Sudah tiga hari semenjak kejadian itu, Gala tak pernah melihat Nara pergi ke sekolah. Gadis itu menghilang darinya. Bahkan nomor ponselnya di blok oleh gadis itu. Gadis itu benar-benar bisa menutup semua akses untuk Gala mencari keberadaan gadis itu.
Gala menjadi tak semangat untuk belajar. Pikirannya hanya berisi tentang dimana Nara sekarang? bagaimana keadaannya sekarang? apakah Nara baik-baik saja? semua hal tentang Nara berputar, membuatnya sangat lelah dan tak bersemangat.
Ia menelangkupkan wajahnya di lipatan tangan. Dia sudah tak kuasa, ternyata Nara memang sepenting itu hingga kepergiannya saja bisa membuat Gala kelimpungan. "Hiks, Nara kamu kemana?"
"Loh Gal, lo nangis?" Tiba-tiba saja, sentuhan di punggung Gala membuat cowok itu terusik. Dia mendongakkan kepalanya, ternyata Dimas, teman sebangkunya yang jarang masuk. "Hiks, Dimas kok masuk, sih! Dimas kemana aja?"
"Hehe, ya maap. Gue lagi ada urusan buanyak banget. Btw, lo jadi sama Nara bocah tengik tuh?" tanya Dimas. Cowok itu duduk di bangkunya, dan menanyakan kabar kedekatan Gala dengan sang crush. Gala mengangguk. "Iya jadi. Tapi ... lagi ada masalah yang bikin hubungan kita retak, Dimas. Aku ... aku sedih," ucapnya mewek.
Dimas manggut-manggut. Dia mengetuk-ketuk jenggotnya, seolah-olah sedang berfikir keras, "Jadi ... lo bakalan putus dong?"
"YA GAK GITU JUGA BAMBANG!"
Mendengar teriakan Gala Dimas hanya menaikkan dua jarinya. "Hehe, peace."
Childish Boy
Sebenarnya, bukan tanpa alasan Nara meninggalkan sekolah. Tapi, dia harus menggantikan pekerjaan Mbak Tina yang masih sakit. Nara sungguh tak mau Mbak Tina kehilangan pekerjaannya gara-gara ulahnya yang ceroboh. Akhirnya, dengan persetujuan sang pemilik, Nara mulai bekerja sebagai buruh cuci di salah satu rumah makan Padang.
Sudah kerja jadi badut mainan, OB di kantor swasta, buruh pikul keramik, buruh cuci pula. Rasanya tubuh Nara sangat remuk, namun dia harus tetap hati-hati dengan pekerjaannya saat ini. Salah sedikit, pekerjaan Mbak Tina yang jadi taruhannya.
Untungnya, hari ini dia diperbolehkan pulang cepat karena sang pemilik mendadak harus menutup rumah makannya dikarenakan ada kabar duka. Nara tersenyum senang. Akhirnya ada waktu buat istirahat, batinnya gembira.
Nara pulang dengan berjalan kaki. Niat awalnya dia akan pergi ke sekolah, tapi mengingat waktu sudah menunjukkan jam sepuluh siang, tujuannya nerganti menuju tongkrongan yang sudah lama ia tinggalkan.
"Loh Neng Nara, masih hidup lo?"
Nara hanya meringis saat pria bujang karatan itu menyambutnya dengan pertanyaan sarkas. Bang Gagah, hanya namanya yang gagah, namun kenyataannya hanya Mas Mas kurus yang tengkoraknya tercetak jelas gegara obat-obatan terlarang yang setiap hari dia konsumsi.
"Seger waras, Bang. Nih buktinya ada di depan Abang. Kan gak mungkin Abang ngelihat roh gue doang," jawabnya, yang tak lucu. "Bang, rokok dong!"
"Kalau datang kesini cuma minta rokok mending gausah kesini," sahut Bang Tomo— abang abang penjual sabu- menyindir, tapi masih menyodorkan sebatang rokok di depan bibir Nara. "Ngapain lo kesini? pasti ada masalah, kan?"
"Ya elah, kesini salah gak kesini tambah salah. Emang paling bener gue jadi patung pancoran aja deh," jawab Nara yang dihadiahi toyoran oleh Bang Tomo. "'Mulut dijaga ya anak manis."
Nara duduk bersila di depan Bang Tomo dan Bang Radit. Dia menyalakan batang rokoknya dan menghisapnya dengan kuat. Sudah berhari-hari dia tak menghisap gumpalan nikotin ini. Rindu, serindu Nara dengan Gala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy: Love Hate
Novela Juvenil"Nara I Love You, Gala cayang Nara!" "Najis." "Ish, hiks, Nara jahat gak mau sayang sama Gala." "Udah jangan nangis. Love you too." ❤❤❤❤❤❤❤❤ Lugu tapi sok keras adalah sifat Gala. Cowok childish yang berpenampilan aneh nan mewah. Selain lugu dan me...