Saya dengar, Gala tambah lengket sama gadis itu. Saya gamau tau ya Ayu, kamu harus terus awasi Gala dengan gadis itu. Kalau tidak seluruh beasiswa milik kamu saya ambil—
tut tut tut tut tut
Belum sempat menjawab atau protes, sambungan sudah diputuskan secara sepihak. Ayu menggeram kesal. Orang kaya memang kadang seenaknya dengan manusia rendahan seperti Ayu. Dia memijat pelipisnya. Masalahnya sudah banyak kali ini, malah bapaknya Gala nelfon marah-marah.
PAK! ANAKMU INI GAMAU DIATUR! ingin sekali Ayu teriak seperti itu. Tapi ia masih sayang uang. Maka dari itu ia akan menghampiri Nara untuk memberi peringatan terhadap gadis rebel itu.
Tapi masalahnya, sekarang dia punya masalah baru. Yaitu cowok dengan mata belo yang entah darimana bisa ngintilin dia kemanapun ia pergi. Cowok ini bernama Yuta, dan Ayu benar-benar tak tahu lagi caranya mengusir kucing kecil ini. Ya, kucing kecil kan suka ngintilin orang.
"Heh bayi kucing, kali ini lo jangan ikutin gue. Gue ada urusan penting banget, nget, nget!" ucap Ayu memperingati. Yuta menggeleng. Ia menggait ujung seragam Ayu seakan mengatakan ia tak mau jauh-jauh dari gadis itu. Ayu mencak-mencak. Ia ingin sekali Gala seperti Yuta ini. Nempel ke dirinya. Kan enak. Tapi ini malah cowok gaberguna yang cengeng dan lemah yang nempel kedirinya.
Buat apa? Duit juga gaada?
"Ck, lo bisa denger gue ga sih anjing. Jangan ngintilin gue, gue ada urusan. Bebal banget sih lo!" sentak Ayu yang membuat Yuta hampir menangis. Cowok itu menggigit bibirnya. Ayu bilang Ayu tak suka cowok yang lemah.
"Ck, nangis kan lo. Dasa—"
"Jangan marah-marah gitu dong mbak nya, kasian tuh cowoknya nangis." Suara itu membuat Ayu menghentikan ucapannya. Ia menoleh, mendapati Nara sedang duduk santai diatas genteng belakang sekolah. Ayu menepuk jidatnya, tak habis pikir kenapa Gala bisa dapat cewek serandom Nara.
Tapi dia teringat dengan misinya kali ini, dan syukur-syukur Nara malah menyerahkan diri. "Heh buyung puyuh, turun lo!" teriaknya penuh semangat. Nara menurut. Ia melompat dan berdiri di depan Ayu.
"Ada apa sobat?"' tanya Nara, khas orang so kenal so dekat so ramah. Ayu mendesis seperti ular. Melihat wajah Nara membuatnya gatal ingin memukul wajah mulus itu. Tapi ia harus tenang sekarang.
"Jauhin Gala kalau lo gamau dapat bahaya. Gue ulang, jauhi Gala," ucap nya penuh penekanan. Nara hanya terkekeh. "Gue suka nantang bahaya, gimana dong?" jawabnya sekenanya.
Ayu mencak-mencak di tempat. "Ya lo emang suka nantang bahaya, tapi gue gak suka. Ayolah Nar, ini bukan hanya nyangkut tentang lo dan Gala, tapi juga tentang masa depan gue!"
"Sabodo amat. Itu mah urusan lo. Lagian lo sok mikirin masa depan, ngusir satu cowok aja gabisa," timpal Nara, membuat Ayu semakin naik pitam karena teringat jika Yuta masih ada di situ.
"Dih bawa pulang aja tuh cowo, ga butuh gue. Risih gue deket-deket sama dia," ujar Ayu penuh sarkastik. Yuta yang mendengar itu hanya menunduk saja. Melihat itu, Nara jadi dejavu. Ia sempat merasakan posisi Ayu. Nara terkekeh. Sepertinya akan ada yang cinlok nih.
"Halah bilangnya risih, nanti kalau ditinggal nanges," balas Nara. Nara mendekati Yuta dan menepuk bahu cowok itu. "Hai dedek manis, lo mau jadi selir gue, gak?"
"Ngadi-ngadi, gue bilangin Gala mampus lo!" Spontan. Ayu hanya spontan mengatakan hal itu. Dia langsung mendelik. Mulutnya kenapa tak bisa sinkron seperti ini sih?
"Bilangin Gala biar hubungan kita putus, atau karena cemburu neng?" goda Nara; terlihat sangat menyebalkan. Ayu menarik tangan Yuta agar cowok itu di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Boy: Love Hate
Ficção Adolescente"Nara I Love You, Gala cayang Nara!" "Najis." "Ish, hiks, Nara jahat gak mau sayang sama Gala." "Udah jangan nangis. Love you too." ❤❤❤❤❤❤❤❤ Lugu tapi sok keras adalah sifat Gala. Cowok childish yang berpenampilan aneh nan mewah. Selain lugu dan me...