Untuk sebuah nama, dan sebuah hati yang tak aku sangka ternyata berhasil merajah isi dadaku.
Mas Kim,
Suamiku.Mas, kutulis surat ini sebagai jawaban atas hubungan pernikahan kita harus diakhirkan seperti apa. Pertanyaan dan segala apa yang ingin kau perdengarkan padaku dan semua bujukanmu yang akan kau mulai keluarkan saat aku menyambut kedatanganmu, dan apapun yang ingin kau berikan untuk aku turun dan menemuimu.
Aku harap setelah ini surat yang sedang aku tulis mas terima, aku mohon untuk mas Kim tidak lagi datang ke rumah untuk tidak lagi berusaha menemuiku. Berapakali pun mas mencoba, maaf, pintu kamar bahkan pintu hatiku sudah terlalu keras untuk aku buka dan mempersilakan mas Kim masuk kedalamnya. Tak ada celah lagi untuk mas Kim bisa masuk karena aku sendiri pun bingung bagaimana untuk aku membukanya.
Jadi kumohon mas berhenti, berhenti untuk memaksa karena ini semua sudah tak ada gunanya.
Mas Kim sebelum inti surat yang aku tulis dan sudah pasti mas Kim tahu ke mana aralnya, mas Kim mari kita sama-sama mengingat dan mengulang kisah bagaimana aku dan Mas Kim bisa bersama.
Tanpa perlu kuberitahu mas Kim pasti paham bahwa awal dari niat pendekatanku padamu adalah tak lain dari bentuk juga benih dari rasa sakitku karena ulah putramu. Aku akan menerima dengan sepenuh hati jika satu di antara kami mengakhiri hubungan, tapi dimalam itu putramu malah menyebutkan satu alasan konyol yang tidak bisa kuterima meski akhirnya aku tahu bahwa dia tak pernah serius dan tak pernah ada niatan untuk mengakhiri kami. Tapi pada saat kebenran itu terungkap dan aku tahu memang untuk apa, aku sudah nyaman bersamamu mas Kim dan tidak mungkin jika aku harus melepaskanmu dan kembali pada dia meski pada saat itu kau malah menyuruhku untuk melakukannya. Mas Kim akan melepaskan aku jika memang aku mau kembali pada putramu.
Tidak Mas Kim, sudah kutetapkan untuk aku memilih bertahan dan mendampingimu.
Pertemuan kita yang pertama, kedua hingga pada hitungan yang ketiga disudut cafe kecil yang jadi tempat di mana aku bekerja dan aku diminta untuk menemani mas Kim berbincang disela jam kerja mas Kim menawarkan bagaimana kesedianku untuk menikah denganmu. Mas Kim meminangku diteriknya siang hari pada kala itu. Kupikir karena tujuanku mendekati mas Kim adalah memang untuk melancarkan niatku, tawaran mas adalah kesempatan yang tidak mungkin begitu saja aku lepaskan. Dan aku pun tahu mas Kim sudah mengetahui niatanku adalah untuk memperolok dan membuat mantanku cemburu dengan menekannya sebagai orang tua dan dia sebagai putraku. Ini ide yang gila yang bisa aku pikirkan bagaimana aku harus membalas rasa sakitku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date Your Father [COMPLETED]
Fiksi Penggemar"Karena sudah menikah jangan panggil saya lagi dengan oom," katanya berbisik halus ditenga membuat tubuh dengan impulsif bergidik. "Kalau begitu apa dong oom-eh. Aduh, maaf keceplosan. Oom ada saran?" "Panggilnya mas aja." Dengan satu alasan konyol...