sosok ayah

67.1K 3.6K 40
                                    

Mereka sedang berkumpul di base camp Rajawali untuk membahas nama anak Daisy dan Saka nantinya.

"saran gue sih yah kalau cewek kasih nama Jennie terus kalau cowo kasih nama Jeno, biar gedenya jadi idol" saran Teresa.

"engga! kasih nama Cecep aja kalau cowo, kalau cewe namain Cicip" saran Celos yang di gelengi oleh mereka semua.

"gak etis dong yang kalau anak Daisy di panggil, Cip, sini Cicip" imbuh Jenny.

"bener tuh! mending lo diem aja deh" perintah Teresa.

"mentang-mentang udah pacaran sama Ragas sekarang lo berani sama gue ya" Celos memalingkan wajahnya pura-pura ngambek, jujur wajahnya seperti bebek.

"udah diem dulu, biarin Saka aja yang nentuin" ujar Daisy.

Semuanya melihat Saka, menunggu laki-laki itu mengeluarkan kata.

"spill dong" pinta Gerry namun Saka menggeleng.

"nanti aja pas udah lahir, biar kalian penasaran" Semuanya mendesah kesal, Saka memang menyebalkan.

Suara motor matic terdengar dari arah depan, memang saat ini mereka berkumpul di ruang tamu basecampnya.

Dua orang gadis dengan seragam batik cokelat dengan rambut sebahu dan panjang sepunggung itu datang tanpa permisi.

Kanista meringis pelan saat Abi menatapnya tajam, tau laki-laki itu marah karena Kanista membawa gadis yang Abi benci.

Nara berkacak pinggang.

"emang kalian gak takut gak lulus? kalian bolos terus! padahal udah kelas 12 loh" ujar Nara, matanya mengedar mencari seseorang.

"oh pantes aja, udah baikan ya? jadi kakak ya penyebab mereka bolos akhir-akhir ini? aduh, tau diri dong kak! udah jadi beban buat kak Saka masih aja mau balik! jangan ngehancurin masa depan kak Saka deh!" cerca Nara, entah kenapa gadis itu menyebalkan.

"Ger, bawa adik lo sebelum gelas ini melayang ke muka dia" ancam Saka yang ancang-ancang ingin melempar gelas kaca di tangannya.

Gerry mendesah pelan, adiknya berbeda dari dulu, adiknya sekarang menjadi orang yang sangat berbeda.

"pulang atau gue aduin ibu?!" ancam Gerry, Nara menghentak-hentakan kakinya kesal.

Kini sudah tidak ada yang membelanya. Menyebalkan. Selalu saja Daisy mendapatkan apa yang dia mau.

"awas lo!" Nara mengacungkan jari tengahnya pada Daisy.

Sedangkan Daisy yang berada di rangkulan Saka hanya menatap Nara aneh, dasar bocah freak.

Gada angin gada hujan, tiba-tiba dateng gitu, astagfirullah haladzim deh. Daisy segera mengusap perutnya.

"mantan kamu aneh," ujar Daisy bergidik ngeri melihat kelakuan Nara.

"dih, ogah" jawab Saka. Laki-laki itu mulai mengendus-endus leher Daisy.

Lupa akan situasi jika teman-teman mereka masih di sini.

"gue masih minor, please" lirih Kanista membuat semua orang menatap Saka san Daisy.

"woi! minimal pindah ke kamar anjir!" Celos melempar kacang pada Saka.

"mentang-mentang udah halal! kamu kapan halalin aku yang?" Jenny menjadi alay bin lebay semenjak pacaran dengan Celos.

"emangnya kamu babi minta dihalalin?" Celos mengeluarkan jokes yang biasa di gunakan orang-orang.

Jenny menatap tajam Celos, memang yah laki-laki itu tak pernah serius.

Kanista meringis sampai giginya kering, ia tak tahu harus bagaimana. Ia memang sudah sering kumpul dengan seniornya, tapi kini terasa lebih canggung karena dirinya dan Abi sedang ada masalah.

"kakak-kakak semuanya gue balik dulu ya, di tunggu bu Rumni soalnya" pamit Kanista di angguki mereka semua.

Kanista itu pintar, tidak pernah melewatkan sekolah kecuali sakit dan ada hal penting sih. Tapi tujuan Kanista sekolah kan agar bisa bertemu Abi.

"gue anterin" entah kesambet angin apa, semua yang ada di sana melongo menatap Abi.

"wah, seneng sih mau dianterin, tapi masalahnya gue bawa motor sendiri, gue juga dapet mandat suruh foto copy dari bu Rumni, jadi gak usah ya kak, gue gamau ngerepotin" setelahnya Kanista keluar.

"makanya gak usah denial, ya ga Gas?" Celos mulai menyindir.

"haduh kayanya bakalan kesurupan nih habis di tolak" Jenny, pacar Celos itu ikut menimpali.

"brisik lo semua! gue itu inisiatif mau nganterin karena gue kira dia gada kendaraan buat balik!" elak Abi.

"bro gengsi turunin dikit elah! kaya gak tau aja dulu ada cowo yang gengsinya setinggi langit, liat aja sekarang tuh" soal sindir menyindir mari kita serahkan pada Celos.

"ayo pulang, kamu belum makan dari tadi" ajak Saka, Daisy mengangguk, ia belum makan siang.

Celos dan Jenny memutuskan untuk pulang juga karena ada acara pertemuan keluarga.

Sedangkan Ragas dan Teresa hanya berdua di base camp, hal yang sudah biasa.

....

"kamu mau ini gak?" Saka menawarkan cokelat dengan merk Minder Coy pada Daisy, Daisy mengangguk, ia juga suka menyemil sekarang.

"aku ke bagian sayuran dulu ya" pamit Daisy pada Saka yang sedang mengecek list belanja mereka.

"Daisy? kita ketemu lagi ya?" laki-laki paruh baya itu berdiri tegap di samping Daisy. Kini Daisy tidak menghindar, gadis itu justru tersenyum mengangguk.

"apa kabar?" tanya Daisy pada akhirnya.

Ia akan mencoba berdamai dengan masa lalu.

paint without t [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang