BAB 64

1 1 0
                                    

Sekar melihat kearah jendela kamarnya itu. Hujan sudah mulai reda. Dan juga, Asset kali ini juga berjalan dengan cepat. Sekar ingin sekali tidur sekarang. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya kakak pembimbing pun mengakhiri kelas asset tersebut. Sekar yang senang pun langsung mengucapkan terima kasih dan langsung keluar dari room. Sekar pun langsung merapikan peralatan kuliahnya dan setelahnya Sekar langsung melompat ke kasurnya yang sudah melambai itu. Kemudian, Sekar pun langsung menutup matanya menikmati semilir angin dan juga aroma alam yang masuk di sela-sela jendela kamarnya.

Arbani sudah keluar dari room. Setelahnya, ia pun menaruh laptopnya diatas meja belajarnya. Ia juga melihat kearah jam di dinding kamarnya itu. Masih siang rupanya. Dan juga, ia baru saja terbangun dari tidurnya. Karena ia bosan dengan kegiatan di kamarnya itu, Arbani pun keluar dari kamarnya untuk melihat apakah ada Ibunya atau tidak. Arbani melihat jika Ibunya sedang memasak di dapur pun akhirnya menghampiri Ibunya dan meminta izin untuk bermain di lapangan dekat dengan rumahnya itu. Ibu Arbani yang melihat kedatangan anaknya itu dengan membawa handphonenya pun sudah mengetahui jika anaknya akan meminta sesuatu pun rasanya menjadi malas. Lebih baik jika ibu Arbani mengijinkan saja anaknya daripada merengek dan membuat kepalanya pusing saja. Arbani pun tersenyum manis kepada Ibunya itu, dan langsung melangkah keluar dari rumahnya untuk bermain. Ibu Arbani juga langsung melanjutkan acara memasak yang tertunda.

Mama Sekar membuka pintu kamar anaknya itu. Ternyata, anaknya sedang tertidur di kasurnya. Mama Sekar pun melihat kearah jam dinding, mungkin nanti mama Sekar akan membangunkan Sekar lagi. Setelahnya, mama Sekar pun langsung menutup kembali pintu kamar anaknya dan menuju ruang tamu untuk menonton televisi.

Anthoni juga sudah selesai dengan Assetnya hari ini. Kemudian, ia pun melihat jika ada tugas yang datang dengan deadline yang hanya diberikan hingga malam ini. Anthoni pun tidak mematikan laptopnya. Ia pun hanya melihat layar laptopnya, setelahnya mencari bahan untuk tugasnya itu. Setelah ia merasa yakin dengan bahan tugas yang sesuai, Anthoni pun langsung mengambil buku tugasnya dan juga pulpennya itu. Ia juga tidak lupa untuk menyalakan lagu di laptopnya itu untuk mengurangi rasa kantuknya. Kemudian, ia mulai fokus dengan menulis jawaban dari tugasnya itu. Semoga saja ia dapat menyelesaikan seluruh tugasnya yang memiliki jawaban yang sangat banya.

Sekar sudah terbangun dari tidurnya setelah ia dibangunkan oleh mamanya itu untuk makan siang. Setelah Sekar mengumpulkan nyawanya itu, Sekar pun langsung menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia merasa lebih segar dari biasanya. Sekar langsung keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Sesampainya disana, Sekar melihat mamanya yang sedang menonton televisi. Sekar pun akhirnya mengambil piring dan juga peralatan makan lainnya dan langsung memakan makanannya dengan tenang.

Arbani sudah sampai di lapangan sepakbola dekat dengan rumahnya itu. Kemudian, ia melihat jika sudah ada temannya yang sedang bermain. Ia pun akhirnya ikut bergabung. Meskipun sebenarnya, ia juga mengikuti kegiatan sepakbola ini di kampus juga. Ia sebenarnya sudah tidak bisa mengikuti kegiatan sepakbola di kampusnya karena selalu bentrok dengan jadwal asset. Setelahnya ia pun memutuskan untuk tidak mengikuti kembali kegiatan sepakbola. Sebenarnya bukan itu saja alasan utama Arbani tidak mau lagi untuk mengikuti kegiatan di kampus. Karena ia sangat benci dengan Anthoni yang sekarang bisa mendapatkan hati Sekar itu. Tidak sia-sia Anthoni membela Sekar dimana Arbani yang saat itu sangat kurang ajar menurut teman-teman satu grupnya itu. Sebenarnya, mereka yang berada di dalam grup tersebut sangat terkejut. Dan mereka tidak menyangka jika Arbani akan mengatakan hal itu. Anthoni yang sudah geram dengan seluruh kelakuan dan tindakan Arbani selama ini pun tidak tahan. Ia pun membela Sekar dan mengatakan tidak mungkin Sekar perempuan seperti apa yang dibicarakan oleh Arbani. Dan sekarang pun, terbukti. Meskipun Anthoni belum melihat secara langsung seperti apa sosok Sekar itu. Namun, ia yakin jika Sekar bukanlah perempuan seperti itu. Dan juga, Hendra yang selalu satu kelompok dengan Sekar pun merasakan hal yang sama. Meskipun, sebenarnya mereka ingin percaya dengan ucapan Arbani, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Mereka ingin sekali bertemu dengan Sekar jika kampus sudah offline. Karena menurut mereka, Sekar bukanlah tipikal perempuan yang mudah untuk diajak keluar untuk bertemu. Jika dilihat lagi, Sekar bukanlah perempuan sembarangan.

Sekar sudah selesai dengan makan siangnya. Kemudian, ia pun menuju ruang tamu untuk bergabung dengan mamanya yang sedang menonton berita. Tumben sekali pikir Sekar. Karena biasanya, mama Sekar akan menonton acara gosip ataupun variety show. Akhirnya, Sekar pun duduk disamping mamanya itu.

Anthoni masih saja berkutat dengan tugasnya. Sesekali ia melihat kearah handphonenya itu dan melihat jika temannya juga sedang pusing dengan tugas yang diberikan. Kemudian, Anthoni pun melanjutkan kembali mengerjakan tugasnya sampai tidak menyadari jika Ibunya datang ke kamarnya. Ibu Anthoni pun membuka pintu kamar dari Anthoni. Ibu Anthoni pun melihat jika anaknya sangat sibuk dengan buku dan juga kertas-kertas yang sudah berantakan hingga jatuh di lantai. Karena melihat anaknya yang sibuk itu, ibu Anthoni pun menutup kembali pintu kamar anaknya itu. Ibu Anthoni akan memanggil Anthoni kembali untuk makan siang. Anaknya iti selalu saja menunda untuk makan. Ia lebih baik meminum segelas kopi daripada sepiring nasi. Jika diteruskan seperti itu, anaknya bisa mengalami gangguan kesehatan.

Anthoni belum menyadari kepergian Ibunya dari kamarnya itu. Sungguh, soal untuk satu nomor saja sudah membuatnya migran, bagaimana ia mengerjakan tugas ini dengan 3 nomor?. Setelahnya, ia pun mengambil air minum yang sebelumnya sudah ia ambil dari dapur itu. Setelahnya, ia pun meminum air putihnya dengan rakus. Tidak tahu Mengapa ia sangat haus sekali. Setelahnya, ia pun langsung melanjutkan kembali acara mengerjakan tugasnya.

Arbani masih bermain bola di lapangan. Sesekali ia akan mencetak score di kandang lawan. Namun, ia tidak berhasil menembus pertahanan lawan. Dengan begitu, perasaannya menjadi campur aduk saja. Seketika ingatan saat ia melakukan kesalahan dengan Sekar itu berputar. Dan juga, pembelaan dari Anthoni pun menambah kadar kekesalannya. Karena itu pun, ia sampai tidak menyadari jika ia menendang bola sampai akan mengenai teman satu grupnya itu. Teman Arbani pun sampai menegur Arbani yang tidak teratur selama permainan berlangsung. Setelahnya, Arbani pun berhenti untuk bermain bola di lapangan. Jika pikirannya saja sedang kacau begini, bagaimana ia bisa untuk mencetak score?. Setelah beristirahat Sebentar, ia pun berpamitan dengan teman-temannya dan pergi untuk pulang ke rumahnya.

My Kutu Kupret Arbani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang