Manusia setan

892 84 7
                                    

Di UKS, Yuta dengan sabar mengobati memar di wajah Ayu yang hampir menutupi wajah cantik gadis itu. Yuta menangis, dia membayangkan betapa sakitnya luka yang di wajah Ayu saat ini. Dan nyeseknya lagi, Ayu tak meronta sama sekali. Seakan-akan rasa sakit di wajahnya adalah hal biasa yang tak perlu dirasakan.

"Kak Ayu, hiks, kenapa Kakak gak nangis aja sih, hiks," isak Yuta setelah membersihkan wajah Ayu. Ayu hanya mendecih. Dalam pikirnya dia merasa  sangat prik melihat Yuta mengatakan hal itu. Kalau gini aja nangis, gimana dulu gue disayat terus dikasih garam sama Mr.George. Alay banget nih anak. Hiiih.

"Daripada lo suruh gue nangis, mending lo pergi aja deh dari sini, muak gue denger tangisan alay lo," usir Ayu yang makjleb. Yuta menggigit bibirnya. Setelah pengorbanannya memapah tubuh Ayu hingga ke UKS, lalu mengerahkan tenaganya untuk mengurus gadis itu; ternyata hanya dihadiahi usiran.

"Gak tahu diri," ucapnya pelan. Tapi Ayu yang memiliki 100 telinga jelas mendengarnya. Ayu menelan ludah. Ternyata Yuta yang terlihat hanya bisa menangis dan ketakutan; bisa berkata setajam silet.

"Ternyata kamu bisa ngomong kayak gitu ya, Yuta," kata Ayu datar, membuat Yuta ketar-ketir. "Hihi, lucu," imbuhnya terkekeh.

Yuta yang baru pertama kali melihat senyuman Ayu yang begitu pulus seketika terpana. Yuta mendekat kearah Ayu, "Kak Ayu nya senyum," ujarnya kegirangan. "Cantik, kayak bidadari."

"Sa ae lo Yanto," elak Ayu, yang diam-diam menyembunyikan kuluman senyum. Dadanya sudah dag-dig-dug ser mendengar gombalan Yuta yang cringe.

"T-tapi Kak Ayu emang cantik. Yu-yuta suka sama Kak Ayu." Setelah mengatakan hal itu, Yuta menutupi wajahnya yang memerah. Yuta tak menyangka akhirnya dia bisa menyatakan perasaannya dihadapan Ayu setelah menjadi penguntit saja.

"Tapi gue ga suka sama lo, gimana dong?" jawab Ayu, menggoda. Yuta membuka tangannya. Kini ia menampilkan wajah kecewa. "Jadi Yuta ditolak nih, hiks."

"Emang lo nembak gue?" goda Ayu yang dijawab anggukan oleh Yuta. Ayu memasang wajah melas, "Yah, maaf Yuta, gue gak bisa ..."

Kali ini Yuta yang mewek.

"... gak mau nolak maksudnya."

"Eh ..." Yuta mengangkat wajahnya. "J-jadi kita pacaran nih?"

"Main Gaple. Ya iya, lah! Sttt, tapi diam-diam, ya!" jawab Ayu yang langsung disambut anggukan oleh Yuta.

Gak papa diam-diam dulu, pelan-pelan dulu. Kalau sudah waktunya, Yuta akan mengumumkan ke seluruh dunia kalau Ayu sekarang menjadi miliknya.

Childish Boy

Disaat Ayu-Yuta sedang full senyum, maka Nara-Gala adalah kebalikannya. Pasangan sejoli ini sedang memikirkan bagaimana caranya agar hubungan mereka tetap berjalan tanpa adanya korban. Cinta tak seharusnya memakan nyawa.

Sepulang sekolah, Nara tak mengantar Gala pulang karena cowok itu ternyata dijemput paksa oleh bodyguard ayahnya. Akhirnya, Nara pun harus pulang sendiri. Pupus sudah harapannya untuk mengajak Gala mampir ke rumahnya. Padahal hari ini seluruh anggota keluarganya sedang berada di rumah semua.

Tapi tak apalah, Nara pulang dengan hati gundah. Seperti ada yang mengganjal. Dan benar saja, saat ia sudah dekat dengan rumah, terlihat ada yang aneh dari rumah itu. Nara cepat-cepat turun dari motornya dan masuk ke rumah. Betapa kagetnya dia saat ketiga adeknya menangis di hadapan Mbak Tina yang tak sadarkan diri, dengan darah di mengucur deras di kepala.

"Ya Tuhan, Mbak!" teriak Nara spontan. Hatinya terasa perih, saat menyadari tidak ada yang mau membantu keluarganya, padahal tetangga begitu banyak. Atau, mereka terlalu takut dengan ancaman seseorang yang sudah melukai Mbak Tina. Dengan cepat, dia membungkus kepala Mbak Tina dengan kain seadanya, lalu menggendong Mbak Tina; berlari ke arah perkampungan atas. Dimana ada bidan yang siap membantunya.

Untung saja, bidan itu masih ada dirumah. Mbak Tina selamat, karena darah di kepalanya sudah tak keluar lagi.

Setelah sadarkan diri, Mbak Tina langsung menangis di hadapan Nara. "Ya Tuhan, Nara, Mbak takut kamu diculik sama orang-orang itu," isak Mbak Tina memeluk Nara. "Mbak tidak tahu kehidupan kamu disana seperti apa. Tapi Nak, kenapa kamu bisa berurusan dengan orang-orang sejahat itu, Nak!"

"Siapa Mbak? katakan siapa yang berani melukai Mbak?!" cerca Nara menahan amarahnya. Mbak Tina menggeleng, sebenarnya ia juga tak tahu siapa orang orang itu. "Mbak Ndak tahu, Nara, tapi mereka mau melukai adek-adek. Mbak cuma berusaha melindungi mereka. Dan yang mbak inget, mereka mengatakan bahwa kamu ndak boleh dekatin cowok yang namanya Gala," jawab Mbak Tina berusaha mengingat-ingat.

Gigi Nara bergemeretak. Ternyata ulah bajingan George. Ancaman itu ternyata tak main-main. Nara seketika pusing. George memang gila. Dan gilanya Nara tak takut dengan permainan yang George buat.

"Mbak, Nara minta maaf karena udah bikin masalah. Tapi mbak tenang aja, mereka bakalan aku balas," ucap Nara yang dibalas gelengan oleh perempuan itu, "Jangan Nak, Mbak minta tolong sanget jangan ada perkelahian. Sudah, turutin saja kata mereka. Mbak takut kamu kenapa-napa."

Nara tertegun. Benar. Dia memang tak takut, tapi keluarganya pasti ketakutan dengan ambisi George yang gila. Mungkin George tak bisa menyentuhnya, tapi George jelas bisa menghabisi Mbak Tina dan ketiga adeknya.

Cinta ini membuat Nara tak waras karena salah kondisi. Andai saja dia ... ah, berandai-andai tak akan menyelesaikan masalah, pikir Nara saat ini.

Apa gue nyerah aja ya, untuk sementara waktu, batinnya menimang-nimang. Tapi gimana kalau Gala gak mau terima alasan gue dan berpaling dari gue. Arrrrgh, pengen gue BUNUH aja tuh aki-aki.

Saat Nara tercenung, Mbak Tina memegang tangan Nara. "Nar, Mbak berterimakasih karena kamu sudah berusaha menghidupi Mbak dan adek-adek. Tapi, Mbak juga minta maaf karena sudah melarang kebahagiaan kamu, entah apapun itu. Mbak cuma takut Nar, kamu kenapa-napa. Terserah kamu mau marah atau benci sama Mbak, tapi kita hanya orang miskin yang enggak bakalan bisa ngelawan orang kaya," tutur Mbak Tina, meneteskan air mata.

"Mbak nggak usah khawatir, ini semua pasti bakalan segera aku selesaikan." Nara membalas cekalan tangan Mbak Tina. "Maafin Nara, ya mbak."

Jika kalian mengira bahwa hanya Nara yang bingung, disini Ayu dan Gala juga sedang memutar otak. Dua siswa ini berada di kamar Gala, duduk berdiskusi.

"Gue gak mau tau ya Gal, lo harus ssgera putusin Nara secepatnya. Ini demi kebaikan kita semua, Gal," pinta Ayu tegas. Gala menggeleng. Ia sudah terisak sedari pertama Ayu berbicara. "Aku enggak mau Ayu. A-aku gak mau lepasin Nara," isaknya.

"Lo kenapa egois banget sih?!" Ayu mengacak rambutnya frustasi, "Lo tau kan apa akibat nya jika lo terus-terusan sama Nara? kita semua bakalan mati!" gertak Ayu yang tetap tak bisa merobohkan pendirian Nara.

"Ak-aku gak bisa Yu, hiks, tolong jangan seperti itu, hiks," Gala memegang tangan Ayu, memohon agar Ayu tak mencecarnya. Ayu menggeleng, ia mendorong Gala hingga cowok itu terpental.

"Kalau lo gak bisa putusin Nara. Lihat aja, lo yang bakalan dibuang sama dia. Cepat atau lambat."

Childish Boy

[Iwawiwai's/Note]

Hayooooo udah mulai nih panas nyaaaa🥺

Sad or happy?

Sad aja kali ya

Hahahaha, just kidding bro²

Childish Boy: Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang