Babayo

977 87 5
                                    

Hari ini Nara sudah siap bersekolah. Dengan motor CB merah kesayangannya, Nara siap menimba ilmu. Walau hanya ditimba tapi tak dimasukkan kedalam otak sama sekali, namun sekolah menjadi wajib sekarang.

Karena apa? Karena ada Gala.

Nara sudah janjian dengan Gala jika dia akan menjemput Gala. Tapi dia tak akan menjemputnya dari rumah Gala, itu terlalu beresiko. Dia akan menunggu Gala di halte bus. Mereka akan bertemu disana.

Ternyata, Gala sudah datang lebih dulu. Dengan bau bayi, seragam super rapi, dan rambut yang sudah disisir seperti bocah TK, Gala menunggu Nara walau harus dijaili oleh mak-mak yang gemas dengan penampilannya.

"Ehem, udah nunggu dari lama nih kayaknya," ucap Nara saat menyambut Gala yang tampak berbinar. Gala mengulum senyum, salting. "Ih Nara lama banget datangnya. Gala sampai nungguin berjam-jam!" sahutnya kesal.

"Dih, alay," timpal Nara. "Udah ah, ayo cabs. Anak rajin kayak aku gaboleh sampai telat sekolah."

"Iya rajin. Rajin cari masalah, rajin langganan bk, rajin dapat panggilan surat orang tua," sahut Gala yang langsung meroasting Nara sambil berusaha membenarkan posisi helm. Karena tak terbiasa, dia jadi kesusahan mengenakannya.

Karena kesal melihat Gala yang seperti orang tolol, Nara pun membantu Gala membenarkan helmnya. Itu terlihat seperti film-film romantis. Dilan dan Milea versi lain.

"Kalau pake helm gini gantengnya nambah!" puji Nara dengan senyuman bangga. Faktanya, helm itu adalah helm kesayangannya. Jadi, dia hari ini tidak memakai helm. Dia serahkan helm kesayangannya itu untuk dipakai orang kesayangan pula. Gapapa kepala benjot, asal ayang selamat.

Di perjalanan pun, Nara sengaja mencari jalan alternatif paling jauh agar tak cepat sampai ke sekolah. Gala yang tak tahu ada gang-gang sempit seperti ini menjadi takjub. Baginya, Nara adalah google maps berjalan yang membawanya ke pengalaman baru.

"Nara, ini jalannya sempit banget kayak dompet kamu, gak ada jalan lain gitu?" tanya Gala yang sudah ia tanyakan berkali-kali. Nara terkikik. "Jalan lain sih kayaknya cuma Jalan sirotol mustakim. Udah ah, pegangan. Ada polisi tidur disana."

Gala pun mengeratkan pelukannya. Saat Nara menggas motornya padahal banyak polisi tidur disana, Gala seperti bebek tak dikasih makan. "Nara berhentiin mototnya yaolo yaolo yaolo. Udah Nara udaaaaaaaaah Nara bangsat!" teriak Gala yang ketakutan.

Tapi sesuai dengan prinsip Nara yang semakin dilarang semakin dilakukan, Nara malah semakin menggas motornya hingga Gala terbang-terbang.

"NARAAAAAAAAAAAA BERHENTIIII AAAAAAAAAA!"

CHILDISH BOY

"Bisa gak sih lo gausah ngintilin gue. Gue itu bukan siapa-siapa lo ya! Gue bukan guardian lo! bukan juga nyokap lo yang akan rela bantuin lo setiap saat. Dih, nyesel gue bantuin lo waktu itu. Dasar nyusain!"

Dengan menggebu-gebu Ayu berusaha membuat cowok imut di depannya ini takut dan pergi. Konyol memang, disaat dia ingin Gala menempel kepadanya, malah cowok imut tak dikenal yang ngintil padanya. Sudah hampir seminggu Yuta mengikutinya tanpa bicara. Ya, cowok itu hanya akan bicara saat menangis. Suaranya pun sangat kecil.

Andai Gala yang seperti itu, pasti Ayu senang. Tapi Gala seperti kucing oyen yang tak mau diatur. Dirinya saja tak tahu cowok itu dimana sekarang.

"HEH, BISA DENGER GA SIH LO! PERGI GA LO!" teriak Ayu frustasi saat Yuta hanya terdiam di tempatnya. Tak bergerak sama sekali. Cowok itu menunduk, suara isakannya kembali terdengar. Lucu sih, tapi Ayu gengsi bilangnya.

Childish Boy: Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang