Bagi orang berkecukupan masalah finansial, ketika sepulang sekolah mungkin bisa dilanjut dengan kegiatan menyenangkan seperti menongkrong atau berkumpul dengan orang tua. Tapi bagi Nara, sepulang sekolahnya langsung disambut oleh pekerjaan yang menumpuk.
Sebenarnya, Nara cukup kaya sehingga tak perlu mencari uang sebegini kerasnya. Rumahnya megah. Hartanya tak akan habis jika hanya untuk makan dan foya-foya. Namun ia tak sudi memakai uang itu. Karena uang itu menurutnya adalah uang haram. Uang dari orang yang sudah menghancurkan kebahagiannya tak pantas untuk menyentuh kulitnya. Ia benar-benar tak sudi.
Jadi, sekarang, Nara sudah bersiap-siap untuk kerja. Hari ini ia kerja part-time di sebuah toko mainan anak-anak. Selain bayarannya yang cukup mahal dari bayaran pekerjaannya yang lain, pekerjaan ini tergolong mudah karena ia hanya berdiri sambil membawa papan besar di depan toko lalu menarik minat anak-anak yang berlalu lalang di sana. Minusnya hanya ia terasa panas dan pegal. Tapi ia tak sukar. Bukannya semua pekerjakan itu memang melelahkan?
"Hai Adik-adik! mau mainan enggak? lagi ada diskon loh di toko kami! mari-mari, lihat mainan terbaru kami yang lagi diskon!" teriaknya ramah. Peluh sudah membanjiri pelipis Nara, namun tenaganya masih sangat kuat.
Ia berdoa, semoga ada pelanggan yang memborong mainan, karena dengan begitu dia akan mendapatkan tip tambahan. Kan, lumayan.
"Ihhh, aku kan pengen beli mainan dulu! kenapa kamu ngelarang aku terus sih! kalau gak mau, kamu bisa pulang. Hush-hus!" Ocehan yang terasa sangat familiar di telinga Nara membuat gadis itu memberhentikan teriakannya. Ia menoleh ke kanan, dan mendapati dua orang yang sedang menarik satu sama lain.
Kagetnya lagi, mereka adalah Gala dan Ayu. Nara bergerak gelisah. Wah, bisa gawat kalau dua cunguk itu ngelihat gue. Mau taruh mana nih mukaaa!!!!!!
Tapi, waktu tak memihaknya kali ini, karena dengan hitungan jari, dua orang itu langsung mengenali Nara yang berusaha memalingkan muka.
"Itu kan–NARAAAAA!" Gala melambaikan tangannya. Wajah kecutnya langsung sirna, digantikan oleh senyuman lebar dan sinar wajah yang ceria. Nara hanya tersenyum masam. Melihat Ayu yang seolah menertawakannya membuat darahnya naik ke ubun-ubun.
Kalau saja dia sedang tidak bekerja, mungkin Nara sudah lari terbirit-birit.
Gala mendekati Nara dengan cepat. Tak memperdulikan Ayu yang berusaha mengajaknya pergi, Gala malah berdiri di depan Nara dengan mata berbinar-binar.
"Nara, Nara kerja di sini ya?" tanya Gala to the point. Nara hanya mengangguk lemah. Hancur sudah reputasi nya sebagai cewek garang di sekolah. Ayu menatapnya tidak suka. Sekali lagi, dia berusaha menyeret Gala agar mereka segera pergi dari sini. "Gala, lo udah gede! gak usah beli mainan! lo ngerti gak sih!" bentak Ayu kesal.
Gala menunduk. Bibirnya mulai bergetar. Dia memang sudah besar, tapi salahkah jika dia ingin beli mainan? toh ini juga uang Gala sendiri, tidak minta ke Ayu. Kenapa gadis itu selalu memaksa Gala untuk mengikuti kemauannya? "Gala gak mau ikut Ayu! Ayu jahat, hiks."
"GALA AYOK!" Ayu berusaha menyeret Gala, tapi cowok itu malah memeluk Nara dengan erat. "Hiks, gak mau! Nara tolongin Gala, huweeee!!!!"
Nara mendesah lemah. Cobaan hidup apalagi ini. Sudah bayaran gak seberapa, di tambah terlibat drama bocil yang menjengkelkan.
"GALA! AYOK ATAU GUE PUKUL NIH!" Ayu bersiap-siap mengayunkan tangannya, namun langsung dicekal oleh Nara. Nara yang sudah muak mendorong Ayu pelan. "Lo kalau gak suka nih cunguk belanja mending pergi aja, deh."
"Lo!"
"Apa?" Nara menatap Ayu tajam. "Ini wilayah pekerjaan gue. Kalau lo bikin ulah gue bakalan kehilangan pelanggan yang artinya gue kehilangan uang. Mending lo pergi timbang ganggu kenyamanan pelanggan," usir Nara setenang danau. Kesal, tanpa mengatakan sepatah kata ia langsung bergegas pergi. Meninggalkan Gala dan Nara yang masih berdiri di depan toko.
"Hiks, Gala pengen beli mainan," rengek Gala manja, membuat Nara pengen muntah. Nara bersindekap dada, "Kalau mau beli mainan ya masuk ke dalam, jangan nangis di sini!"
Gala mengerucutkan bibirnya hingga lima centi. "Ya udah ayo masuk! temenin Gala!" rengek Gala sekali lagi. Tak tahan, akhirnya Nara mendaratkan jitakan pelan ke kening cowok itu. "Lo gak lihat gue lagi ngapain?"
Sakit hati karena menerima penolakan Nara, Gala langsung menangis meraung-raung. Tak peduli banyak pasang mata yang menatapnya dengan heran, ia bergelandotan di lengan Nara yang sudah tak memperhatikannya. "Naraaaa, huweee, ayo, huweee, temenin, huweee, Gala, huwee, masuuuuuuuk, uhuk-uhuk!"
Hingga salah satu manager toko keluar dengan tergopoh-gopoh dan berkata, "Eh Den Gala, sampean kenapa?"
Nara sungguh terkejut. Kok Manager nya tau Gala sih? apa jangan jangan—
"Kak Yusman! Hiks, Nara gak mau nemenin Gala belanja," adu Gala. Yusman langsung memelototi Nara. Menatap Gala sekali lagi, Yusman tersenyum ramah dan mengatakan, "Ohalah begitu toh. Nara, tolong anterin Gala masuk. Dia kan harus di layani dengan baik."
"Lah kok aku sih Ka—"
"Dia adalah pelanggan setia juga pemilik saham terbesar toko ini jadi tolong jangan membantah atau gaji kamu saya potong," potong Kak Yusman dengan bisikan kalimat merentet. Nara meneguk ludah kasar. Gajinya dipotong? Wah jangan sampai. Ia langsung menyeret Gala untuk masuk ke dalam toko.
"Tuan Gala, anda mau belanja apa? tapi jangan lupa untuk kasih tip yang banyak, ya!"
Gala bertepuk tangan senang. Nara berubah menjadi sangat jinak ketika melayani Gala di toko ini. Tidak seperti di sekolah, Nara sangat lucu di sini. Wajahnya seolah ingin marah, tapi tiba-tiba tersenyum ramah kembali saat Gala menunjukkan kartu VIP pembeli setia.
Lucu. Gala suka Nara yang seperti ini. Seperti anak anjing penurut milik saudaranya.
Gala kan, jadi ingin memiliki Nara.
Childish Boy
"Gal, ini belanjaan udah banyaaak banget? lo gak pengen berhenti?" ujar Nara ngos-ngosan. Membawa belanjaan dan mengelilingi toko sebesar ini sungguh sangat melelahkan. Ia heran, kenapa cowok itu begitu kuat menjelajahi setiap sudut toko. Dan seperti tak berpikir, cowok itu mengambil mainan mahal dan melempar ke Nara tanpa melihat, membuat Nara ketar-ketir saat menangkap mainan itu.
"Emmmmm," Gala melihat mainan-mainan yang tercantol di lengan Nara. Berpikir sejenak, lalu mengangguk-angguk. "Kayaknya udah cukup, deh Nar. Gala udah capek."
Akhirnyaaaaa Ya Tuhaaaaaaan! Penderitaan gue udah berakhir! batin Nara berseru senang. Gala segera membayar mainan itu di kasir. Ia juga menelfon supir nya agar mengangkat seluruh mainannya.
"Nara, makasih ya udah nemenin Gala belanja," ucap cowok itu tulus. Nara cuma mengangguk asal, lalu membalikkan badan untuk masuk lagi ke dalam toko. Tapi langkahnya terhenti saat Gala tiba-tiba menarik tangannya.
"Nara."
"Apalagi?" Nara menatap Gala kesal. Cowok itu mendekati Nara. Dan tanpa aba-aba, Gala mendaratkan satu kecupan di pipi gadis itu dengan penuh perasaan.
"Hadiah buat Nara. Makasih ya Nara."
Lalu cowok itu masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Nara yang mematung. Syok berat.
Ia meraba dadanya. "Sialan tuh cowok, bisa-bisanya buat gue deg-degan!"
Childish Boy
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy: Love Hate
Teen Fiction"Nara I Love You, Gala cayang Nara!" "Najis." "Ish, hiks, Nara jahat gak mau sayang sama Gala." "Udah jangan nangis. Love you too." ❤❤❤❤❤❤❤❤ Lugu tapi sok keras adalah sifat Gala. Cowok childish yang berpenampilan aneh nan mewah. Selain lugu dan me...