"Ly. Kamu masih di acara?"
"Acaranya dibubarin, Ra. Ih, aku sebel deh. Masa tadi Jin cuekin aku. Hadiah yang aku bikin tadi dia lempar dan dia pergi dari acara gitu aja. Terpaksa deh aku pulang dengan tangan kosong lagi. Padahal susah payah datang ke acara ini!"
"Mungkin dia lagi ada masalah, Ly. Postitif thinking aja. Artis juga kan manusia, ada saatnya dia capek, ada saatnya dia punya masalah pribadi. Udah, pulang sekarang. Udah kamu bolos kuliah demi acara itu, eh ujung-ujungnya berantakan juga, kan?"
"Kamu di mana?"
"Di kampus."
"Ah, aku ke kampus aja deh kalau gitu. Jemput aku dong!"
"Aduh nggak bisa, mata kuliahnya udah mau mulai. Eh, dosennya udah datang. Udah dulu ya, Ly. Bye!"
"Laura!" Panggilan terputus.
"Ih, Laura gimana, sih. Bukannya jemput sahabatnya yang lagi badmood gara-gara dicuekin sang idola, malah bantu nambah badmood. Ah, tapi nggak apa-apa deh. Seenggaknya tadi udah sempat lihat wajah Jin si Tampan Sedunia!" seru Lilly dengan riang. Lilly melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke Universitas tempat di mana ia dan Laura berkuliah.
Lilly tinggal satu kota dengan Laura di Riau, bahkan satu SMA juga. Mereka bersahabat dekat sejak memasuki hari pertama masa SMA. Hingga suatu saat, Lilly mengatakan kalau dirinya akan berkuliah di Jakarta dan mengambil jurusan jurnalistik. Lilly sengaja memilih itu agar suatu saat jika ia sudah bekerja, ia bisa menjadi lebih dekat dengan idolanya, Jinendra Leander. Jin juga alasan Lilly kuliah di Jakarta. Laura hanya ikut-ikutan Lilly karena ia tak mau disuruh ayahnya meneruskan usaha perkebunan.
Lilly sangat mengidolakan Jin. Laura tahu itu. Hampir setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit jika ia mengobrol dengan Lilly, bahasannya selalu saja tentang Jin. Sebagai sahabat, Laura hanya bisa mendukungnya saja sebab Laura tahu, Lilly sangat bahagia jika menyangkut soal Jin.
...
"Perasaanku nggak tenang. Kenapa, ya?" gumam Laura yang sedang menghadiri kelas perkuliahannya.
Perasaan tidak tenang terus menyelimuti benak Laura hingga kelas selesai dan Laura kembali ke asrama di mana para mahasiswa dari luar kota diperbolehkan tinggal paling lama dua tahun. Hari sudah menjelang petang, tetapi Laura tak mendapati Lilly di asrama. Hingga akhirnya sebuah panggilan telepon dari nomor Lilly membuat kecemasan Laura sedikit mereda.
"Nah, akhirnya anak ini telepon!" seru Laura lalu langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo, Ly! Kamu di mana? Kenapa belum pulang? Masih di tempat acara itu? Aku jemput deh sekarang!" ujar Laura. Tetapi, yang Laura dengar bukan suara Lilly, melainkan suara orang asing yang mengaku adalah suster di sebuah rumah sakit.
Setelah diberi tahu kalau Lilly kecelakaan, Laura bergegas pergi ke rumah sakit menggunakan mobilnya. Laura menyetir dengan hati-hati karena mendengar Lilly kecelakaan ditabrak mobil.
Laura mencari Lilly dari UGD hingga ICU. Akan tetapi, suster malah mengarahkan Laura ke ruangan jenazah.
"Nggak. Jangan bercanda, sus. Tadi pagi Lilly masih baik-baik aja. Lilly bahkan sempet joget-joget dan loncat-loncat karena seneng mau ketemu Jin. Ha-ha-ha ... pasti susternya sama Lilly kerja sama buat kerjain aku!" ucap Laura. Suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca. Laura tertawa keras karena merasa semuanya hanyalah lelucon.
Laura masuk ke ruangan jenazah dan ia melihat tubuh sahabatnya yang terbujur kaku.
"Ha-ha-ha ... nggak lucu, Ly! Lilly, udahan mainannya. Ayo, bangun! Katanya habis ketemu Jin, kamu belum cerita banyak sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐗𝐘 𝐆𝐔𝐘 𝐍𝐄𝐗𝐓 𝐃𝐎𝐎𝐑 [𝐄𝐍𝐃]
Romance"𝘼𝙝𝙝, 𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣-𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣, 𝙅𝙞𝙣!" "𝙉𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙨𝙖𝙝 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠?!" _______ Ada penghuni baru di sebelah unit apartemen Laura, tepatnya di unit 102 Apartemen Bulan. Laura menduga tetangga barunya tersebut adalah seorang p...