BAB 24

6 4 0
                                    

Arbani melihat jam dikamarnya yang sudah menunjukkan pukul 22:00 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arbani melihat jam dikamarnya yang sudah menunjukkan pukul 22:00 malam. Ia ragu sebenarnya untuk melakukan tindakan ini.
Tapi, ini sangat mendesak sekali, semoga saja bisa. Akhirnya, Arbani pun mengambil handphonenya yang tergelatak di kasurnya itu. Namun, saat ia akan memencet nomor tersebut ia pun menaruh kembali handphonenya itu. "Jam segini pasti Sekar udah tidur, terus gimana ya caranya?".  Ucap Arbani yang mengacak-acak rambutnya. Arbani pun melanjutkan kembali mengerjakan tugas yang sudah deadline itu. Sudah setengah jam Arbani berada di depan laptopnya, tetap saja masih belum menjawab pertanyaan demi pertanyaan itu. Dengan tekad yang kuat, Arbani pun mengambil handphone kembali.
"Pokoknya harus dicoba dulu meskipun kesempatannya kecil". Ucap Arbani yang menggebu-gebu.
Arbani langsung memencet nomor Sekar, dipanggilan pertama tidak ada jawaban sama sekali.

Ia sudah menduga hal ini akan terjadi, ia pun mencoba lagi untuk panggilan kedua. Semoga saja diangkat oleh Sekar.

Namun, sepertinya dewa fortuna sedang tidak berpihak pada Arbani. Deadline tinggal sebentar lagi. Memang sepertinya Arbani harus mengerjakan sendiri tugasnya itu.

Waktu tinggal dua jam lagi, Arbani semakin panik saja. Apa yang harus dijawab dengan semua soal ini?. Arbani pun pasrah saja, iapun menjawab soal dengan jawaban yang ia tidak yakin apakah benar atau salah. Yang terpenting adalah, semua jawaban tertera di dokumen tersebut. Ia sangat tidak menyukai dosen mata kuliah ini, mungkin seluruh mahasiswa disini juga tidak menyukainya juga.

Sekitar pukul 23:45 WIB , Arbani sudah selesai dengan semua tugasnya. Tidak lupa ia juga mengirim tugasnya itu di teams. Sia-sia jika ia sudah membuat tugasnya hingga mepet deadline dan tidak terkumpul. Dengan harap-harap cemas, Arbani berharap semoga saja terkirim tugasnya. Terkadang jaringan internet suka sekali tidak mau bekerja sama. Hingga 5 menit, barulah tugas itu terkirim. Arbani pun bisa bernafas lega. Kemudian, Arbani pun menghempaskan tubuhnya dikasur. Baru saja ia menempuh semester satu , rasanya sudah berat sekali. Jika ia meminta kepada kedua orang tuanya pasti tidak akan dibolehkan. Sebab, ia sudah pernah menempuh kuliah di kampus lain dengan jurusan yang berbeda. Sudah dua semester ia di kampus tersebut, namun ibunya merasa jika anaknya itu seperti tidak serius dalam kuliahnya itu. Kemudian, kedua orang tuanya pun memutuskan untuk mengeluarkan Arbani dari kampus tersebut. Hingga Arbani pun diberi pilihan oleh kedua orang tuanya untuk memikirkan terlebih dahulu apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh Arbani itu. Sampai satu tahun lamanya, Arbani pun memtuskan untuk bekerja terlebih dahulu. Memang bukan seperti bekerja dikantor, namun disebuah toko dengan gaji yang tidak terlalu besar. Ia melakukan kegiatan itu hingga saudaranya pun datang berkunjung ke rumahnya. Banyak percakapan yang terjadi. Sampai saudaranya pun bertanya kepada Arbani apakah ia masih kuliah?. Arbani pun menjawab dengan gelengan kepada saudaranya itu.

Saudaranya pun bingung dengan Arbani, hingga orang tua dari saudara sepupunya pun menyeletuk bagaimana jika Arbani ikut dengannya saja di Jakarta. Dan juga, saudaranya itu berkuliah di universitas Tri Darma Jakarta. Arbani yang mendengar itu pun menolak dengan halus ajakan itu. Sedangkan kedua orang tua dari Arbani pun setuju saja dengan keputusan dari saudaranya itu.

"Kenapa nggak ikut aja Arbani?, daripada kamu kerja disini mendingan kamu ikut aku aja kuliah di Tri Darma". Ucap Saudaranya itu. Ayah Arbani pun bertanya mengenai kampus dari keponakannya itu.

"Kampus Tri Darma ada cabang di kota ini juga ?". Ucap ayah Arbani kemudian.

Keponakannya pun menjawab "Ada pakde, kalau nggak salah sih nggak jauh kok dari sini". Ucap keponakannya itu. Ayah Arbani pun mulai berpikir, mungkin ia akan melihat kampus dari keponakannya itu. Menurutnya, sudah cukup satu tahun ia memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berpikir ulang. Ia hanya memiliki anak satu-satunya dan itu adalah laki-laki. Sangat disayangkan jika berhenti sampai disini saja. Ayah Arbani pun memutuskan untuk menguliahkan kembali Arbani di kampus yang sama dengan keponakannya itu. Semoga saja di kampus yang baru juga membuka lembaran baru juga.

Arbani masih termenung dengan pikirannya sendiri di kasurnya itu. Jam sudah menunjukkan pukul 00:30 WIB, padahal besok ia ada kelas pagi. Ia jika sudah begini rasanya malas sekali untuk masuk kuliah. Daripada kepala semakin pening, lebih baik ia tidur sekarang. Arbani pun mulai menuju alam mimpinya.

Pagi harinya, Sekar sudah rapi dan sekarang sedang sarapan di meja makan. Ia sarapan dengan Papinya itu. Hari ini Papi Sekar berangkat tidak sepagi biasanya. Maka jam 07:00 WIB papi Sekar masih berada dirumah. Sesekali papi Sekar menanyai sampai pukul berapa Sekar akan kuliah. Setelah selesai sarapan, papi Sekar pun berangkat ke kantornya dengan Sekar dan juga mama yang mengantar sampai ke depan rumah.

Kemudian, Sekar pun juga bersiap untuk memulai kuliahnya pada pagi ini. Seperti biasanya, Sekar masih menunggu meet now yang dibuat oleh dosen yang mengajar. Sekitar 10 menit, barulah ada meet now tersebut. Sekar melihat jika temannya Rani sudah hadir di meet now, jadi ia tidak perlu untuk mengingatkan temannya itu. Rani adalah tipe orang yang suka sekali pelupa. Terkadang, baru saja dijelaskan pasti ia sudah lupa saat sedang mengerjakan latihan soal. Sekar pun menjelaskan kembali apa yang disuruh oleh dosen tersebut.

Sekitar 15 menit, seluruh mahasiswa sudah masuk ke dalam meet now, dan dosen pun mulai menjelaskan materi baru.

Selama beberapa menit, Sekar masih fokus dengan penjelasan dosen, namun tiba-tiba saja Andy yang datang dari arah pintu pun membuat Sekar terpaksa untuk menutup camera terlebih dahulu. Andy yang sangat penasaran itu langsung menaiki kakinya ke bangku tempat Sekar duduk. Sekar pun mengangkat Andy agar memudahkannya untuk duduk dan tidak jatuh. Setelahnya, Andy pun mulai beraksi dengan mengambil pulpen yang digunakan Sekar untuk mencatat materi tersebut. Hampir 15 menit, Andy berada di pangkuan Sekar hingga mama Sekar pun menghampiri Andy yang berada di kamar Sekar itu. Kemudian, mama Sekar pun mengajak Andy untuk bermain di ruang tv. Sekar yang sudah melihat kondisi aman pun membuka kamera kembali. Sebab, dosen mata kuliah ini mewajibkan untuk membuka kamera. Setelahnya, Sekar kembali fokus dengan materi yang dijelaskan oleh dosen.

Ada yang menarik perhatian Sekar sedari tadi. Namun, ia tidak ingin langsung menyimpulkan hal ini terlebih dahulu.

Sekar pun dengan sengaja untuk menutup kameranya kembali. ia ingin memastikan satu hal terlebih dahulu. Sekitar beberapa detik, Sekar pun melihat secara langsung. Dan benar dugaan Sekar ini.

Seketika, Sekar pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja pikirnya dalam hati.

My Kutu Kupret Arbani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang