you're still a traitor...

70.7K 3.8K 39
                                    

Saka kembali sekolah, Berliana dan Arthur yang memang super sibuk belum kembali dari perjalanan bisnis mereka.

Ini kesempatan bagi Daisy untuk bertemu dengan ayahnya. Setelah kemarin bertemu di supermarket, keduanya setuju untuk bertemu dan menjelaskan semuanya.

Daisy memakai dress dengan motif bunga daisy, dress sepanjang mata kaki yang sangat cantik di pakai oleh ibu hamil satu ini.

Setelah mengambil sling bag dan memasukan beberapa barang, Daisy memesan taksi online.

Tak lama, taksi itu datang dan Daisy melaju ke tempat yang sudah di tentukan kemarin.

Kafe Kita.

Suara lonceng berbunyi, pertanda jika ada pelanggan datang. Meja dengan nomor 15 adalah meja ayahnya. Meja yang dekat dengan jendela, tempat kesukaannya.

"ayah, maaf ya Daisy telat" Darel, ayah Daisy mengangguk tidak mempermasalahkan.

"ayah udah pesenin milkshake kesukaan kamu, minum dulu" Daisy meminum sedikit milkshake strawberry kesukaanya dan merasa jantungnya berdebar.

Bukan karena jatuh cinta. Tapi karena ia sudah lama tidak sedekat ini dengan ayahnya.

"ayah mau minta maaf atas semua kesalahan ayah dulu kak, jujur waktu itu ayah bingung, ayah gak tau harus bagaimana--," Darel menghapus air matanya.

"ayah diancam, ayah tau Nara bukan anak kandung ayah tapi ayah di ancam, mereka bilang akan membuat ayah bangkrut jika tidak menikah dengan Galuh, jadi ayah terpaksa menikhi Galuh agar bisa menghidupi kalian kak, mereka juga mengancam ayah untuk tidak menemui kalian lagi" jelas Darel membuat Daisy menangis. Dirinya terlalu membenci Darel, padahal Darel juga tersiksa selama ini.

"aku juga minta maaf yah, aku belum bisa jadi anak yang baik buat ayah, belum bisa banggain ayah" Daisy merasakan bahunya di rangkul oleh ayahnya, astaga sudah berapa lama ia tidak meradakan rangkulan hangat ini?.

"gimana kabar Aster sama Kenzo?" tanya Darel mencoba mencarikan suasana agar tidak semellow tadi.

"mereka baik yah, pantes aja bunda selalu larang aku gak boleh benci sama ayah, ternyata ayah sama sekali gak bersalah" ujar Daisy tersenyum lega. Allhamdulillah Nara bukan saudarinya, tapi tetap saja kan? Nara adalah saudari tirinya.

"tapi setelah ini kamu bakalan benci ayah" lirih Darel, bahkan Daisy tidak mendengarnya.

Kedua orang itu berbincang sampai lupa waktu. Hari sudah sore, Daisy berpamitan pada Darel. Darel pun sama, ia harus sampai rumah sebelum istri dan anaknya pulang.

Mereka berdiri di pinggir jalan, Darel menunggu taksi lewat untuk Daisy karena dirinya tidak bisa mengantar putrinya.

"Daisy maafin ayah ya" Daisy menghadap Darel, ia mengangguk, ia sungguh sudah memaafkan Darel.

Daisy tak tahu, semua ini sudah direncanakan dengan detail oleh seorang gadis picik.

Gadis dengan seragam putih abu-abu yang entah sejak kapan berdiri di belakang Daisy menatap tajam ke Darel, Darel menggeleng, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa.

Nara melihat truk bayarannya melaju dari arah sana, dengan ancang-ancang gadis itu sudah akan melancarkan taktiknya.

Karena posisinya berada di belakang Daisy, gadis itu pura-pura terjatuh dan mendorong tubuh Daisy.

Hancur. Tubuh yang tengah mengandung itu terguling-guling beberapa meter ke depan setelah di hantam truk itu.

Dress putih yang digunakan sudah berubah menjadi warna merah pekat. Daisy merasakan seluruh tubuhnya sakit, apa lagi perutnya.

Daisy menatap Darel, mengharap pertolongan dari pria itu. Bukannya maju untuk menolong, laki-laki itu membalikan badannya menolong Nara yang masih berakting kesleo dan menangis minta maaf.

Sebelum kesadaran dirinya terenggut sepenuynya, Daisy hanya memandang langit di atasnya tanpa perduli tubuhnya tengah di tonton oleh banyak orang.

....

Saka gelisah. Daisy tidak ada di rumah, padahal ia sudah membawa baso aci kesukaan istrinya. Tapi istrinya pergi tanpa pamit kepadanya.

Saku celana Saka bergetar, pertanda ada telepon masuk. Saka mengerinyitkan dahinya saat melihat nama Sagara di sana.

Kalian ingat Sagara? iya si ketos.

Dengan sedikit ragu Saka menjawab panggilan itu.

"halo, ken---"

"buruan rumah sakit Pelita!" nada seorang Sagara jelas sekali terdengar panik dan gelisah.

Tanpa berfikir banyak, Saka segera mengambil lagi jaketnya dan menuju rumah sakit itu. Entah kenapa pikirannya tertuju pada Daisy.

Apakah istrinya melahirkan sekarang? tapi ia ingat bahwa kandungan Daisy masih 8 bulan, dan butuh 1 bulan lagi.

Tubuh Saka meluruh ketika melihat seragam osis Sagara penuh dengan darah. Apakah Sagara sedang menge-prank dirinya?

"gue gak deket sama lo Ga, gak usah sok prank gini elah" meskipun bercanda, nada bicara Saka seperti ketakutan seolah tau apa yang terjadi.

"Daisy mana? istri gue mana? anak gue mana Ga?" tanya Saka beruntun.

Sagara yang tak tega menuntun lelaki itu duduk di kursi depan ruangan ICU. Laki-laki itu memberi air terlebih dahulu pada Saka sebelum Sagara menjelaskan semuanya.

Saka meremas botol yang ia pegang sampai botol minum itu tak terbentuk.

"kontrol emosi lo ya Ka, Daisy lagi di dalem sana, gue gatau hubungan kalian apaan, tapi yang pasti Daisy butuh semangat dari lo, butuh doa dari lo, jangan bertindak gegabah ya"
Sagara memeluk Saka, pelukan teman. Saka mengangguk, ia berterima kasih pada Sagara.

Saka pamit ingin shalat. Benar. Sudah lama juga ia meninggalkan Tuhannya.
...

Aster, Berliana, Arthur, Kenzo dan teman-teman Saka sudah berada di sana. Aster dan Berliana terkejut mendengar hal ini, bahkan Aster sampai pingsan.

Sudah 2 jam Saka menunggu dengan tatapan kosong, tapi lampu ruangan ICU tak kunjung berwarna hijau.

Semoga saja istri dan anaknya baik-baik saja. Itu lah harapan Saka.

Tak lama terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan itu, Saka tersenyum, pasti itu suara anaknya.

Ragas menepuk pundaknya memberinya semangat dan selamat bahwa dirinya sudah menjadi ayah.

Tak lama kemudian lampu ruangan itu berubah menjadi hijau, membuat semua orang deg-degan menunggu kabar yang akan dibawa.

Pintu terbuka, menampilkan seorang suster dengan bayi perempuan yang berada di tangannya.

Saka bergetar, ia menangis melihat anaknya sendiri. Astaga, cantik sekali putrinya. Saka mengadzani anaknya dan menggendongnya dengan hati-hati.

"keluarga pasien bisa ikut saya sebentar?" Saka mendongak, ia mengangguk, pasti dokter itu ingin membahas tentang perkembangan istrinya.

Saka sedih, tapi ia juga bahagia karena anaknya telah lahir di dunia.

Saka di temani Aster duduk di hadapan dokter, putrinya ia titipkan kepada Berliana.

"Daisy dinyatakan koma karena benturan keras di kepalanya, dan kemungkinan pasien akan mengalami amnesia ketika bangun"

Deg. Jadi begini rasanya di permainkan takdir ya?

🌼🌼🌼
jujur aja, gue gabisa bikin scene kecelakaan saat 😭, maaf ya kalau kurang nge feel

paint without t [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang