POV Shani
Aku pada akhirnya menikah dengan suamiku, Zee. Bersama dirinya aku merasakan ketenangan yang sebelumnya tidak pernah aku dapatkan, karena masih berkecamuk dengan beberapa hal yang melatarbelakanginya
Salah satunya ketakutan diriku terhadap dirinya yang akan meninggalkan diriku ketika mengetahui bahwa aku hamil olehnya. Namun semua itu berjalan dengan baik baik saja.
Aku bersyukur sekali terhadap tuhan atas semuanya, aku masih diberi kepercayaan untuk hidup dan memperbaiki kehidupanku yang seharusnya sudah rusak beberapa waktu kebelakang.
Berbicara tentang masa lalu yang aku lalui, aku sebenarnya masih berpikir positif tentang suamiku ini. Aku berprasangka baik terhadapnya, mungkin saja dia adalah orang baik yang bisa menuntunku kejalan yang benar
Namun setelah aku pikir pikir kembali, mana mungkin kami berada di dalam jalan yang benar jika pernah melakukan hubungan badan di luar nikah, bercumbu mesra hingga pada akhirnya tidak bisa menahan diri dan hamil.
Terlepas aku hamil olehnya, aku akui itu merupakan sebuah kebodohan yang pernah aku lakukan dengan dirinya.
Aku sekarang menaruh rasa curiga terhadapnya, apakah suamiku ini adalah orang yang maniak sex dan memiliki banyak wanita simpanan? Ataupun sebagainya aku tidak tau. Sikapnya yang bisa menyembunyikan itulah yang membuatku tidak banyak kepo perihal dirinya dan masa lalunya
Tapi itu dulu, aku anggap masa lalu biarlah tetap menjadi masa lalu. Aku mencintainya dan tidak ingin berpisah dengan dirinya apapun yang yerjadi. Awalnya aku curiga saja, awal mula aku mengenal dia karena sering mengantar jemput adikku chika.
Aku tidak melarang hal itu sebenarnya, jika memang suamiku menganggap Chika hanya temanya saja. Namun setelah menelusuri lebih lanjut mana ada cewe sama cowok berteman dengan tulus, dan benar saja ternyata Chika memiliki perasaan yang lebih terhadap suamiku. belom wanita di luar shana mengingat suamiku memiliki wajah yang tampan dan bentuk tubuh yang sempurna.
Keesokan harinya setelah acara syukuran rumah, aku seperti biasa mencoba bangun lebih awal. Kedua mertuaku sudah pulang kerumah masing masing
Pagi ini aku pergi ke kamar mandi kemudian mencuci muka dan menggosok gigi. Selepas itu aku langsung pergi ke dapur dan mencari bahan makanan yang bisa aku buatkan sarapan untuk suamiku. Sebenarnya aku bisa memasak tapi hanya untuk porsi diriku saja, belom berani memasak untuk orang banyak takutnya masakanku kurang enak.
Setelah menyiapkan semuanya aku membereskan beberapa makanan sisa syukuran semalam. Makanan yang masih bagus aku panaskan kembali dan sisanya yang tidak layak di makan aku buang ke tempat sampah
Kemudian aku pergi ke kamar untuk membangunkan suamiku yang masih berbaring di atas kasur
"Sayang ayo bangun, kita sarapan dulu" ajak ku kepadanya sambil mengelus elus rambutnya
"Iya sayang sebentar lagi ya, lima menit ok" jawabnya singkat dengan mata yang masih tertutup
"Sayang katanya hari ini mau anterin aku ke kampus?"ucapku mengingatkan
"Oh iya, maaf sayang aku lupa. Terimakasih ya udah ngingetin aku"jawab suamiku yang seketika langsung terbangun dan duduk di tempat tidur
"Iya sayangku, kamu mau langsung mandi apa sarapan dulu?" Tanyaku kepadanya
"Mau mandi aja sayang biar nggak bau dan bisa langsung berangkat"
"Yasudah kalo mau mandi dulu, yok mandi bareng" ajaku kepadanya
"Ayo dong, sudah lama nih nggak mandi bareng" jawabnya singkat kegirangan
"Tapi janji ya nggak aneh aneh! Soalnya kita mau berangkat aku ada agenda hari ini, kalo lemes dan kurang fokus gimana hayo" tanyaku kepadanya sambil tetap menggoda
"Enggak akan ko, ayo sayang mandi bareng" ajaknya sambil menggandeng tangan ku masuk ke kamar mandi
"Iya sebentar dulu aku ambil anduknya ya"
"Ayo cepetan sayang nanti telat gimana?"
"Telat apanya sih baru juga jam 6 pagi"jawabku agak kesal
Aku tidak tau harus bagaiman, saking aku sangat mencintainya jadi aku hilangkan kebiasaan buruk ku untuk menjadi wanita yang cerewet dan manja, hanya untuknya. Aku melakukan itu semua hanya untuk membuat dirinya nyaman dan mencintaiku seutuhnya
Usahaku tidak menjadi sia sia dengan aku menjadi lebih ramah dan lebih sabar sedikit dia menjadi lelaki yang baik dan manja kepadaku. Aku sangat senang sekali dan aku berharap akan terus seperti ini indahnya pernikahan
Jujur saja terkadang aku merasa sedikit takut jika harus berperan menjadi seorang istri dan memuaskan nafsunya di ranjang. Tidak bisa aku pungkiri memang rasanya luar biasa sekali, awalnya aku takut dengan bentuknya yang panjang dan besar itu.
Hanya saja salahku yang bodoh ini tidak menahan hawa nafsu yang menggebu gebu ketika tubuh polosnya memeluk tubuhku yang menggigil kedinginan. Aku bercinta dengan Zee malam itu hingga aku hamil dan menjadikan dirinya sebagai suamiku seutuhnya. Sekarang dan seterusnya aku berhadapan lagi dengan dirinya, aku bangga memiliki suami dengan paras yang tampan
"Sayang ayo buka dong bajunya" ujar suamiku
"Iya sebentar sayang, aku bukain baju kamu dulu" jawabku
"Tapi boleh dong aku nenen dulu, kan si dedek bayi belom lahir" tanyanya kepadaku
"Ya boleh boleh saja, kenapa harus ijin dulu kan sekarang mah sudah sah mau ngapain aja boleh"
"Asik sekarang boleh dong main satu ronde"
"Enggak boleh!" Jawabku singkat sambil melotot kan mataku kepadanya
"Ih ayang jahat, serem tau melotot kaya gitu apaan sih"
"Ya lagian minta jatah terus!"
Aku langsung membuka bajunya, kemudian membuka celana sampai celana dalamnya, kemudian dia bergantian melepaskan baju dan celana aku
"Udah ya sekarang kita mandi, jangan aneh aneh inget kita mau berkendara nanti kurang fokus"
"Iya sayang, eh perut kamu sudah mulai buncit lucu deh lihatnya"
"Jangan salah di dalamnya ada anak kamu"
"Tetep cantik ko istriku"
"Cantik Lah kalo nggak cantik mending ngak usah sama aku aja. Lagian kalo aku nggak cantik mana mungkin kamu nikahin aku"
"Yaudah ayo mandi"
Segala sesuatu yang aku ceritakan ini mungkin tidak akan bertele tele, tapi menurutku itu bukan suatu hal yang tidak jelas. Justru dengan aku bercerita seperti ini aku ingin menceritakan kejadian yang aku alami dengan jelas dan sedetail mungkin.
Anggap sajalah kehidupanku setelah pernikahan dengan Zee berjalan dengan baik. Pergolakan batin dalam diriku mengenai suamiku itu tidak pernah aku anggap begitu berlebihan
Rasa sulit untuk menerima dan mempercayai suamiku memang sulit, namun karena aku tidak ingin berpisah dengannya maka segala sesuatu yang bisa menyebabkan rumah tangga hancur tidak pernah aku utarakan kepadanya
Aku memilih dan memilah apapun itu, sehingga aku sangat menghormati dan menghargai suamiku itu. Aku tidak ingin karena masalah sekecil apapun dapat membuat dirinya berpaling dariku dan pergi meninggalkanku.
POV end
TBC
Vote dan komen🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife
Fanfiction⚠️⚠️ "semua ini terjadi bukan salah Zee tapi bukan juga salah shani. Mungkin yg sesungguhnya bersalah adalah keadaan di hari itu" Kalo mau follow dulu juga boleh😊 AREA 18+ Kalo gak suka skip aja