bertukar pesan dengan temannya atau pacarnya?. Tidak ada yang tahu kecuali Arbani sendiri.

Sampai ibunya mempunyai ide jahil untuk mengagetkan anaknya itu.

Dengan pelan-pelan, ibunya mulai berjinjit mendekati pundak anaknya itu.

Hingga, ditepukan pertama, Arbani belum menyadarinya. Sampai Arbani terkaget karena di teriaki oleh ibunya dengan menyebut namanya itu.

"ARBANIIII". Ucap ibunya itu.

Seketika, Arbani pun salah tingkah menatap ibunya itu. Mengapa ia sampai tidak mendengar suara ibunya yang mungkin saja sudah memanggil dari tadi.

"Kenapa bunda teriak-teriak sih". Ucap Arbani yang merenggut kesal.

Bundanya hanya tertawa kecil melihat kelakuan anaknya itu.

Bundanya pun menjawab, "lagian kamu ngapain sih sampai senyum-senyum sendiri gitu".

Arbani tidak langsung menjawab, namun ia tersenyum kembali. Mau bagaimana lagi, mungkin saatnya ia memberitahu ibunya itu.

"Gimana ya jawabnya bun, bingung mau ngomongnya". Ucap Arbani malu-malu.

Ibunya pun akhirnya paham, jika anaknya itu sedang jatuh cinta.

Dengan geli, ibunya pun meledeki anaknya itu. "Kayak apa sih ceweknya sampai bikin anak bunda salting begini". Ucap ibu Arbani itu.

"Nanti aja deh bun, soalnya masih tahap pdkt nih". Ucap Arbani yang mulai tidak malu-malu lagi.

Ibu Arbani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya. Semoga saja kejadian di masa lalu tidak terulang kembali. Mungkin itu yang menyebabkan orang tua Arbani begitu protektif padanya.

"Yasudah, nanti langsung makan siang aja di meja". "Bunda mau pergi dulu ". Ucap ibu Arbani yang sudah bersiap untuk pergi itu.

"Bunda mau pergi kemana ?, kok rapi bener?". Ucap Arbani lagi.

"Bunda mau arisan dulu di rumah bu RT". " Nanti jangan lupa buat kunci pintunya ya". Ucap ibu Arbani yang sudah berlalu dari kamar anaknya itu.

Arbani pun akhirnya keluar dari kamarnya, dan setelah itu ia pun menuju meja makan untuk makan siang . Sebab perutnya sudah keroncongan.

"Enak banget deh masakan bunda, paling the best". Ucap Arbani sambil melahap makanannya.

My Kutu Kupret Arbani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang