CHAPTER: 32

17K 1.7K 34
                                    


Double up nih,, mumpung urusan aunty masih gantung dan akan di lanjut besok pagi.,,

Sebagai author yang masih pemula Aunty seneng banget melihat jumlah vote yang lumayan banyak, terimakasih untuk dukungan dan kesabarannya dalam cerita aunty..





WARNING

|Typo bertabaran|
|Publish tanpa revisi|
|Slow update|


"Bang, jalan-jalan keluar yuk. Emangnya gak bosen di dalam apartemen terus?" ucap Raska pada Dean yang sedang mencuci gelas dan piring yang mereka berdua gunakan.

Dean seketika menghentikan aktivitasnya, ia nampak berpikir.

"Emm,, gimana ya dek. Abang cuma takut nanti kamu gak nyaman jalan bareng, tahu sendiri seperti apa penampilan abang?." ucap Dean.

Pemuda itu tersenyum kecut, ia sangat takut pergi keluar dari tempat persembunyian saat ini. Dean takut bertemu atau berinteraksi dengan orang lain, ia merasa takut dengan reaksi yang di tunjukkan saat melihat dirinya.

"Abang takut bertemu dengan orang lain?" tanya Raska, telak seperti isi pikiran Dean.

"Bagaimana kalau kita keluar saat hampir tengah malam?" lanjut Raska saat melihat Dean diam.

Pemuda itu menoleh pada Raska yang masih duduk anteng diatas sofa dengan tatapan fokus pada layar televisi.

"Tapi kalau adek sakit lagi gimana, udara malam gak baik buat kamu?" ucap Dean sambil berjalan kearah Raska.

"Aras gak papa kok, sekali-kali kita keluar malam. Abang juga gak pernah kan pergi ketaman di malam hari.?" ujar Raska pada Dean yang duduk disampingnya.

Dalam hati, Dean sangat ingin pergi keluar. Ia hanya tidak yakin bisa tahan dengan cibiran dan ekspresi takut dari orang lain.

"Anggap aja Aras minta temenin sama abang, jadi mau ya?" kata Raska dengan nada memohon tapi terdengar datar di telinga Dean.

"Ya udah abang temenin, tapi jangan lama-lama ya nanti demam kamu naik lagi." Dean menghela nafasnya.

Menolak permintaan Aras, Dean tentu saja tidak akan sanggup. Apa lagi Raska adalah salah satu orang yang bisa menerimanya, setelah Riki ayah angkatnya.





😴

Kediaman keluarga Wardhana terasa semakin suram saat anak ketiga mereka tidak pulang selama dua hari ini, apalagi pemuda itu pergi tanpa membawa barang apapun termasuk ponsel dan dompetnya.

Bianca bahkan menangis didalam kamar Raska sampai tertidur, wanita paruh baya itu jelas khawatir. Raska pergi setelah mengatakan perasaannya, setiap kata yang diucapkan anak tersebut terdengar penuh dengan kekecewaan.

Ia takut Raska pergi dari sisinya, mengingat anaknya pernah melihat tindakan bunuh diri Bianca jadi ketakutan sendiri jika Raska kembali melakukan tindakan tersebut.

"Mah, makan dulu ya. Mama belum makan apapun seharian ini" ucap Vira yang ikut merasa sedih.

"Aras sekarang dimana dek, sudah makan atau belum terus keadaannya baik-baik aja kan?" kata Bianca, tatapannya terlihat begitu kosong.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang