CHAPTER: 46

11.3K 1K 23
                                    

WARNING

|Typo bertabaran|
|Slow update|
|Publish tanpa revisi|

Waktu bergulir begitu cepat, kini Raska kembali dalam kesendiriannya.  Duduk di tengah balkon kamarnya sambil menikmati pemandangan bintang di langit dan hembusan angin malam.

Matanya memang melihat bintang tapi tidak dengan tatapannya yang begitu kosong, kehampaan kembali ia rasakan dan gairah hidup yang sempat ia perjuangkan seakan telah menguap begitu saja.

Raska merasa alur hidupnya semakin membingungkan, keinginannya yang terwujud tidak membuatnya bahagia. Semuanya seperti berlalu tanpa ada rasa, begitu hambar.

"Ini semakin tidak berguna." gumam Raska yang kembali menghela nafasnya.

Bahkan saat mereka memberi perhatian, semuanya jadi tidak ada artinya. Sekarang ia jadi penasaran untuk apa sebenarnya kesempatan keduanya jika tetap tidak bisa merasakan bahagia.

Muncul satu nama di benaknya, Dean. Seperti apa keadaannya saat ini, pemuda itu bahkan tidak menghubunginya beberapa hari ini.

Raska merindukan sosoknya, atau mungkin karena ia terlalu berharap kepada pemuda yang ternyata memiliki ikatan darah dengannya.

Dan masalah Widya, Raska sudah membuang jauh-jauh angannya untuk mengatakan jika ia adiknya. Raska menyerah, sebelum mencoba berjuang. Ia lelah, batinnya sudah tidak sanggup untuk merasakan kekecewaan lagi.

"Apa yang harus kulakukan Araska, kenapa kamu memberikan kesempatan untuk orang sepertiku. Ini benar-benar tidak berguna, semuanya terasa sia-sia." lirih Raska, cairan bening luruh dari matanya.

Ia menadahkan telapak tangannya, hingga beberapa tetesan air mata jatuh disana.

"Lihat, kamu bahkan membuatku menangis." gumamnya lagi.

"issh.." Raska meringis, tiba-tiba saja kepalanya kembali sakit. Raska mencengkram rambutnya, berharap sakit di kepalanya segera hilang.

"Untuk apa kamu memberikan rasa sakit seperti ini, perasaan ini terlalu menyiksaku. hiks,hiks." monolog Raska yang mulai terisak.

Sakit adalah perasaan yang sudah lama ia lupakan, dan semenjak ia hidup sebagai Araska rasa sakit itu terus muncul. Bertubi-tubi menghantam pertahanannya.

Sepasang tangan memeluk tubuh belakang Raska, pemuda langsung tersentak terkejut namun memilih tidak menatap orang tersebut.

Ia tidak peduli jika sosok di belakangnya mendengar semua perkataannya, dan semua orang tahu tentangnya. Tentang rahasianya, tentang semua rasa di hatinya ia sudah tidak peduli.

"Maaf, aku mohon maafkan aku dek?." ucap Bayu, bukannya membuat Raska  berhenti menangis, adiknya malah semakin terisak.

Bayu tentu saja ikut merasa sedih, apalagi ia mendengar keluh kesah adiknya sendiri. Karena ia tahu, dirinya dan keluarganya lah yang menorehkan luka dan penderitaan di hatinya.

Ya, Bayu akhirnya mengakui Araska sebagai adiknya. Meskipun sudah terlambat untuk untuknya, maafnya tidak bisa menyembuhkan luka yang menganga terlalu lama.

"Kamu boleh menghukumku, tapi jangan berbicara seolah-olah kamu menyerah dek. Aku tahu permintaan maafku sangat terlambat, tapi bisakah kamu memberikan kami kesempatan sekali lagi untuk bisa bersikap layaknya sebuah keluarga." ujar Bayu, tapi Raska memilih menulikan pendengarannya.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang