9 | Bahan Berita Eksklusif

726 52 5
                                    

"Maaf," ucap Laura.

"Apa?" tanya Jin refleks karena tak percaya apa yang didengarnya.

Seorang anti-fan yang biasanya selalu menghujat dan membencinya mendadak minta maaf padanya?

"Maaf!" Laura mengulang pengucapannya dengan nada sedikit membentak.

"Kamu niat minta maaf atau marah-marah?!"

"Udah baik aku minta maaf!"

"Kamu nggak berpikir minta maaf karena saya sekarat, kan? Sekali lagi, saya baik-baik aja dan nggak menderita penyakit berat. Aritmia? Ini penyakit bawaan sejak lahir dan nggak terlalu parah. Jadi saya nggak sekarat seperti yang kamu pikirkan!"

"Nggak sekarat? Yah."

"Yah? Kamu kecewa karena saya nggak sekarat dan nggak jadi mati?"

"B-bukan gitu, tapi ..."

"Udahlah. Capek berurusan sama wanita gila. Asal kamu tahu, kalau bukan karena saya, kamu udap dipecat dari SGM sejak lima tahun lalu."

"Karena kamu? Percuma, tuh. Sekarang aku di-pe-cat! Gara-gara siapa? Ya gara-gara kamu!" seru Laura.

"Kalau nyatanya kamu tidak jadi dipecat, kamu temui saya, minta maaf, berterima kasih dan sungkem sama saya!" seru Jin lalu pergi meninggalkan Laura yang masih terbingung-bingung di atap gedung apartemennya.

"Bentar. Jadi, lima tahun lalu ..."

Mendadak Laura teringat ponselnya yang belum ia aktifkan sejak kemarin sore.

Notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab berbondong-bondong masuuk begitu ponselnya diaktifkan.

🐳🐳🐳

Laura membiarkan Jin pergi berlalu, tanpa terpikirkan untuk menanyakan mengapa lelaki itu ada di sini.

Panggilan masuk dari atasannya membuat alis Laura bertaut.
"Buat apa Pak Tua menyebalkan itu telepon? Aku 'kan udah dipecat, tidak hormat, kemarin!" kesal Laura. Meski begitu ia tetap mengangkat telepon dari mantan atasannya tersebut.

"Halo, Pak Harry. Ada apa telepon saya?"

"Ke kantor sekarang."

"Tapi, untuk apa? Saya sudah tidak ada hubungan lagi dengan SGM Media, maupun SGM News."

"Kamu tidak jadi dipecat."

"Ha? Maksud Bapak?"

Terdengar helaan napas gusar dari seberang telepon.
"Makanya ke kantor sekarang!" teriak Harry. Laura refleks menjauhkan ponsel dari telinganya.

"I-iya, baik, Pak." Laura menutup telepon dan bergegas turun untuk bersiap pergi ke kantor.

Rasanya senang bercampur heran, mendadak ia tidak jadi dipecat. Sebenarnya sudah dua kali dirinya mengalami hal seperti ini. Lima tahun lalu, dan saat ini. Keduanya berkaitan dengan Jin.

"Apa mungkin yang dibilang Jin tadi itu benar? Dia yang buat aku dipecat, dan dia juga yang buat aku gagal dipecat. Hih, kalau benar begitu, buat apa berterima kasih sampai sungkem segala, memangnya dia pikir dia siapa? Anaknya direktur? Dasar, udah jadi mantan artis tapi sombongnya masih sampai sekarang!" gerurtu Laura.

🐳🐳🐳

"Thanks, Om. Sekali lagi Om udah dengerin aku buat nggak memecat pegawai hanya karena bermasalah dengan aku."

"Ya, sama-sama. Sebenarnya Om juga nggak berniat memecat, kamu tahu sendiri sepupu kamu itu penggemar berat kamu nomor satu. Dia selalu nanyain kamu ke Om dan berharap bisa ketemu kamu. Kamu di mana sekarang?"

𝐒𝐄𝐗𝐘 𝐆𝐔𝐘 𝐍𝐄𝐗𝐓 𝐃𝐎𝐎𝐑 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang