CHAPTER: 17

21.4K 2.1K 40
                                    

"Kalian gak perlu berterima kasih atas pertolongan Aras, padahal kalau Aras diem aja mungkin kak Bayu bakal masuk penjara karena ada rekaman cctv yang memperlihatkan begitu pengecutnya anak kalian.

Oh ya, jujur Aras sakit hati dengan perlakuan kalian selama ini. Tapi sekarang Aras sudah sadar, ternyata Aras emang gak butuh perhatian dari kalian. Cukup kasih Aras uang yang banyak supaya Aras bisa beli kasih sayang dan perhatian dari orang lain.."

Raska tersenyum, lalu pergi meninggalkan kamar rawat kakak keduanya dengan wajah datar. Sudah cukup baginya merasa terasingkan dalam keluarganya sendiri, Aras semakin yakin untuk mencari kebahagiaannya sendiri di luar sana.

WARNING
|Typo bertabaran|
|Cerita iseng|
|Slow update|

Waktu tidak akan pernah bisa di putar kembali, masa lalu akan tetap menjadi bayang-bayang yang menyelimuti sebuah kehidupan. Dan sebuah topeng telah terbuka, menampilkan sebuah lubang besar yang tidak akan pernah bisa tertutup oleh apapun.

Raska tidak pernah menginginkan hidupnya, jika kembali merasakan hal yang sama. Menjadi boneka penghasil uang ataupun menjadi nyata tapi tidak terlihat sama saja baginya, sama-sama menyesakkan dan membuat jiwanya lelah.

"Semua ini mulai melelahkan." ucap Raska yang duduk didepan sebuah minimarket tidak jauh dari rumah sakit tempat Bayu dirawat.

Pemuda itu membeli beberapa botol kopi siap minum, dan ia sudah menghabiskan botol keduanya. Raska ingin membuat matanya tetap terjaga malam ini, ia ingin menikmati pemandangan langit malam yang terasa begitu menenangkan.

"Bukankah nasib kita tidak jauh berbeda, dianggap tidak berguna?" lirih Raska, bertanya pada Araska yang sekarang jiwanya pergi entah kemana.

Raska kembali memandang langit kelam dengan beberapa bintang kecil yang bersinar, ia merindukan bundanya. Risa adalah satu-satunya orang yang peduli padanya, menyayangi Raska dengan sepenuh hati dan rela berkorban untuk kebahagiaannya. Andai saja saat itu Raska bukan bocah berusia 7 tahun yang tidak bisa berbuat apa-apa, andai saja ia lebih besar dan dewasa mungkin ia akan membantu mengurangi beban bundanya sehingga mencegah kematiannya. Namun nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi dan Raska harus menjalani takdirnya tanpa bisa menolak.

Hanyut dalam pikirannya, Raska sedikit terkejut saat merasakan seseorang duduk di kursi yang sama dengannya. Pemuda itu menoleh, melihat siapa yang sudah mengganggu ketenangannya.

"Kenapa duduk disini, gak nemenin abang Lo?" tanya Bima, sosok yang duduk disamping Raska.

"Gak bang, ada mereka. Jadi keberadaan Aras sudah tidak di perlukan lagi." ucap Raska meminum kopi ketiga.

Bima tidak menanggapi perkataan Raska, ia membuka bungkus rokok yang baru saja dibelinya. Mengambil satu batang rokok lalu menyalakannya, asap rokok mengepul disekitar mereka berdua.

"Terimakasih kasih karena sudah mengembalikan senyuman adik sahabat gw." kata Bima.

Pemuda berusia sekitar 21 tahun itu sangat berterimakasih kepada Raska yang sudah membuat Gea kembali tersenyum, karena sebelumnya bocah itu terus menangis karena patah tulang tangan yang di deritanya membuatnya tidak bisa menggambar lagi (Hal kecil yang mungkin sangat berarti).

Flashback

Jerry memarkirkan mobilnya disebuah rumah sakit, Raska keluar dari mobil mengikuti langkah pemuda yang sudah membuat kakaknya babak belur.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang