"Karena sudah menikah jangan panggil saya lagi dengan oom," katanya berbisik halus ditenga membuat tubuh dengan impulsif bergidik.
"Kalau begitu apa dong oom-eh. Aduh, maaf keceplosan. Oom ada saran?"
"Panggilnya mas aja."
Dengan satu alasan konyol...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“MANDI SENDIRI OOM TUA!” teriaknya kencang menembus dinding kamar. “Manja banget apa-apa ditemenin.” lanjutnya merutuk.
Sudah terlalu bosan karena semalaman dijadikan hidangan. Pagi sekitar jam tiga Jungkook pergi dan melepas diri sendiri untuk mandi karena merasa gerah dan lengket pada bagian bawah. Dia banyak menghabiskan waktu di kamar mandi hampir menginjak satu jam lamanya. Berendam didalam bak mandi terasa jauh lebih menyamankan dibanding tidur dalam kuncian. Tubuhnya diperangkap erat dua tangan jadi kesulitan bergerak secara leluasa ditambah tubuh mereka dalam kondisi polos tak berpakaian. Salah gerak sedikit bisa-bisa ia kembali dimakan.
Setelah melucuti ranjang dan selimut yang akan dicuci pagi ini Jungkook memutuskan pergi keluar. Entahlah, persiapan kerja bisa lelaki itu ambil sendiri. Jungkook tak mau mengurus sekarang.
“Oh V mau ke mana? Rapi banget?” Jungkook sapa lebih dulu. Mereka berpapasan saat sama-sama ingin turun kebawah. Tak sepertinya yang masih memakai baju santai rumahan V memang lebih rapi dengan gayanya yang casual. Benar-benar terlihat seperti seorang mahasiswa tingkat akhir, tapi yang ini lebih tertata. Jungkook tak akan menyangkal juga tak akan menolak jika saat itu V datang dan menjelaskan apa kejadian dari sebenarnya ia akan memaafkan dan mungkin mengiyakan jika V mengajak mereka balikan.
V bagus luar dalam. Entah dari perawakan, pahatan wajahnya juga sikapnya yang selalu menyenangkan. Dia selalu nyambung saat diajak berbincang, tak pernah merendahkan apalagi menyinggung status mereka dimasyarakat. Meski bukan golongan chaebol, V memang lebih ada tingkat kasta agak atas dibanding dirinya. Dia suka dimanja, dan dia hanyalah seorang bayi di mata Jungkook. Presentase menyebalkannya malah lebih rendah daripada ayahnya
“Nugas sama temen. Ada yang mau dibahas," jawabnya ringan.
Mereka berjalan bersampingan dan berjalan turun melewati tangga rumah. Saat seperti ini mereka seperti pemilik rumah ini berdua. Selayaknya pasangan muda yang baru memberanikan diri untuk menikah dan rumah masih terdengar kosong dan hening. Masih belum terdengar celoteh si kecil.
“Kamu ngejar magister? Hebat pinter kamu juga ya.” Jungkook menatap kagum kesamping.
“Dari dulu juga udah pinter. Kamu bisa aku pacarin pun itu karena pinter aku deketin.” V menggoda dengan mendekatkan diri dan Jungkook refleks mundur dengan dua tangan yang mendorong bahu anak sambungnya itu menahan. Dia tak serius mencari kesempatan saat ayahnya tak ada kan.
“Nggak nyambung.” Jungkook berpaling angkuh.
“Hari ini mau ke mana?”
“Nggak ke mana-mana, mungkin keluar pergi sama Seoram atau Geouha kalau mereka mau aku ajak jalan.” Jungkook memang akan menghubungi teman-teman jauhnya. Mereka sibuk bekerja tapi sela satu dua jam keluar mungkin mereka bisa menyempatkan waktu pergi menemaninya. “V mau aku buatin roti bakar?”
“Boleh, jam delapan aku berangkat.” V duduk di kursinya tenang menunggu Jungkook yang sudah memasukkan dua buah slice roti pada alat pemanggang. “Kamu seneng berdua sama ayah. Sekarang bener-bener nggak kelihatan canggungnya. Tadi di kamar denger-denger teriak juga kenapa.”