"Tapi mas gimana bilangnya kita sama V kalau dia mau dapet adek." Jungkook dibelakang tengkuk. V juga akan sama kagetnya dengan pemberitaan ini kan. Tapi mungkin bagusnya V juga akan sadar diri untuk tidak lagi memaksakan dirinya untuk menempati posisi di antara ia dan ayahnya. Tak ada celah dan kesempatan yang terlihat untuk Jungkook bisa berbalik. Sama sekali tidak ada. V juga harus berusaha melepas sukanya dan melemparnya pada yang lain. Pada satu orang yang pantas untuk dia temani, dan itu bukan dirinya.
"Mau tidak mau kita harus tetap memberitahunya sayang. Terlebih dengan adanya adik sebagai penegas bahwa kamu memang seutuhnya akan tetap menjadi milik ayahnya, saya akan memilih untuk egois dan seperti katamu bahwa inilah hak saya dengan mempertahankanmu karena kamu suami saya."
Jungkook mengendurkan peluk dan menatap lelaki tua ini langsung pada bagian mata. Hanya umurnya saja yang tua, Taehyung justru terlihat seperti baru menginjak angka 30. "Taehyung senang?"
"Lebih dari senang astaga. Saya tak bisa mengekspresikannya seperti apa lagi karena saking senangnya, awalnya diberi izin untuk memilikimu dan menjadikanmu utuh milik saya saya tidak percaya karena kamu tahu sendiri setakut apa kamu saat saya dekati Jungkokie." Taehyung yang memang Jungkook iyakan. Awal masa di mana dia hanya diburu takut saat berdekatan dengan suami. "Tapi sekarang lihat, saya bisa menjadi bagian adik ada di sini sudah seperti mimpi saja. Saya tidak mengharap terlalu jauh, tapi Tuhan kasih saya lebih. Saya harus lebih banyak bersyukur dan beribadah sepertinya."
"Syukur kalau Taehyung senang."
"Masa saya tidak senang bisa mendapat adik dari orang secantik kamu." Taehyung menjawil pipinya. "Ingin pergi berlibur lagi?"
Jungkook memajukan bibir melucu. "Kemarin aja nggak jadi."
"Setelah mendengar ini saya yakin V tidak akan lagi merecoki kita sayang. Kita pergi keluar negeri untuk satu minggu lalu kita beritahu keluarga, kita ke rumahmu dulu baru ke rumah ibunya mas."
"Memangnya bisa mas cuti selama itu?" Jungkook tak yakin. Taehyung tidak akan mungkin mau membuang waktu pada hal-hal yang kurang terlalu penting dibanding kerjaan apalagi liburan dan bersenang-senang.
"Saya pastikan bisa. Mungkin dengan dalih merawat kamu atasan saya bisa mengizinkan."
"Bawa aku Maldives lihat pantai. Baru aku maafin Taehyung." Jungkook berani meminta. Jika pantai Jeju tak bisa, mungkin pantai yang ada di tempat di mana orang bilang jadi destinasi wajib yang harus jadi tujuan bulan madu itu mereka bisa. Harus.
"Masih mau memanggil saya nama."
"Aku panggil mas lagi kalau udah aku maafin. Masih marah, masih sakit, masih mau benci Taehyung bajingan." Jungkook merasa puas. Selagi bisa banyak mengumpat sekalian saja ia puas-puaskan.
"Haduh, kalau saya ikut marah kamu jadi tambah susah saya bujuknya." Taehyung menggaruk rambutnya karena memang tak diberi pilihan. "Kamu boleh marah dan benci apapun saya semau kamu saya persilahkan, saya pahami itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Date Your Father [COMPLETED]
Fanfic"Karena sudah menikah jangan panggil saya lagi dengan oom," katanya berbisik halus ditenga membuat tubuh dengan impulsif bergidik. "Kalau begitu apa dong oom-eh. Aduh, maaf keceplosan. Oom ada saran?" "Panggilnya mas aja." Dengan satu alasan konyol...