Selesai mandi, Laura merasakan nyeri lagi di lututnya.
"Kayaknya harus ke dokter. Aku buat janji temu dulu, deh," gumam Laura lalu mengambil ponselnya untuk mendaftar janji temu dengan dokter ortopedi di Rumah Sakit Medical Center agar ia tak terlalu lama mengantri di rumah sakit nanti.
Setelah selesai bersiap-siap, Laura berangkat menuju rumah sakit. Ia berencana untuk pulang ke Riau minggu ini, tetapi akan ia urungkan niatnya jika kakinya masih sakit seperti sekarang. Laura tak ingin orangtuanya khawatir dengan keadaannya.
Laura memesan taksi online dengan aplikasi di ponselnya. Ia tak bisa naik bus saat ini. Kakinya terlalu sakit untuk digunakan berjalan hingga ke halte. Belum lagi kalau tak dapat tempat duduk dan harus berdiri lama-lama.
Saat berjalan kaki, nyeri di lutut Laura semakin terasa. Laura bisa lihat lututnya sedikit membengkak
"Aw!" Laura mengaduh dan terduduk di pinggir jalan.
Sebuah mobil tampak baru keluar dari parkiran apartemen dan melewati Laura. Namun mobil itu terhenti tepat ketika Laura terjatuh. Tak lama kemudian Hozi keluar dari mobil tersebut.
"Kak Laura!" seru Hozi.
Laura mengerutkan dahinya. Ternyata Hozi yang ada di dalam mobil hitam tersebut.
"Kak Laura masih sakit? Ayo, aku bantu berdiri." Hozi membantu Laura berdiri.
"Makasih, Zi. Iya, kakiku semakin sakit. Rencananya aku mau cek ke dokter."
"Yah, aku mau antar Kak Laura tapi nggak bisa, aku harus pergi sama Tuan Jin," ujar Hozi dengan wajah merasa bersalah.
Laura tersenyum.
"Nggak apa-apa, Hozi. Aku juga udah pesan taksi. Sebentar lagi sampai taksinya," tutur Laura.Laura mengecek ponselnya dan membuka aplikasi pemesan taksi online yang ia gunakan sebelumnya. Ada pesan masuk dari pengemudi taksi yang ia pesan.
Hozi tampak berpikir.
"Kak Laura, tunggu sebentar, ya," ucap Hozi lalu berlari menuju mobilnya."Ngapain? Kamu pergi aja, aku bisa sendiri, Hozi!" seru Laura setengah berteriak sebab Hozi sudah berjalan menuju mobilnya.
"Hozi pakai acara berhenti dulu segala, emangnya Jin nggak ngomelin dia yang mendadak berhentiin mobilnya? Padahal mau pergi," gumam Laura bingung.
Laura fokus ke ponselnya lagi. Tak lama kemudian Hozi kembali lagi.
"Kak Laura, ayo ikut aku! Aku antar Kak Laura!"
"Ha? Nggak usah, aku udah pesan taksi. Tuh, abangnya nge-chat," ujar Laura lalu membuka pesannya.
"Pagi, Mbak. Maaf, pesanannya dibatalkan saja, ya? Saya buru-buru, istri saya lahiran," tutur pengemudi taksi online dalam pesan di aplikasi.
"Ha? Dibatalin?" Laura menghela napas kecewa.
"Ayo, Kak. Sama aku aja. Aku udah bilang sama Tuan Jin, katanya boleh. Lagi pula kita searah. Aku bisa drop Tuan Jin dulu, habis itu aku bisa temenin Kak Laura."
Laura berdecak.
"Nggak usah, Hozi. Kamu juga 'kan lagi kerja. Kamu harus tanggung jawab sama pekerjaan kamu, jangan urusin aku. Aku bisa sendiri." Laura memesan taksi online lagi."Tapi, Kak Laura. Aku nggak tega. Aku tahu Kak Laura nahan sakit begitu," ucap Hozi. Ia bisa melihat Laura memang menahan sakitnya, terlihat dari ekspresinya serta bibir bawahnya yang sejak tadi ia gigit.
"Ha? Pesanan ditolak -Ahh!" Laura kehilangan keseimbangan karena sakit di kaki kirinya. Untung ada Hozi di sebelahnya yang sigap menopang tubuh Laura. Ponsel Laura juga terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐗𝐘 𝐆𝐔𝐘 𝐍𝐄𝐗𝐓 𝐃𝐎𝐎𝐑 [𝐄𝐍𝐃]
Romance"𝘼𝙝𝙝, 𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣-𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣, 𝙅𝙞𝙣!" "𝙉𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙨𝙖𝙝 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠?!" _______ Ada penghuni baru di sebelah unit apartemen Laura, tepatnya di unit 102 Apartemen Bulan. Laura menduga tetangga barunya tersebut adalah seorang p...