Sisi gelap Nara.

1.8K 128 3
                                    

Canggung.

Satu kata yang menggambarkan Nara saat ini. Setelah otaknya kembali mendominasi dirinya sendiri, ia baru sadar kalau kelakuannya sangatlah bejat. Memperawani bibir anak orang? waw, Nara, kau sungguh-sungguh akan masuk neraka kali ini. Mungkin itulah pikiran Nara saat tersadar dari gairahnya sendiri.

Karena kecanggungan yang tak berakhir, ia bahkan sampai menyuruh Gala pulang sendiri. Gala nurut saja. Ia menelpon supirnya untuk menjemput. Cowok itu juga kikuk. Ia salting tapi juga malu.

Selepas kepergian Gala. Ia berjalan pulang. Dan yap. Ia kembali ke jembatan tadi. Lalu setelah itu. Ia melompat dari jembatan tinggi itu ke rumah kumuh dibawah jembatan. Ya, disanalah Nara tinggal. Ia tidak pernah berbohong kalau dia tinggal di kolong jembatan. Karena itu memang benar. Semenjak ia kabur dari rumah, ia berusaha untuk bersembunyi dari keluarganya.

Dan disinilah ia menemukan keluarga baru.

Mbak Tina,dan tiga serangkai Liana, Bimas, serta Doni. Dulu, saat ia pertama keluar rumah saat ia berusia 15 tahun. Ia mendaftarkan dirinya sendiri ke sekolah tak elit, lalu pergi bersembunyi di sini.

Pertama kali Nara bertemu dengan Mbak Tina adalah saat wanita itu gebuki oleh 'pelanggan' yang arogan. Ya, mbak Tina adalah mantan PSK yang sudah tak laku. Saat itu Nara masih berusia 15 tahun, tapi keberaniannta sudah berhasil membuat lelaki gagah KO. Karena rasa terimakasih, mbak Tina mau menampung Nara kedalam rumah kontrakannya.

Lalu, Nara juga bertemu Bimas, Liana, Doni saat ia mulai bersekolah. Anak-anak itu dikejar preman saat mereka mengamen. Lalu, ia berela hati menyembunyikan mereka semua kedalam rumah. Lalu, anak-anak itu memohon agar mereka dapat bersembunyi di rumah ini dan kembali bersekolah. Mereka takut bertemu preman itu lagi dan menyuruh mereka untuk mencari uang. Nara pun akhirnya memohon kepada Mbak Tina agar mereka tinggal disini. Saat mendapatkan izin, Nara berjanji akan menanggung semua biaya sekolah dan makan tiga anak ini.

Sekarang. Mereka semua menjadi keluarga. Bimas sudah kelas 5, sedangkan Liana dan Doni masih kelas 3. Lalu, mbak Tina sudah mendapatkan pekerjaan sebagai buruh cuci piring. Tapi, untuk uang kontrakan dan uang makan serta uang sekolah, semua itu dibayar oleh hasil kerja keras Nara.

Ia ikhlas melakukan itu semua. Asal keluarganya senang, ia ikut senang.

Saat memasuki rumah yang sudah mau ambruk itu, Nara mendapati Doni dan Liana sedang belajar lesehan, sedangkan Bimas sibuk menggambar sesuatu. Nara tersenyum. Ia tak mau menganggu anak-anak itu.

Tapi Liana menyadari bahwa ada yang masuk. Dan itu Nara. Kakak yang mereka tunggu-tunggu. Ketiganya akhirnya berlari ke arah Nara.

"KAK NARA KOK PULANGNYA LAMA BANGET?" bentak Liana kesal. Anak ini memang sukanya marah-marah. Nara terkekeh. "Biasa, cari cuan," jawab seadanya memang.

"Kak," Bimas tiba-tiba memanggil namanya. Jika anak seintrovert Bimas sudah bersuara, pasti akan ada apa-apa.

Dan benar saja, ia memberi kejutan yang membuat Nara pusing. "Besok kita harus bayar uang kontrakan, Kak. Tadi yang punya kontrakan marah-marah katanya minta dibayar!" adu Bimas dengan wajah lempengnya. Nara memijat pelipisnya.

Dapet uang darimana?

Eh, Nara jadi teringat sesuatu. Ia kan habis ditransfer uang 10 juta sama Gala. Kok dia bisa lupa, ya?

"Ah, tenang aja kalau gitu, Bakalan Kakak bayar nanti. Santuy," jawab Nara sedikit lega. Tapi wajah Bimas tetap muram. Ia masih mau mengadu. "Kak, kalau boleh, Bimas ingin ikut ekstra olimpiade. Tapi harus bayar 100 ribu perbulan. Boleh ga, kak?" tanyanya takut-takut.

Nara tersenyum lemas. Ia bisa saja menolak dengan tegas. Tapi sangat disayangkan jika anak sepintar Bimas harus disia-siakan. Akhirnya, tanpa basa-basi ia mengiyakan saja. Senyum Bimas merekah. Ia tidak pernah sebahagia ini.

Childish Boy: Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang