Awan biru telah kembali terlihat saat sang matahari telah kembali menyapa dengan datangnya hari baru
Dua mata yg masih tertutup rapat seketika mengejap saat sang Surya sedikit memberikan sinarnya mengenai wajah tampan yg masih terbenam di atas bantal, sinar matahari yg terus memancar ke wajahnya membuat kedua mata itu terbuka juga saat mulai tak nyaman. Tubuh Zee bangkit sambil merentangkan kedua tanganya
"Hooooahmm" dengan merenggangkan otot otot yg terasa kaku. Terbenam di atas ranjang, ia tidak menemukan keberadaan kakanya gracio. Di Jangkauannya benda pipih yg berada di atas meja, ia terbelak saat mengetahui banyak notifikasi masuk
"Chika! Gila udah jam 9 gak sekolah dong!, kok kak gracio gak ngebangunin gua sih" gumaman zee ia bangkit dari ranjang dengan malas malasan
Senyuman Zee lukis di wajah dengan pandangan di layar handphone Zee mendapat pesan masuk dari Shani
"Cici gak kuliah? aku kesana yah?" Balasan pesan Zee
30 menit kemudian ia sudah tiba di kediaman shani ia melangkahkan kakinya kedalam rumah itu ia langsung mengunci pintunya lalu melangkahkan kakinya kembali menuju kamar Shani mengikuti perintah Shani yg ia sampaikan lewat handphone
Zee menghempaskan dalam dalam saat memegang gagang pintu kamar Shani begitu ia membukanya Zee melihat Shani masih terpejam dalam tidurnya lalu ia berjalan mendekatnya duduk di tepian ranjang tanganya mengusap rambut shani
"Maaf ci, aku tidak sama sekali bermaksud membuatmu terjebak dalam situasi seperti ini" guman zee
"Zee kamu sudah datang?" Ucap Shani membelkan matanya
"Cici sudah bangun"
"Aku gak tidur Zee cuman memjamkan mata saja, berhenti untuk minta maaf Zee, sebab ini bukan sepenuhnya salah kamu tapi salah aku juga" Shani mengukir senyuman di wajahnya memberikan tatapanya padanya dan Zee menyambut dengan pandangan yg tersirat makna di dalamnya.
"Shani adalah wanita yg baik dan juga dewas dia sudah membuatku nyaman berada di dekatnya dan hal ini tidak pernah aku temui pada wanita lain sebelumnya. Wanita lain sangat terlihat manja dan begitu egois maunya menang sendiri" ucap batin zee
"Ci.. terimakasih" ujar zee tersenyum dengan lemparan pandangan yg terus dia bawa pada shani dan Zee segera memberikan kecupan singkat pada pipinya
Sesuai dengan jadwal pemeriksaan yg sudah di tentukan Shani kini sudah di bawa ke ruang dokter di temani oleh adiknya kekasihnya yaitu zee, Shani tengah membaringkan tubuhnya di atas ranjang menggunakan baju yg sudah di siapkan sebagian guna melakukan pemeriksaan
Dokter mulai mengoles oles gel di atas perut rata Shani dan setelah itu dokter mengoleskan alat transducer pada perut rata Shani, zee sudah penasaran dengan perkembangan janin yg berada di kandungan Shani dengan segeranya memandang pada layar monitor
"Kandungan mbak berkembang dengan baik sesuai dengan umurnya yg baru saja menginjak 8 Minggu" senyum menghiasi dokter muda itu saat menyampaikan kondisi Shani
"Makasih dokter, apa anda serius dok"
"Coba anda liat bulatan kecil sebesar biji kacang ini, ini calon bayi mbak dan dia berkembang sangat baik"
Shani terus saja membawa pandanganya pada layar monitor dengan pandangan yg sangat sulit di artikan, rasa hangat menjalar dalam dirinya begitu ia mendapati janin di dalam rahimnya yg baru sebesar biji kacang tanah. Sangat begitu kecil namun bernyawa dia adalah darah dagingnya bersama zee. Sekejap kedua bola matanya nampak sudah berkaca kaca dirinya sempat tidak menginginkan janin tumbuh di dalam rahimnya mengingat hubungan dia dengan Zee belum resmi menjadi pasangan suami istri. Namun saat melihat janin kecil itu hati nuraninya sebagai seorang ibu seketika ada
"Anakku" batin shani
Semua terjadi begitu sangat cepat dan masih teringat jelas di dalam ingatan Shani saat tubuhnya yg menggigil diterpa hujan badai ia di dekap oleh laki laki adik kekasihnya, ini benar benar sangat memalukan jika harus di ingat itulah yg ada di pikiran Shani saat ini, atas apa yg telah di lakukan dengan zee
"Dok, apakah kita di perbolehkan melakukan begituan?" tanya polos Zee, sukses membuat mata Shani terbelak seakan tidak percaya atas apa pertanyaan yg di lontarkan Zee
"Biar aku tebak kalian pasangan muda yg bar menikah?" dokter itu bertanya balik sambil menahan tawa
"Iiiiyyyyaaa dok"jawab zee
"Pantes aja masih semangat banget! Boleh kok mas, tapi pelan pelan aja yah"jelas dokter
Shani dan Zee terus melangkah beriringan dengan Zee yg terus merangkul pundak Shani saat ia memasuki ke dalam rumah. Zee mengukir senyuman kecil di wajah dan itu membuat Shani menatapnya dengan tatapan heran
"Kenapa Zee senyum senyum sendiri? Memang ada yg lucu"
"Nggak kok sayang, Cici istirahat yah eh aku numpang mandi ya ci gerah banget nih" pinta zee
Dengan kegiatan hari ini yg cukup menguras tenaga membuat zee merasa gerah dan ia memutuskan untuk mandi
"Aku mungkin juga mau mandi setelah itu istirahat siang" ujar shani
"Benark kah" tanya Zee dengan melemparkan tatapan mesumnya setelah mendengarkan ucapan yg di ucapkan Shani
"Tentu saja, hari ini banyak aktifitas di luar dan itu membuat aku menjadi gerah Zee" ujar shani segera mengunci pintu kamarnya, tiba tiba Shani terkaget saat tubuhnya sudah berada di gendongan Zee
"Zee turunin aku apa yg ingin kamu lakukan"
"Bukanya kamu ingin mandi ci, kita kan bisa mandi bersama"
"Apa kamu sudah gila Zee aku gak mau kita mandi bersama cepet turunin aku"
"Kenapa ci, Cici malu? Bahkan aku sudah melihat semuanya bukan hanya itu, bukankah aku juga sudah menikmatinya"
"Tapi turunin aku Zee"
Zee terus mengayunkan kakinya menuju kamar mandi yg berada di kamar Shani, ia tetap tidak memperdulikan ucapannya setelah berada di kamar mandi Zee segera menurunkan tubuh Shani dan menguncinya
"Kamu sudah gila Zee aku gak mau mandi sama kamu" ucapa Shani dengan memberikan tatapan tajam dan Zee membalas tatapan itu dengan senyuman
"Tapi aku mau sayang"
Zee terus memberikan tatapan yg dalam pada Shani yg kini tubuhnya terpenjara pada dinding kamar mandi. Zee meraih bahu Shani dengan memberikan tatapan penuh arti pada Shani
"Zee apa yg kamu lakukan" bersamaan dengan itu Zee menyalakan shower membuat kucuran air membasahi tubuh mereka, Zee kian mendekatkan bibirnya dengan gairah yg sudah membara perlahan di raihnya pinggang Shani dan mendaratkan ciuman panjang pada bibir Shani
Awalnya Shani begitu dingin dengan menanggapi apa yg di lakukan Zee namun lambat laun ia mulai menyambut apa yg Zee lakukan pada dirinya bahkan kedua tangan Shani sudah ia kalungkan pada leher zee, saat mulut mereka saling beradu. Gairah yg membara dalam dirinya membuat perlahan bibir itu menjelajahi leher nya dengan meninggalkan jejak jejak tanda merah yg membuat Shani kian tenggelam dalam gairah yg Zee ciptakan
"Zee ah...."Shani mendesah kenikmatan sambil menjambak rambut zee kala tangan Zee memainkan bongkahan ya
Meyakini Shani yg sudah menikmati permainannya Zee mulai memberanikan diri melucuti pakaian milik Shani, yg awalnya menolak namun ketika Zee kembali memberikan sentuhan yg membangkitkan gairah membuat Shani akhirnya pasrah bahkan keduanya kini sudah sama sama polos
"Aku boleh melakukanya sayang" Zee berkata lirih dengan gairah yg sudah berada di ubun ubun
Shani hanya mengangguk pasrah saat ini dia sudah kehilangan akal sehatnya sebab dia sendiri tidak mampu membendung hasratnya sebagai wanita dewasa. Mendapatkan lampu hijau Zee pun segera membalik tubuh Shani menghadap ke dinding kamar mandi dan segera menghajarnya dengan batangnya mereka melakukan aksinya dalam posisi berdiri. Desahan desahan kemudian lolos dari bibir pasangan muda mudi itu kala keduanya menikmati penyatuan yg mereka lakukan saat ini. Zee merasakan cairan nya akan menyambut keluar, seperti sebelumya Zee membiarkan beberapa menit pusakanya berada di dalam sana, saat mengeluarkan cairan kenikmatanya
TBC
Jangan lupa vote dan komen
See you next time!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife
Fanfiction⚠️⚠️ "semua ini terjadi bukan salah Zee tapi bukan juga salah shani. Mungkin yg sesungguhnya bersalah adalah keadaan di hari itu" Kalo mau follow dulu juga boleh😊 AREA 18+ Kalo gak suka skip aja