BAB 31

4 3 0
                                    

Sekar yang membaca pesan tersebut serasa tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini. Mengapa secara tiba-tiba Arbani berucap seperti itu. Sekar yang tidak mau ambil pusing dengan pesan yang dikirim oleh Arbani pun langsung menutup pesan tersebut dan menaruh handphonenya diatas meja belajarnya. Lebih baik Sekar mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen atau mencatat materi yang Belum dipahaminya itu. Setelah Arbani mengirim pesan itu kepada Sekar, rasanya ada rasa khawatir didalam dirinya. Apakah ini terlalu cepat?, mungkin bagi Sekar namun tidak bagi Arbani yang sudah menunggu lama. Ia juga takut, karena ada temannya yang memang menyukai Sekar pula. Ia takut jika perjuangannya untuk menunggu akan sia-sia jika Sekar memilih orang lain selain dirinya. Memang terdengar egois, namun ini adalah prinsip yang dipegang oleh Arbani. Ia harus mendapatkan apa yang ia mau. Jangan-jangan Sekar marah padanya? , atau Lebih buruk lagi Sekar tidak menyukainya dan justru membencinya setelah ini?. Banyak ketakutan yang muncul dalam benak Arbani. Untuk menyegarkan pikirannya, Arbani memutuskan untuk mandi saja. Mungkin saja dengan bantuan air hangat bisa membuatnya tenang meskipun sesaat. Sekar mulai sibuk dengan mengerjakan tugasnya. Kali ini mata kuliah akuntansi. Mata kuliah yang menurutnya masih harus banyak dipelajari lagi. Masih beradaptasi dengan jurusan yang sama sekali tidak terpikirkan akan masuk didalamnya. Sesekali, ia melihat catatannya itu. Ia menghitung jumlah dari nominal yang sudah ia cari sebelumnya. Dan ia selalu saja deg-deg an sekali jika hasilnya tidak balance antara debit dan juga kredit. Setelah dihitung, Nominal untuk debit sudah ditemukan. Sekarang saatnya untuk menghitung nominal kredit. Sekar yang masih sibuk dengan tugasnya itu tidak menyadari jika mama Sekar sudah berada di belakangnya. Mama Sekar yang melihat anaknya sedang sibuk pun kembali untuk keluar dari kamar. Nanti jika sudah 30 menit berlalu, mama Sekar akan memanggil anaknya untuk makan malam. Arbani yang sekarang sedang makan malam bersama dengan ibunya itu hanya mengaduk-adukan makanannya. Ibu Arbani yang melihat anaknya sedang galau itu tidak mau untuk mencampuri terlebih dahulu. Lebih baik ia menunggu hingga Arbani yang bercerita sendiri. Hingga 15 menit kemudian, Arbani menyudahi makan malamnya. Mungkin hanya 5 sendok yang masuk ke dalam mulutnya. Setelahnya, Arbani menuju kamarnya. Ia baru ingat jika ada tugas yang diberikan oleh dosen. Arbani dengan langkah gontai menghampiri meja belajarnya yang masih berantakan itu. Jika ada yang melihat meja tersebut pasti langsung malas untuk belajar. Arbani langsung menyambar buku besar yang ia taruh di rak bukunya. Setelahnya, Arbani membuka laptopnya, kemudian ia menyalakan laptopnya untuk mengakses teams. Disana sudah ada tugas yang menumpuk. Arbani yang melihat tugasnya langsung pusing kepala mendadak. Apalagi ditambah dengan Sekar yang belum menjawab pesannya dari tadi sore itu. Lebih baik ia mengerjakan tugas yang sebenarnya sudah lewat dari deadline pengumpulan. Daripada tidak mendapat nilai sama sekali, Arbani mengerjakan semampunya. Terkadang ia berpikir bagaimana jika ia tidak bisa mengerjakan tugas yang lainnya?, bisa-bisa ia akan tidak lulus kuliah. Arbani pun langsung mengerjakan tugasnya, dengan kemampuan yang ia bisa. Dan lagi, soalnya berbahasa inggris. Ia harus menerjemahkan terlebih dahulu soal yang banyak itu. Jam sudah menunjukkan pukul 19:30 WIB, mungkin akan membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Sekar sudah menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Dasar 1, akhirnya ia langsung mengumpulkan tugas tersebut. Sekar pun merasa lega, tugasnya satu persatu sudah selesai. Kemudian, Sekar sesekali melihat kearah handphonenya itu. Sekar jadi teringat kata-kata Arbani. Mungkin Arbani sudah gila, itulah yang ada dipikirkan Sekar. Tapi, Sekar jadi mengingat kejadian saat Arbani datang ke rumahnya beberapa waktu lalu.

"Sekar, aku mau ke rumah kamu ya". "Jangan lupa Nanti share location, aku datang jam 19:30 WIB ". Ucap Arbani di dalam pesan.

Sekar yang melihat itu langsung menghampiri mamanya. Dan mengatakan jika Arbani akan datang untuk mengambil buku pesanannya. Mama Sekar pun mengangguk, kemudian mulai menunggu dengan Sekar di teras rumahnya. Setelah hampir 1 jam, Arbani pun datang. Jika Sekar melihat secara langsung, ia sudah tidak kaget lagi. Sebab, ia pernah melihat Arbani di saat SMA. Sedangkan mama Sekar, melihat Arbani dari atas hingga bawah. Hingga atensi keduanya teralihkan dengan laki-laki paruh baya yang mungkin seusia dengan papi Sekar itu. Masih duduk diatas motornya. Sekar pun masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil buku pesanan yang ia taruh di meja belajarnya. Mama Sekar mulai membuka percakapan diantara mereka bertiga.

"Ini Arbani teman kuliahnya Sekar?". Ucap mama Sekar kemudian.

Arbani yang ditanya pun menjadi kikuk. Kemudian mengangguk sebagai jawaban. Dalam hati Arbani Mengapa ia bisa menjadi seperti ini. padahal ia sudah berlatih di depan cermin supaya tidak grogi. Namun kenyataannya, Arbani semakin kikuk saja. Dan mama Sekar pun mencoba untuk memaklumi jika anak muda di depannya ini sedang grogi. Kemudian, mama Sekar juga mempersilahkan laki-laki paruh baya yang mengantar Arbani itu untuk duduk di kursi yang sudah disediakan di teras. Bersamaan dengan Sekar yang sudah kembali sambil membawa buku yang lumayan tebal itu. Arbani pun akhirnya mengenalkan kepada mama Sekar jika laki-laki itu adalah ayahnya. Mama Sekar dan Sekar yang mendengar itu sedikit terkejut. Karena sedari tadi, Arbani tidak mengenalkannya kepada mereka berdua. Dan lebih parahnya lagi, mama Sekar pun mengira jika laki-laki itu adalah orang yang mengantar Arbani saja. Bukanlah orang tua dari Arbani. Akhirnya, mama Sekar pun mengobrol dengan ayah Arbani itu. Sedangkan Arbani dan juga Sekar masih berdiri dengan menghadap satu sama lainnya. Sekar pun memberikan buku tersebut kepada Arbani. Setelahnya, Arbani pun menerima buku tersebut.

"Hmm, jadi berapa harga bukunya sama ongkos kirimnya Sekar?". Ucap Arbani memulai percakapan.

Sekar pun menjawab sambil menghitung seluruh total harganya.

"Semuanya jadi RP. 100.000 sama ongkos kirimnya". Ucap Sekar kemudian. Arbani pun langsung merogoh saku celana. Setelahnya, Arbani pun menyerahkan selembar uang RP.100.000 itu. Sekar menerimanya, setelahnya bertanya apakah Arbani telah selesai dengan tugasnya. Arbani pun dengan memainkan ujung jemarinya menjawab jika ia Belum menyelesaikan tugasnya. Padahal deadline pengumpulannya tinggal 2 hari lagi. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 WIB, ayah Arbani pun memutuskan untuk berpamitan kepada mama Sekar dan juga Sekar itu. Setelahnya, mereka pun mulai meninggalkan rumah Sekar. Sekar dan mama Sekar pun masuk kembali ke dalam rumahnya. Dan Sekar langsung menuju kamarnya itu. Sedangkan mama Sekar kembali ke kegiatan awal untuk merapikan dapur.

Sekar pun kembali dari lamunannya. Mama Sekar yang saat itu tidak berkomentar tentang Arbani pun akhirnya memberikan pendapatnya. Itulah yang membuat Sekar akan menolak pernyataan cinta dari Arbani itu.

My Kutu Kupret Arbani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang