CHAPTER: 39

12.4K 1.1K 16
                                    

"Adek di suapin bang Riel aja ya, kan bisa kapan-kapan abang suapin adek lagi." kata Dean lembut sambil tersenyum.

Bayu sudah hampir muntah karena menatap jijik dengan sikap sok perhatian dari Dean, begitu pula dengan Arion yang seperti tidak suka dengan anak dari guru Raska di sekolah. Bianca hanya bisa menghela nafasnya, dan Vira yang diam tanpa ada niat untuk mengatakan sepatah katapun.

"Ya udah deh, Aras mau makan sendiri aja." Raska mengambil kembali piringnya yang di pegang oleh Riel.

"Tapi dek...?

"Sudah bang jangan di teruskan, lebih baik kamu makan dan biarkan Aras makan sendiri." ucap Bianca yang memotong perkataan Riel.

Akhirnya mereka makan dengan tenang, tidak ada obrolan apapun dan hanya bunyi dentingan sendok dan piring yang saling bersahutan.

WARNING

|Typo bertabaran|
|Publish tanpa revisi|
|Slow update|

"Oh ya, kapak kamu mengantar Dean pulang?" tanya Arion dingin,ia sudah muak melihat kedekatan pemuda itu dengan anaknya.

Raska meletakkan sendok dan garpunya di atas meja, lalu menatap sinis pada papanya.

"Papa ngusir bang Dean?" balas Raska ketus.

Membuat semua orang terkejut karena lagi-lagi mendapatkan ucapan pedas dari anak ketiga Wardhana.

Raska melihat Dean yang menunduk sedih, entah kenapa merasa tidak enak hati. Bukan karena penghinaan Arion, tapi Raska sendiri bingung dengan perasaan hatinya.

"Maksud papa bukan gitu dek, papa cuma mau tahu aja soalnya kamu jangan kemaleman mainnya karena besok kan harus sekolah." ujar Bayu.

Kakak kedua dari Araska menoleh kearah Dean yang masih menunduk sedih, sungguh ia merasa muak dengan tingkah anak dari guru di sekolahnya dulu.

"Gak usah sok sedih deh lo, gw jijik liatnya." lanjut Bayu yang langsung meninggalkan meja makan.

Menghiraukan panggilan mamanya, Bayu hanya ingin menenangkan hatinya. Ia merasa sangat cemburu dan ingin berada di posisi Dean, tapi sepertinya akan sulit mengingat hubungannya dengan adiknya kini. Bayu juga mulai merasakan perasaan curiga pada Dean setelah melihat bagaimana gerak gerik pemuda itu dalam mendapatkan perhatian Araska.

"Maafin anak Tante ya Dean, mungkin Bayu sedang punya masalah diluar sana yang membuat kesal." kata Bianca yang menatap sendu pada Dean.

"Iya bang, jangan di masukin ke hati ya?." Raska tersenyum sambil mengusap punggung Dean.

Ah, sepertinya drama yang ia mainkan sedikit berlebihan melihat perubahan sikap keluarganya. Raska hanya ingin membuat mereka cemburu dan menyadari kesalahannya, tapi sekarang ia malah membuat Dean di benci oleh keluarganya.

"Ya dek, abang udah biasa kok di perlakukan seperti ini." lirihnya lalu menatap Raska dengan senyum terpaksa.

"Gimana kalau abang nginep aja malam ini, nanti pulangnya Aras anterin sambil berangkat sekolah.?" ucap Raska tanpa meminta persetujuan orang tuanya.

"Dek..." kata Riel, tatapan menjadi begitu dingin.

Dek, Raska tidak salah dengar kan. Baru saja kakak sulung dari tubuhnya memanggilnya dengan sebutan adek, padahal masih tertinggal ingatan saat Riel menyebutnya dengan sebutan anak pembawa sial, sampah dan sebutan buruk lainnya.

"Boleh ya mah, pah?" lanjut Raska meneruskan perkataannya yang terpotong Riel.

Arion jelas akan menolak permintaan dari anaknya itu, tapi ia takut Raska semakin membencinya. Arion menghela nafasnya, sebelum akhirnya ia menerima Dean menginap di mansion malam ini.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang