Menyamar.

1.2K 122 2
                                        

Setelah peringatan dari orang tak dikenal itu mengusik ketenangan Nara, sudah lima bungkus rokok ia lahap sekali duduk. Tadi, saat pulang sekolah dia langsung cepat-cepat pergi ke parkiran dan tancap gas. Ia berniat menghindari Gala hari ini. Bahkan, dia hanya pulang sebentar ke rumah dan mewanti-wanti adek-adeknya untuk tetap waspada sebelum dirinya nongkrong di jembatan favoritnya.

Entah kenapa, Nara jadi merasa was-was. Karena penelfon itu mengetahui nama tengahnya. Kalau kalian berpikir nama itu hanya menganggap sama seperti nama buah saja, jelas itu salah besar. Nama itu sangat eksklusif sampai di sekolah saja Nara membayar agar nama tengahnya tak dicantumkan dalam data manapun.

Delima. Salah satu marga penggerak black market terbesar di dunia. Segala macam penjual barang haram dinaungi oleh keluarga ini. Ganja dan kawan-kawan, eksploitasi anak, human trafficking, berkumpul disana. Sebab itu pula Nara sangat membenci nama tengahnya. Ia merasa sangat hina. Hina sebab terlahir dari rahim salah satu penggerak penjualan anak.

Ya, ibu Nara adalah salah satu pentolan Delima Group.

Dan sekarang, Nara merasa sangat terancam saat ada yang tahu identitas aslinya. Ia tak pernah takut dengan preman pasar, cowok-cowok cabul, bahkan setan sekalipun. Tapi orang kaya yang bisa mempengaruhi segala hal dengan uang, itu sangat menakutkan.

Seseram Ibunya sendiri. Gelora Dara Delima.

"Fuck, siapa sebenarnya orang itu, dan kenapa dia tau identitas asli gue? apa hubungannya juga sama Gala," renungnya. Sedetik kemudian, Nara menegakkan badannya. Ia terlalu sibuk dengan nama tengahnya hingga lupa jika si penelfon itu mengancamnya karena berpacaran dengan Gala.

Yang berarti, orang itu pasti ada kaitannya dengan Gala.

Nara langsung cepat-cepat membuka HP nya dan menghidupi data. Hp nya sempat nge-hang saat pesan langsung bertubi-tubi menghiasi nontifikasi. Terdapat ratusan chat dari Gala serta puluhan telfon yang tak terangkat.

Duh, Nara lupa kalau Gala sangat lebay dan overprotectif.

Drrrtt Drrrrt

HP nya kembali bergetar, dan tertera jelas panggilan dari Gala disana. Karena Nara juga ada perlu dengan cowok itu, maka dengan cepat ia mengangkat panggilannya.

"Halo—"

"Bang-sat ka-kamu NARA anjweeeng, hiks!" suara Gala begitu melengking, juga bergetar. Nara tahu kalau Gala sekarang sedang terkena panic attack. Tapi Nara tak bisa bercanda atau menenangkan cowok itu sekarang, dia sedang sangat serius.

"Gala tolong diam dulu—"

"Apa? diam? setelah kamu tiba-tiba ngilang dari sekolah? ga beritahu aku kalau kamu pulang duluan? lalu HP kamu mati? Gila kamu! udah 100 kali aku telfon kamu dan sama sekali gak kamu ang—"

"Lo bisa diam bentar, gak!" lengkingan suara Nara bahkan membuat burung dijembatan itu terbang. Suasana langsung sunyi setelahnya. Hanya terdengar isakan Gala yang seperti dibungkam. Nara mengatur nafasnya sebelum kembali berbicara. Ia tak mau didominasi emosi saat ini.

"Maaf, aku gak bermaksud bentak kamu. Tapi please dengerin aku dulu. Ini lebih penting dari amarah kamu itu, sayang," papar Nara berusaha menjelaskan. Gala tak menyaut, tapi isakannya masih terdengar.

"Gal, ada yang gak suka sama hubungan kita. Aku ... aku tadi ditelfon sama orang yang gak aku kenal, terus ngancam ke aku kalau dia bakalan hancurin hidup keluargaku kalau kita gak pisah. Aku benar-benar ..."

... Takut. Takut keluargaku kenapa-napa.  Lanjutnya dalam hati. Lalu setelah itu, suasana kembali sunyi. Sebelum Gala tiba-tiba bersuara di sana.

Childish Boy: Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang