Lalat pengganggu.

1.4K 121 15
                                    

Semua pasang mata penghuni kelas tertuju pads gadis yang tiba-tiba masuk tanpa salam itu. Bukan. Bukan karena ketidak sopanan nya. Tapi karena keajaiban yang membuat gadis itu masuk ke kelas saat pelajaran pertama.

SUNGGUH MENCENGANGKAN.

Dan gadis itu tentu saja brandalan paling keren abieeez di kelas. Yaitu Nara.

"Nara? Itu kamu kan, bukan setan yang pura-pura?" tanya Pak Harto, guru matematika. Nara diam saja. Menurutnya orang disekitarnya sangat norak. Dia tidak masuk dicariin, masuk ditanya-tanyain.

"Pak, Nara kan setannya, ups." Yang ditanyai Nara, yang jawab boneka anabel. Gadis dengan dandanan mirip tante-tante LC itu menatap Nara sengan sinis. Dia Vanca, gadis yang terobsesi untuk menjadi gadis tercantik di kelas ini. Tapi gagal karena seluruh make upnya bahkan tak bisa mengalahkan satu sisi wajah Nara yang effortless.

Nara yang ditatap nyalang hanya diam saja. Sesekali ia melirik Vanca malas. Ini yang bikin Nara tambah malas dikelas. Sudah sumpek, AC kelas rusak, malah ada cabe-cabean yang bikin tambah panas.

"Ck, lihat tuh gayanya, sok banget iyuh. Btw katanya, dia pacaran sama cowok yang biasanya sama Ayu itu. Itu pacar Ayu, kan? Iyuh, diem-diem jadi pelakor."

Nara diam. Dia tahu Vanca sedang menyindirnya. Tapi buat apa mengurusi dengungan lalat. Ia hanya perlu mendengarkan Pak Harto yang sedang menjelaskan. Terlihat Pak Harto seperti kesusahan menjelaskan materi yang ia bawa. Nara berdecak malas, kualitas guru disini memang ada di bawah standart. Wajar, sekolah buangan.

Lalu, Pak Harto ngide untuk membuat soal. Ia bertanya apakah ada yang bisa menjawab soal yang ia buat—sebenarnya enggak buat dia lihat di googlee— dan tak ada yang mengangkat tangannya. Lalu beliau tersenyum nakal, dan menunjuk Nara. Sungguh, ia mau mempermalukan Nara. Salah siapa keluar di kelas nya?

Tapi yang mencengangkan, Nara berhasil menjawab 5 soal matriks rumit itu dengan hitungan menit. Semua terngaga lebar dibuatnya. Melihat itu Vanca semakin kesal.

"Dih, belajar dimana lo sampai pinter? Apa jangan-jangan salah satu om-om lo dosen matematika ya. Haha, gabisa bayar les kah sampai kayak gitu," sindir Vanca dengan omong kosongnya.

Nara menatap nyalang Vanca geram. "Orang bodoh dilarang bicara," jawab Nara meredam emosi lalu duduj di tempatnya.

Ucapannya diam diam di setujui oleh sebagian murid di kelas. Vanca memang siswi bodoh yang kecentilan dan pendengki.

Childish Boy

Karena jamkos, Gala berinisiatif untuk pergi ke perpustakaan sendiri. Ia sebenarnya ingin mengajak Nara, tapi gadis itu mengatakan kalau sekarang ia sedang di loteng, membolos di jam pelajaran ke 3. Katanya, matematika sangat membosankan. Tapi tak apalah, pokoknya Nara tidak alpha hari ini.

Jadi, Gala akan pergi sendiri.

Namun di tengah perjalanan, ia bertemu dengan salah satu siswi yang ia tak sukai sedari dulu. Kenapa? Ya karena siswi itu 11 12 dengan Ayu. Malah, dia lebih parah sifat jeleknya. Sudah terkenal. Gadis itu bernama Vanca, yang kita ketahui semua kalau dia satu kelas dengan Nara. Dan tak ada angin tak ada hujan, gadis itu mencegat Gala.

"Hai Gala," sapa Vanca dengan suara diimut-imutkan, yang sayangnya malah terdengar seperti tikus kejepit. Gala mau tak mau memberikan senyumannya, walau terpaksa.

"Eh, lo pacarnya Ayu, kan?"

Dih, udah sokap, salah lagi, Gala menatap penampilan Vanca dari atas hingga bawah. Tatapan sadisnya menilai bahwa Vanca ini seperti ulat bulu yang menjelma jadi manusia. Gatal sekali. Tapi tatapan ketidak sukaan Gala malah disalah artikan oleh Vanca. Gadis itu mengira bahwa Gala terpesona dengan body goalsnya–body yang sebenarnya seperti kerupuk seblak.

Childish Boy: Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang