Double up..
WARNING
|Typo bertabaran|
|Slow update|
|Publish tanpa revisi|Bayu duduk di samping brangkar adiknya, tatapannya memburam akibat air mata yang terus keluar dari matanya. Entah berapa lama ia sudah menangis sambil mengusap punggung tangan Raska.
Mata yang tidak pernah terlihat binarnya itu terpejam erat, enggan membiarkan cahaya untuk masuk. Perban terlilit rapi di kepalanya, wajahnya tertutup masker oksigen dengan alat penunjang kehidupan di sekujur tubuhnya.
"Aras pengen bahagia kan? Kak Bayu janji akan kasih apapun yang Aras minta, tapi janji jangan tinggalin kak bayu ya?" lirih Bayu,
"Kenapa Aras minta kak Bayu untuk jagain Vira dan mama, Aras gak maksud untuk pergi kan? Kasih kita kesempatan sekali lagi dek, sekali lagi untuk memperbaiki semuanya hiks."
Ceklek
Pintu kamar rawat Raska terbuka, Bayu mengusap kasar air matanya saat melihat semua anggota keluarganya masuk. Semuanya bersedih untuk Raska, Vira menangis sampai sesenggukan saat tahu keadaan kakaknya.
"Mama, kak Aras kapan bangun?" tanya Vira yang kembali menangis.
"Sebentar lagi pasti bangun, Aras masih capek makanya tidur. Kalau capeknya sudah hilang kak Aras pasti bangun lagi kok dek." kata Bianca menenangkan, walaupun dalam hatinya ia juga berharap anaknya segera sadar.
Namun tiba-tiba tubuh Raska mengalami kejang-kejang, elekrodiagram yang awalnya terlihat stabil menampakkan garis putus membuat Arion seketika menekan tombol emergency di samping brangkar anaknya.
Bianca dan Vira kembali menangis saat melihat kondisi Raska yang tidak baik, rasa takut itu kembali muncul.
Bayu kembali shock, ia hanya bisa menatap tubuh adiknya yang di kerumungi dokter dan perawat yang melakukan tindakan. Kepalanya menggeleng lemah, cairan bening yang sempat berhenti mengalir kini membasahi pipinya lagi.
"Gak, Aras gak mungkin pergi. Dia bilang mau hidup bahagia, jadi ini semua pasti cuma mimpi." batin Bayu.
Tiiiiiiiiiiiiit
Garis lurus nampak di elekrodiagram yang ada di sisi kanan Raska, Bianca nampak menghampiri tubuh anak saat dokter menghentikan tindakan medisnya. Vira meraung memanggil nama kakak ketiganya dalam pelukan Riel, kakak sulungnya itu juga ikut menangis. Hal yang tidak pernah di lakukan oleh seorang Gavriel.
"Waktu kematian 11 Desember 202x pukul 20.24 WIB, atas nama tuan Araska Gavino Wardhana." ucap dokter yang di tulis oleh perawat di sampingnya.
"Sabar ya pak, ini sudah kehendak yang maha kuasa." kata dokter yang berjalan keluar dari kamar rawat Raska.
Bianca terpukul, wanita itu menangis sambil memeluk tubuh Raska yang sudah tidak bernyawa. Begitu juga dengan Arion, untuk pertama kalinya Bayu melihat kesedihan di wajah papanya.
"Ini semua salah papa..." ucap Bayu yang membuat Arion menatap tidak percaya.
"Ini semua salah papa, kalau papa tidak pernah mengungkit status Aras gak mungkin pergi dan kecelakaan ini tidak akan pernah terjadi." lanjut Bayu.
Plak
Wajah bayu tertoleh kesamping, tercetak jelas tanda merah di pipi kirinya. Arion nampak terkejut saat anak bungsunya menampar Bayu dengan begitu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA (Give Me Your Life) ✓
Ficção AdolescenteBUKAN BXB, BL, BROMANCE ATAU SEMACAMNYA, OK Genre: transmigrasi, family, slice of life, brothership, fiksi remaja, romance. Raska telah kehilangan rasa sakitnya. Sebanyak apapun orang lain melukainya, ia tidak pernah meringis kesakitan. Wajahnya sel...