Impostor

2K 173 5
                                    

Pepatah jawa menyebutkan, witing tresno jalaran soko kulino. Cinta bisa hadir karena kebiasaan.

Dan Gala benar-benar setuju dengan kalimat itu. Dia tidak dengan tiba-tiba suka dengan gadis freak itu, terlalu romantis. Malah, awal mula Gala mengenal Nara karena perkelahian. Gala yang punya mulut ceplas-ceplos, sudah terkenal menjadi rival adu bacot beberapa cowok slay di sekolah terlihat tidak mungkin bisa jatuh cinta dengan Nara, gadis misterius yang hidupnya penuh masalah.

Tapi jika Tuhan sudah bersabda, orang lain bisa apa.

Di dalam kamar megahnya, Gala mesam-mesem sendiri. Sambil memeluk Tumo, boneka kutu kesayangannya, Gala membayangkan kalau Nara sedang berdansa bersamanya.

"Hihihi, andai Nara ga jahat. Pasti aku bisa dapatin dia dengan mudah," ia mengangkat Tumo tinggi-tinggi. "Kamu tau gak Mo, tadi Nara gendong aku loh. Dilihatin orang banyaaaaak banget. Tapi Nara tetep gendong aku."

Wajah Gala bersemu mengingat kejadian di sekolah tadi. "Tapii, ada cowok rese' yang tiba-tiba muncul. Dia ejekin aku dan Nara. Nara kesel deh, dan banting aku di rumput. Sakit banget, aku nangis, tapi bukannya ditolongin malah ditinggal."

Wajah Gala pun berubah menjadi murung.

"Gala tau kalau Nara mau nolongin aku, tapi cowo rese itu malah seret Nara. Kalau nyeret kasar banget. Kelihatan banget kalau Nara kesakitan. Wong tangan cowo rese' itu gedee banget. Huh, andai Gala kuat. Pasti bakalan Gala pukul tuh cowo."

Mata Gala berkaca-kaca. Kalimat terakhir yang ia ucapkan terasa begitu menusuk. Gala sadar kalau dia lemah. Wong jatuh aja nangis, dibentak dikit nangis, apa-apa nangis, apa-apa minta bantuan.

Sembari menekuk bibirnya, ia bertanya dengan nada serak. "Tumo, kalau semisal Gala membak Nara, Naranya mau atau malah mukul Gala, ya? hiks, Gala yakut cinta Gala bertepuk sebelah tangan, hiks."

TOK! TOK! TOK!

"Den Gala, ada Tuan Onad di bawah. Katanya Den Gala disuruh turun," teriak salah satu pembantu. Gala mendengus. Manusia satu itu memang sungguh menyebalkan. Selalu mengganggu hari-hari galaunya. Dengan berat hati dia keluar dari pintu.

Di tangga, terlihat secara jelas kewibawaan Tuan Onad yang terhormat sedang memandangi lukisan seharga 1 miliar yang baru saja dipasang.

"Ada apa manggil-manggil? ga sopan tau ga manggil-manggil orang yang sedang mengistirahatkan dirinya! mana etika yang selalu kamu agung-agungkan!" sindir Gala setelah tiba di pinggir lelaki itu. Onad hanya mendengus lirih.

"Mana Papamu? dia tidak bersembunyi di sini kan?" ucapnya tanpa membalas satupun pertanyaan dari Gala. Dia, Onadio, satu-satunya kakak laki-laki yang hanya berselisih 2 tahun dari Gala. Memiliki kharismatik tinggi. Berbeda dengan Gala yang seperti tak tahu adab, Onad sangat menjaga etika nya. Biasa, pebisnis muda yang sangat terkenal di negeri orang. Namanya bahkan masuk di majalah forbes.

Tapi sayangnya, dia adalah manusia yang tidak memiliki perasaan. Hidupnya hanya bergantung pada uang dan martabat. Harga diri yang sangat tinggi membuat Onad seringkali tidak menganggap adiknya. Semenjak sang Ibu meninggal, Onad dan Papa seringkali cekcok.

Alasannya karena satu, Pacar Onad yang sangat ia cintai malah direbut Papa sendiri. Seperti cerita sinetron. Gala saja pusing dengan kedua laki-laki ini. Mangkanya, dia meminta untuk dibelikan 1 rumah. Walaupun 100 persen design dan properti diatur oleh sang kakak, dia tak masalah. Yang penting bisa menjauh dari dua orang gila harta dan wanita, dia bahagia.

"Selama Mama udah meninggal, emang Papa inget kalau dia punya satu anak lagi. Kan Papa cuma inget kalau dia punya anak namanya Onad, bukan Gala," jawabnya sembari mengeluarkan isi hatinya yanh terpendam. Memang, ayahnya mengirimkan Ayu untuk menjaganya, namun sang ayah tidak pernah menyambanginya. Jangankan sambang, menanyakan kabarnya saja tidak pernah.

"Jangan mulai. Aku tidak peduli dengan perasaanmu. Yang aku tanya apakah Papamu bersembunyi disini?"

Singkat padat dan makjleb.

Mata Gala sudah berkaca-kaca. "Ngapain Papa sembunyi di sini! Palingan dia lagi di bali sama pacar Kakak-"

"Diam!" potong Onad, murka. "Jangan pernah sebut gadis jalang itu sebagai pacarku. Tidak sudi aku memacari gadis murahan dan tak punya adab itu. Dia memang pantas dengan Papamu. Sama-sama murahan."

"KAK! Papa itu juga Papamu! dan jangan bertengkar lagi sama Papa! semarah-marahnya kakak dengan Papa, kalian tetap satu darah!"

Onad tetap dengan wajah datarnya. "Gala, kamu memang adik yang bodoh dan tak ada otak. Lelaki itu sudah berujar di depan kita kalau dia sudah tidak menganggapku sebagai seorang anak."

Diam-diam Gala menangis. Dia ingat betul bagaimana sang ayah mengusir Onad terang-terangan. "T-tapi kak ..."

"Sudahlah La, kamu tidak perlu ikut campur. Aku mencari Papamu itu untuk menagih utang. Dia membawa uangku sebesar 4 triliun. Bagi mu uang segitu tidak besar karena kamu hanya taunya meminta saja. Tapi bagiku, sepeser uang pun akan kucari keberadaannya jika yang mencuri adalah papamu."

Onad berhenti dan menoleh ke arah sang adik. "Dan, semoga Papamu tidak merusak kisah cinta konyolmu dengan Nara. Anak rival terbesar bisnis Papamu."

Pintu rumah itu tertutup otomatis setelah Onad keluar tanpa menoleh lagi. Sedangkan Gala langaung merosok kebawah setelah mendengar kalimat terkahir Onad. Bagaimana? bagaimana manusia super sibuk itu tau kelakuannya di sekolah. Dan yang tidak habis pikir, kenapa Onad tau Gala suka dengan Nara?

Apa jangan-jangan, Ayu tukang cepu? tapi bukannya Onad tidak akan pernah mau bersekutu dengan suruhan sang papa? lalu, kenapa Onad mewanti-wantinya untuk berhati-hati?

Tiba-tiba Gala sedikit tersadar. Gawat, hal paling penting sekarang adalah bukan pertanyaan bagaimana Onad bisa tahu, tapi bagaimana ia bisa mencegah sang papa tidak menyentuh Nara sama sekali.

Fairoz George memang semenakutkan itu. Dia adalah impostor terbesar di kehidupan Gala.

"Hiks, Mama. Gala takut. Mama, tolong kirim pelukanmu, aku takut."

~Childish Boy~

[Iwawiwai's/Note]
Sumpah. Bab ini sebenarnya belum jadi. Tapi tiba-tiba ke-publish.

Dan yang bikin terharu itu, kalian gercep banget baca,vote, dan comment. Makasiiiiih banget loh ya.

Kalian memang penyemangat kuuu. Love love.

Childish Boy: Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang