BAB 66

1 1 0
                                    

Sekar dan Rani masih berkutat dengan soal-soal yang memusingkan itu. Hampir setengah jam berlalu mereka habiskan. Namun, mereka senang karena sebentar lagi mereka akan selesai dengan tugas tersebut dan langsung dikirim. Setelah Rani sudah selesai dengan menulisnya, kemudian Rani memberikan jawabannya kepada Sekar. Sekar yang masih menuliskan jawabannya di kertas pun menoleh kearah handphonenya yang berdenting. Setelahnya, ia melihat kearah handphonenya dan ia pun mulai melihat jawaban dari Rani itu. Ia yang sudah selesai dengan jawabannya itu langsung mengirim jawabannya pula ke Rani. Mereka memang akan bertukar jawaban dan saling mengoreksi satu sama lainnya. Barulah, setelah semuanya selesai dan sudah siap untuk dikirim, Rani dan juga Sekar akan mengecek satu persatu jawaban yang sudah mereka kerjakan bersama itu. Barulah, mereka mengumpulkan jawaban tersebut. Sekar dan Rani pun akhirnya bernapas lega. Setelahnya, mereka pun mengakhiri panggilan terlebih dahulu dan saling melambaikan tangan kearah layar laptop masing-masing. Sekar pun langsung merapikan laptopnya dan juga kertas-kertasnya yang berantakan sekali. Bisa-bisa, mamanya akan marah kepadanya karena terlalu berantakan. Sekar yang merasa sudah bersih pun langsung merebahkan dirinya ke kasur empuknya itu. Ia juga memeluk boneka kesayangannya itu. Ia pun mengarahkan pandangan ke atas langit-langit kamarnya. Seperti sekarang ini, ia merasa hidupnya sedikit tenang tanpa gangguan dari seseorang. Ia juga berpikir, mungkin ini adalah jawaban atas seluruh doa-doanya. Setelah itu, Sekar pun mulai memejamkan matanya sejenak untuk mengistirahatkan diri dari tugas yang menguras otaknya dan juga tubuhnya itu. Semoga saja ia untuk mengikuti kuliah keesokan harinya.

Waktu sudah menunjukkan sore hari saja. Anthoni baru saja membeli pesanan kak Meyra setelah berputar di sekitar perumahannya itu. Biasanya, makanan yang disukai kakaknya itu berjualan di taman perumahan. Dan sekarang, tidak ada satupun yang menampakkan dirinya di taman tersebut. Hingga Anthoni pun menemukan satu orang yang sedang berjualan di ujung taman perumahan. Anthoni yang senang pun langsung menghampiri. Setelah beberapa menit, Anthoni pun langsung menuju rumahnya itu dengan membawa dua kantung kresek di tangannya. Kemudian, ia pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Arbani sudah terbangun dari tidur yang terasa sangat panjang itu. Kemudian, ia melihat ke sekeliling kamarnya yang sudah gelap gulita. Padahal, waktu sudah menunjukkan sore hari. Arbani pun beranjak dari kasurnya itu. Dan mulai melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang sudah lengket dengan keringat itu.

Ibu Arbani datang ke kamar anaknya itu. Setelah membuka pintu kamar, tidak ada tanda-tanda anaknya itu berada di kamarnya. Setelah memasuki lebih dalam, terdengar suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi. Kemudian, ibu Arbani pun melihat ke sekeliling kamar anaknya itu. Tidak ada yang mencurigakan menurutnya. Namun, menurut ibu Arbani kamar tersebut sangat gelap sekali. Akhirnya, Ibu Arbani pun menyalakan lampu kamar anaknya itu. Dan melihat jika kamar anaknya masih seperti sedia kala. Hanya kasur saja yang bekas seperti seseorang yang baru saja terbangun. Kemudian, Ibu Arbani pun meninggalkan kamar anaknya itu dengan tanpa curiga sama sekali. Padahal, banyak sekali pecahan kaca yang tersembunyi di bawah kolong kasur anaknya itu. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika Ibu Arbani melihat semua kekacauan yang dibuat oleh Arbani itu. Semoga saja ibu Arbani tidak terkena serangan jantung mendadak.

Setelah beberapa menit kepergian Ibunya, Arbani sudah selesai dengan acara mandinya itu. Kemudian, ia pun mulai memilih baju tidur berwarna hijau lumut. Setelah dirasa pas, Arbani pun menggantungkan handuknya di kamar mandi kembali. Ia tidak langsung keluar dari kamarnya itu, namun membuka buku tugasnya yang ia taruh diatas meja. Setelahnya, ia pun mendudukkan dirinya di kursi dengan tenang meskipun pikirannya yang tidak tenang sama sekali. Ia juga baru mendapat informasi jika semester berikutnya, mereka akan kuliah di kampus. Arbani yang melihat pengumuman itu menjadi takut saja. Jujur saja, ia masih teringat dengan ucapan terakhir Sekar dan juga status media sosial Sekar saat itu. Sekar akan menunggu saatnya jika mereka akan berkuliah di kampus, siapakah yang akan disebut sebagai pembohong dan seseorang yang tidak benar itu sebenarnya. Menurut Arbani, ia seperti membawa boomerang untuk dirinya sendiri. Seketika, ia pun mulai menekukkan kakinya keatas kursi. Ia merasa tubuhnya menggigil saja. Bagaimana yang akan terjadi dengan dirinya saat kuliah perdana nantinya?. Seperti apa Sekar itu?, dan masih banyak lagi kemungkinan buruk.

"Lu, jangan macam-macam sama gw".

"Karena lu itu Belum tahu siapa sebenarnya gw"

"Dan lu akan lihat siapakah yang akan mengungkap kebenaran itu, gw nggak perlu mengatakan ke semua orang tentang kebaikan gw". "Karena, pembuktian yang diperlukan".

Itulah kata-kata terakhir Sekar kepada Arbani saat mereka bertengkar. Meskipun memang Arbani pantas mendapatkannya. Dan inilah yang ditakuti oleh Arbani. Sekar akan melakukan hal yang memang ia ucapkan itu. Tidak ada kebohongan sama sekali pada dirinya itu. Berbeda dengan dirinya yang selalu saja tidak mau mengatakan yang sejujurnya kepada teman-temannya. Ia sungguh menyesal sekarang. Nasi sudah menjadi bubur. Hendra juga sudah berbeda dengan dirinya. Jika Anthoni, ia masih mau untuk menemani Arbani meskipun sebenarnya dalam hati ia sangat benci sekali. Masih ada rasa kecewa dan juga dendam yang ia rasakan. Arbani yang pusing memikirkan semua itu pun lebih baik untuk keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk mengambil air minum. Semoga saja ia meredakan rasa takut dan menyesalnya itu.

Anthoni sudah sampai di depan rumahnya. Kemudian, ia pun turun dari motornya terlebih dahulu dan mulai membuka pagar rumahnya. Setelah terbuka, ia pun mulai menaiki kembali motornya dan membawa masuk motornya itu. Ia juga tidak lupa untuk menutup kembali pintu pagar tersebut. Setelahnya, ia pun membawa dua kantung kreseknya itu menuju ruang makan. Semoga saja makanan tersebut bisa mengenyangkan perutnya yang sudah mulai kelaparan. Menurutnya, ia terlalu lama saat mencari makanan pesanan kakaknya itu. Ia pun sampai ingin menyerah saja. Namun, keberuntungan masih berada di pihaknya. Ia sudah masuk ke dalam rumahnya, ia melihat jika ayah dan Ibunya tidak ada di ruang tamu itu. Tersisa kakaknya yang berada di dapur sedang memasak untuk makan malam. Anthoni pun langsung menghampiri kakaknya yang sedang sibuk untuk menggoreng ikan itu. Kemudian, Anthoni pun melangkah mengambil piring yang berada di samping kakaknya itu. Sampai kak Meyra terkaget dengan kedatangan adiknya yang sudah muncul di sampingnya itu. Ia yang kesal pun memukul punggung Anthoni dengan spatula yang tidak ada minyak itu. Anthoni hanya mengaduh kesakitan dan kabur dari pukulan maut kakaknya itu.

My Kutu Kupret Arbani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang