Harapan Nara adalah setelah membaca pesan darinya, Gala akan menjadi tenang. Tapi kenyataannya, bukannya mereda, tangisan Gala malah tambah luber-luber kayak saos mayo. Gala menangis meraung-raung. Sembari memeluk Tumo, boneka kutu kesayangannya, ia menumpahkan segala perasaan lewat tangisan.
Suara Nara tadi terdengar menyayat hati. Terdengar jelas kalau Nara sedang menahan tangis. Perasaan Gala menjadi campur aduk. Ia takut, marah, sedih, gundah, tapi tak tau harus bagaimana.
Ingin sekali rasanya melabrak Papanya sendiri. Tapi ia takut. Ia terlalu lemah dihadapan sang Papa. Gala menungging sambil berpikir, bagaimana cara agar sang Papa tak lagi mengganggu kisah cintanya.
Satu menit. Dua menit. Satu jam. Dua jam. Otak mungilnya sudah sangat berusaha berpikir keras, tapi hasilnya nihil. Ia mendengus sebal, "Kalau cuma mikir doang mah gabakalan selesai, aku memang harus labrak Papa! tapi gimana caranya hweeeeee," desahnya pasrah.
Lalu, seutas ide menyelip. Gairah kebangkitan Gala menguar. "Aha! aku punya ide!" ucap Gala sembari menjentikkan jarinya. Lantas ia menyaut HP yang tergeletak di ujunf ranjang. Menscroll nama nama di kontak, lalu menelfon orang yang ia tuju.
Musuh bebuyutan sang ayah. Yaitu kakaknya sendiri, Tuan Muda Onad yang sangat galak.
"Halo, kakakku yang maniezzzz dan tamvan!" sapa Gala saat panggilan mulai tersambung. Disana, terdengar angin yang menabrak-nabrak, bising sekali. Seperti di atas udara. Benar saja, ternyata Onad sedang berlatih terjun payung.
"Halo! ngapain tiba-tiba nelfon? uang 5 M kemarin belum cukup, hah!" jawab Onad sangat ngegas. Gala mencebik, kakaknya ini belum-belum sudah suudzon. "Enggak Kakak! aku cuma minta tolong! Tolong bilangin Papa biar ga ganggu Nara!"
"Itu sudah resiko lo kali! gue kan udah bilang hati-hati! lagi pula, pacaran kok sama anak musuh Bapakmu!" jawab Onad di seberang. Gala terkejut. Anak musuh ayahnya? emang orang tua Nara kerja apa sampai bisa berurusan dengan sang ayah? Itu mengingatkan Gala dengan percakapannya dengan Nara.
Apa jangan-jangan, hanya Gala yang tidak tahu apa-apa?
"M-maksud Kakak apa?" tanya Gala tak paham. "Males banget ngejelasinnya! otak bodohmu itu tidak akan pernah paham!" jawab Onad, menohok.
Merasa terhina, Gala jelas hendak protes. Tapi, sambungan sudah terlanjut terputus. Gala mendesah, apa dia tanya ke Nara saja, ya? tapi kan Nara bilang kalau Gala tak boleh menelfonnya hari ini. Gala meraung. Ia lelah.
Mending turu kalau begini.
Childish Boy
"Halooo, Kakak pulang!" teriak Gala saat melihat pintu rumah terbuka dengan lebar. Alisnya mengernyit, heran dengan kesunyian rumah. Biasanya, rumah akan dihiasi dengan suara anak-anak yang bermain dengan adek-adeknya. Tapi sekarang malah seperti tak ada kehidupan.
"Sst, kakak, kita ada disini!" suara itu tentu saja sedikit mengejutkan Nara. Ia mencari sumber suara yang ternyata ada di arah kamar loteng. Disana, terlihat Bimas, Liana dan Doni mengayun-ayunkan tangan. "Tutup pintu dan naik ke atas loteng!"
"Kalian ngapain disini? main petak umpet apa gimana?" tanya Nara saat sudah memasuki loteng. Bimas mendengus, hidungnya sudah memerah karena terlalu bsnyak debu yang ia hirup. "Kak, kakak buat masalah apa lagi sampai-sampai ada orang orang badannya gede obrak-abrik rumah!" dengusnya kesal.
"Hah, siapa? kok mereka bisa tahu rumah baru kita? kan kita udah pindah rumah. Ya walaupun tetap disini sini aja, sih," papar Nara heran. "Emangnya mereka bilang apa?" tanyanya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/266668250-288-k56272.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy: Love Hate
Teen Fiction"Nara I Love You, Gala cayang Nara!" "Najis." "Ish, hiks, Nara jahat gak mau sayang sama Gala." "Udah jangan nangis. Love you too." ❤❤❤❤❤❤❤❤ Lugu tapi sok keras adalah sifat Gala. Cowok childish yang berpenampilan aneh nan mewah. Selain lugu dan me...