WARNING
|Typo bertabaran|
|Publish tanpa revisi|
|Slow update|Ketika rasa sayang datang tanpa peringatan, lagi-lagi hati juga harus siap menerima sebuah kehilangan. Raska tidak pernah tahu kapan ia mulai terbuka pada orang lain, mengadu saat sakit dan tertawa bersama saat bahagia. Yang Raska tahu saat ini, rencananya menggunakan Dean sebagai alat berubah jadi perasaan bergantung yang amat dalam.
Entah ada angin apa, air mata Raska mengalir saat melihat wajah damai Dean yang tertidur disofa apartemen gurunya. Pemuda itu tertidur disaat Raska datang tanpa memberitahu lebih dulu, dan Raska ingin menatap wajah itu lebih lama.
Hingga sebuah lenguhan terdengar dan mata itu mulai terbuka, dan betapa terkejutnya Dean saat melihat Raska menatapnya begitu lekat dengan kedua pipinya basah oleh air mata.
"Adek, kapan kesininya kok gak kasih tahu abang?" ucap Dean yang mendudukkan tubuhnya karena terkejut.
"Hehehe, udah lumayan lama bang. Tapi Aras gak tega bangunin tidur abang yang kayaknya nyenyak banget.?" kata Raska mengusap kasar air matanya lalu duduk disamping Dean.
Dean mengucek matanya saat Raska menyandarkan kepalanya di bahu, pemuda itu menghela nafasnya gusar dan tentu saja membuat Dean langsung khawatir.
"Kenapa?" Dean mengelus rambut samping adiknya.
"Gak papa kok bang, cuma perasaan adek aja yang gak enak." ujar Raska masih menyandarkan kepalanya.
Perasaannya memang terasa cemas, entah kenapa muncul firasat jika ia akan kembali merasakan rasa kehilangan. Kali ini bukanlah perasaan Araska melainkan hati Raska sendiri.
"Bisa kamu katakan apa yang membuatmu cemas, kamu bisa percayakan semua rahasia kamu sama abang dek?" tanya Dean, terdengar sedikit memaksa.
Sementara Raska tidak menanggapi pertanyaan dari Dean,ia memejamkan matanya sambil menarik nafasnya dalam-dalam selama beberapa kali.
"Apa kamu tahu betapa berharganya kamu untuk Abang, kamu orang pertama yang berhasil menarik abang dari lubang ketakutan, lubang penyesalan. Kamu dikirim tuhan untuk menebus semua kesalahan Abang di masa lalu, jadi aras tidak perlu ragu untuk mengatakan semua masalah kamu?." ujar Dean,
Ia menyakinkan Raska jika ia adalah orang yang bisa di percaya olehnya.
Dean mungkin bisa menarik sebuah kesimpulan saat ia berkunjung kerumah Raska beberapa hari yang lalu, bahwa adiknya tidak merasa bahagia dengan keluarganya.
Meskipun Dean masih belum mengetahui kebenaran tentang Raska yang ternyata adalah adik tirinya dari perselingkuhan papanya dengan Bianca yang ternyata adalah mama dari Araska.
Raska masih berpikir untuk merahasiakan hal tersebut, bahkan Bianca saja tidak tahu jika Dean adalah anak dari Gibran, lelaki yang sudah menghamilinya 18 tahun yang lalu.
"Aras tahu entah kenapa abang selalu memikirkan kamu, abang takut selama ini hidup kamu tidak bahagia." ucapan Dean berhasil membuat Raska mengangkat kepalanya.
"Kenapa abang punya pikiran seperti itu, apa selama ini Aras terlihat menyedihkan di mata abang." Raska menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.
Dean tersenyum kecut, sepertinya ia mengatakan hal yang membuat Raska tidak nyaman.
"Bukannya gitu dek, tapi ini cuma perasaan abang aja. Apa semua orang dirumah kamu pernah membuat kamu kecewa dan membuat kamu tidak nyaman saat berada di dekat mereka." tutur Dean, ia menoleh kearah Raska yang menatap kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA (Give Me Your Life) ✓
Fiksi RemajaBUKAN BXB, BL, BROMANCE ATAU SEMACAMNYA, OK Genre: transmigrasi, family, slice of life, brothership, fiksi remaja, romance. Raska telah kehilangan rasa sakitnya. Sebanyak apapun orang lain melukainya, ia tidak pernah meringis kesakitan. Wajahnya sel...