"Yena ...."
Menyebut nama itu, tangan Jin bergetar hebat. Detak jantungnya kembali berdetak tak normal. Suara-suara di sekitarnya seolah menjadi semakin mengeras dan dapat ia dengar semakin jelas. Jin jadi mudah terkejut. Ia menjadi gelisah sehingga keringatnya bertambah banyak.
Jin menggelengkan kepala sambil mengatur napas.
"It's okay, Jin. Everything has passed. Everything is fine," gumam Jin.
Jin melonjak kaget mendengar ponselnya berdering. Telepon dari Rio.
"Jin, katanya Dokter Clara masih program pertukaran dokter di Amerika. Akhir tahun dia baru kembali. Gimana? Mau dicariin dokter lain aja?"
"Nggak usah. Selain Dokter Clara aku nggak mau."
"Are you sure?"
Jin menghela napasnya.
"Hm," sahut Jin."Ya udah. Kalau ada apa-apa kabarin aku. Terus nanti acara launching produk baru mobil Jerman, gimana?"
"Tetap lanjut."
"Kamu yakin kamu nggak apa-apa?"
Jin menghela napas lagi.
"Nggak apa-apa. Udah ya." Jin memutuskan panggilan secara sepihak. Padahal terdengar suara Rio yang hendak berbicara dan terpotong karenanya.
Jin menyayangkan kenapa mendadak Dokter Clara mengganti nomor ponsel dan pergi ke Amerika. Padahal setahun lalu ia masih bisa berkirim pesan dengan dokter tersebut.
"It's okay, Jin. Ini cuma sementara aja." Jin kembali menenangkan dirinya sendiri dengan kalimatnya.
Jin kembali terlonjak kaget karena suara bel. Ia mengusap dadanya berkali-kali sebelum melangkah ke pintu. Tampak wajah polos asisten pribadinya di depan pintu dengan menjinjing kantung berisi makanan. Beberapa jam lalu ia memang meminta Hozi mencarikan makan malam, tetapi ia batalkan.
Jin menghela napas.
"Hozi. Udah saya bilang nggak jadi. Kenapa masih ke sini?"Hozi tersenyum dengan deretan giginya.
"Saya khawatir, Tuan. Tadi suara Tuan beda.""Beda gimana?"
"Kayak gelisah."
Jin menghela napas lagi, lalu membiarkan Hozi masuk.
"Lain kali masuk aja, nggak usah tekan bel. Udah saya kasih kunci, kan?"
"Lho, kata Tuan saya harus tetap tekan bel sebelum masuk?" tanya Hozi heran.
Jin tak menyahut lagi. Ia menyuruh Hozi duduk dan memakan makanan yang dibawanya sendiri.
"Oh iya, Tuan. Tadi pagi sehabis dari apartemen Tuan, saya bilang sama Kak Laura supaya menjaga rahasia kalau Tuan Jin adalah The Sexiest Guy si komikus misterus. Kak Laura juga udah janji nggak akan membocorkan rahasia. Jadi Tuan tenang aja," ucap Hozi.
Jin mengangguk paham. Ia sekarang mengerti mengapa internet dan media sosial tak ramai memberitakan dirinya, ternyata karena Hozi meminta Laura untuk menjaga rahasia.
"Oh iya, Tuan. Tadi kata Kak Rio, saya disuruh bawa Tuan ke dokter kalau Tuan kelihatan nggak sehat. Tapi sepertinya Tuan baik-baik aja, apa kita masih perlu ke dokter?"
"Ha? Kak Rio? Sejak kapan kamu panggil Rio dengan sebutan Kak?"
"Sejak awal Kak Rio minta dipanggil Kak, nggak suka dipanggil Pak, atau Bos. Jadi ya udah, saya panggil Kak Rio." Hozi terkekeh.
"Terus kenapa kamu panggil saya Tuan?"
"Boleh saya panggil Kak Jin?" tanya Hozi. Wajahnya melipat senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐗𝐘 𝐆𝐔𝐘 𝐍𝐄𝐗𝐓 𝐃𝐎𝐎𝐑 [𝐄𝐍𝐃]
Romance"𝘼𝙝𝙝, 𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣-𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣, 𝙅𝙞𝙣!" "𝙉𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙨𝙖𝙝 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠?!" _______ Ada penghuni baru di sebelah unit apartemen Laura, tepatnya di unit 102 Apartemen Bulan. Laura menduga tetangga barunya tersebut adalah seorang p...