CHAPTER:38

13.3K 1.1K 32
                                    

WARNING
|Typo bertebaran|
|Publish tanpa revisi|
|Slow update|

Menyesal juga sudah tidak berguna karena semua sudah berlalu.

Seorang anak yang tidak akan mengharapkan kasih sayang akan kasih sayang yang tulus tidak lagi bisa untuk di dekati.

Kenapa harus pergi dulu baru di kejar? Kenapa harus di sakiti dulu baru di obati?  Apa itu hukum alam atau sebuah kebodohan?

Dikutip dari komentar Putririnrin27 pada chapter 37




|Typo bertabaran|
|Publish tanpa revisi|
|Slow update|

Entah kenapa hari begitu cepat berlalu untuk dua bersaudara yang saling menutup rapat rahasia hidupnya, tapi mereka tidak sadar jika batin mereka mulai terhubung satu sama lain.

Raska yang begitu mudah menerima Dean, disaat pemuda itu sebenarnya di kuasai oleh sifat obsesifnya. Dan Dean yang begitu menginginkan Raska menemani hidupnya.

Dean menatap gelapnya langit lewat jendela kamar Raska yang masih terbuka, sesekali ia mengelus rambut pemuda di pangkuannya. Dean selalu betah berlama-lama memandangi wajahnya lesu adik jauhnya itu.

Terkadang Dean tersenyum saat melihat wajah Raska yang tiba-tiba terlihat menggemaskan, lucu dan begitu menghangatkan hatinya. Perasaan yang pernah hilang dalam dirinya kini perlahan muncul dan hidup kembali.

"Euughhh."

Dean langsung melihat wajah Raska, manik hitamnya perlahan terbuka lalu menatap Dean dengan senyuman. Dean membalas senyuman itu, sepertinya Raska masih belum mau bangun dan malah memeluk perut Dean sambil mencari kenyamanan.

Lagi-lagi Dean di perlakukan dengan hangat, senyuman mengembang di wajahnya terlihat manis di balik topeng menyeramkan. Dengan sangat lembut, Dean mengelus punggung Raska.

"Kalau masih ngantuk tidur lagi aja dek, walaupun sebenarnya lebih baik kamu makan dulu soalnya udah malam." ujar Dean.

"5 menit lagi bang, biarkan Aras di posisi seperti ini." ucap Raska yang semakin mengeratkan pelukannya.

Entah apa yang terjadi dengan hatinya, Raska ingin berada didekat Dean lebih lama. Seperti akan terjadi sesuatu yang akan memisahkannya dengan pion terkuat untuk membalaskan rasa sakit Araska pada keluarganya, tapi Raska harus segera menepis perasaan tidak enak di hatinya secepatnya.

"Ya udah, abang tunggu sampai kamu puas tidurnya. Tapi kamu jangan sampai telat makan ya, nanti penyakit maghnya kambuh lagi gimana?" kata Dean perhatian.

Raska tersenyum saat menenggelamkan wajahnya di perut Dean, ia bahkan menduselkan kepalanya hingga Dean menggeliat dan terkekeh geli.

"ffhfhfhhttttt,, udah dek jangan kaya gitu abang geli." dean akhirnya tidak bisa menahan tawanya.

Bukannya berhenti, Raska malah semakin menjadi-jadi membuat tawa Dean membahana di dalam kamarnya.

"Udah dek, udah. Abang mohon berenti, geli dek hahahah." lanjut Dean di sela tawanya.

Setelah itu Raska berhenti membuat Dean kegelian, ia duduk di hadapan Dean yang sedang menghapus air matanya di sudut matanya.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang