"Ahh, pelan-pelan, Jin!"
"Nggak usah desah bisa nggak?!"
Laura ternganga mendengar kalimat Jin, kemudian ia menyadari kesalahannya.
Dasar otak mesum!
Laura menggeplak kepala Jin.
"Palamu desah! Ini sakit, tau- Aaaaaa!" Laura menjerit keras karena Jin sengaja menekan bagian lukanya.
"Habis mendesah sekarang menjerit."
Laura merebut obat-obatan dari tangan Jin.
"Udah, ah. Aku bisa sendiri! Bukannya sembuh diobatin, malah makin sakit!"Jin melirik sinis.
"Silakan! Aku juga malas harus ngobatin perempuan berisik gak jelas kayak kamu!"Jin lalu bangkit berdiri, membiarkan wanita di hadapannya berusaha sendiri. Entah bagaimana cara wanita itu mengobati dirinya sendiri, tadi saja ia kesulitan.
Laura berusaha keras mengoleskan obat merah di kakinya, tetapi ia tak bisa melakukannya sendiri. Laura melirik kembali lelaki jangkung yang berdiri melipat tangan di depannya. Wajah sombongnya membuat Laura malas meminta tolong padanya.
"Kenapa liat-liat? Katanya bisa sendiri," sindir Jin.
"Ish. Udah lah, aku balik ke apartemenku aja. Biar minta Pak Kenny aja yang obatin nanti!" ketus Laura. Ia meletakkan obat merahnya dan mencoba berdiri, tetapi ternyata ia kesulitan untuk meraih lantai karena ia duduk di meja wastafel.
Jin menggelengkan kepala. Ia setuju mengatakan Laura adalah wanita yang keras kepala dan memiliki gengsi yang tinggi.
Meski begitu, Laura tetap berusaha turun dan ia berhasil menapakkan ujung kakinya ke lantai.
"Aw!" Laura hampir terjatuh. Untungnya Jin dengan sigap meraih tubuh Laura.
Laura melihat wajah Jin yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Makanya, jangan keras kepala," ucap Jin pelan.Laura hanya menunduk.
Jin menggendong Laura lagi dan mendudukkannya kembali ke atas meja wastafel.
"Shhh ...." Laura meringis lagi. Laura tak tahu apakah ia bisa mandi atau tidak, sebab sudah pasti lukanya akan terasa sakit saat terkena air.
Setelah mengoleskan alkohol dan obat merah, Jin membalut lukanya dengan kain kasa serta plester. Meski malas, Laura memperhatikan bagaimana Jin mengatasi lukanya. Laura akui Jin cukup handal mengobatinya.
"Nggak usah terpukau gitu. Saya tahu karena pernah syuting film dan berperan jadi dokter. Ingat film Sweet Doctor? Pasti pernah nonton film medis terbaik sepanjang masa yang populer itu."
"Udah udah nggak usah menyombong. Masa kejayaan kamu udah lewat, Tuan Jinendra," ucap Laura.
Jin menatap Laura kesal. Meski begitu ia menyempurnakan balutan di kedua telapak kaki Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐗𝐘 𝐆𝐔𝐘 𝐍𝐄𝐗𝐓 𝐃𝐎𝐎𝐑 [𝐄𝐍𝐃]
Romance"𝘼𝙝𝙝, 𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣-𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣, 𝙅𝙞𝙣!" "𝙉𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙨𝙖𝙝 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠?!" _______ Ada penghuni baru di sebelah unit apartemen Laura, tepatnya di unit 102 Apartemen Bulan. Laura menduga tetangga barunya tersebut adalah seorang p...