CHAPTER: 7

24.4K 2.5K 25
                                    

WARNING

|Typo bertebaran|
|Cuma iseng|
|Slow update|

Raska terus menggerutu kesal, cemilan penunda laparnya lenyap karena di buang kakak tengah Araska. Semua orang dari kalangan atas memang bisa dengan mudahnya membuang dan menyia-nyiakan makanan, padahal di luar sana masih banyak orang-orang yang kelaparan.

Raska merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk, matanya menatap langit-langit kamarnya. Ia menghela nafasnya, gemuruh diperutnya kembali berbunyi. Entah kenapa ia selalu merasa lapar, padahal Raska selalu makan dengan porsi wah. Apa kehidupannya dulu yang selalu makan sedikit dan pernah juga tidak makan selama beberapa hari berpengaruh pada tubuhnya sekarang.

"Males keluar , padahal perut laper banget. Mana di mansion ini gak ada makanan yang layak makan buat gw." gumam Raska.

Raska menganggap makanan di mansion keluarganya saat ini tidak layak untuk di makan karena tidak sesuai dengan makanan yang biasa ia makan. Apa-apa dari luar negeri, Raska bahkan pernah hampir muntah saat memakan olahan ikan mentah.

Raska pasrah, tubuhnya benar-benar malas untuk bergerak. Akhirnya ia hanya tidur terlentang sambil menatap langit-langit kamarnya.

Sementara di sebuah kamar dirumah sakit, beberapa pemuda tengah mengobrol santai sambil menjenguk teman mereka yang harus menjalani perawatan di rumah sakit karena penyakit usus buntu.

Mereka adalah anggota geng DM yang sedang menjenguk salah satu anggotanya, Iwan Alfarizi. Saat mereka berkumpul di rumah Arlan yang mereka dijadikan basecamp, pemuda itu merasakan sakit yang luar biasa di bagian perut sampai hampir pingsan. Mereka langsung membawa Iwan ke rumah sakit, dan hari ini Dika sampai absen dari sekolah karena harus menemani Iwan. Sedangkan orang tua Iwan sedang di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarganya.

"Jadi kapan Lo ke luar dari rumah sakit?" tanya Michael yang sedang mengupas buah apel.

"Hmm, mungkin dua atau tiga hari lagi." ucap Iwan yang mengambil buah apel yang sudah dikupas oleh temannya itu.

"Ngomong-ngomong ada kabar apa di sekolah, tuh anak OSIS masih semena-mena?" tanya Dika.

Dika, Arlan, kara, dan Falih duduk di sofa yang ada dikamar VIP Iwan, sedangkan Michael duduk di dekat Iwan.

"Yah Lo kan juga tahu, mereka berkuasa di sekolahan kita. Udah lah jangan bahas mereka, mending kita ngomongin soal Araska." kata Kara sambil memakan kue brownies coklat yang ia beli sebelum datang kerumah sakit.

"Araska, emangnya tuh anak kenapa. Ngajakin Lo berantem lagi, gak bosen-bosennya." ucap Dika.

"Yee, Lo salah bro. Sekarang si Kara udah jadi babunya si Aras." celetuk Falih yang langsung dihadiahi geplakkan di kepala orang Kara.

"Sembarang Lo kalau ngomong, si Aras tuh adek gw. Adek kesayangan gw." kata Kara.

"Lah adek apanya, orang Lo cuma mau duitnya doang kan." timpal Michael yang membuat Kara kesal.

"Maksud kalian apa sih, babu adek gak paham gw.?" Dika menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan perkataan sahabatnya.

"Aras sudah berubah." ucap Arlan singkat membuat Dika semakin bingung.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang