WARNING|Typo bertabaran|
|Slow update|
|Publish tanpa revisi|Seorang remaja berlari bak kesetanan di koridor sebuah sekolah, tersirat kekhawatiran pada raut wajah yang selalu nampak tenang itu. Air mata sudah membasahi kedua pipinya, ia langsung menerobos kerumunan murid-murid di sekolahnya.
"Ras,,ka." lirihnya yang langsung duduk bersimpuh.
"Bangun Raska, kenapa jadi kaya gini. Bangun ya jangan tidur di sini, Abang gak suka. Raska, Raska,, RASKAAA." pekik pemuda bernama Rasya, saudara kembar dari Raska
Beberapa guru akhirnya sampai dan betapa terkejutnya saat melihat kondisi salah satu dari murid kembar di sekolahnya sudah bersimbah darah, seorang guru perempuan langsung menelpon ambulans.
Rasya melihat keatas, di sana tepatnya di atap gedung sekolahnya. Seorang pemuda menatap terkejut, Rasya sangat mengenal pemuda tersebut. Dia adalah Devon, anak dari kepala yayasan sekolah tempat ia dan adiknya menimba ilmu.
Tatapan Rasya begitu nyalang, iris matanya menampilkan sebuah amarah dan juga kebencian mendalam. Devon menggelengkan kepalanya lalu mundur dari tempatnya berdiri, ia ketakutan setengah mendorong tubuh Raska dan kini mendapat tatapan mengerikan dari kakak kembarnya.
Selang beberapa menit kemudian, ambulans datang. Tubuh Raska langsung di bawa kerumah sakit bersama dengan Rasya yang terus menemani sambil menangis.
Hubungan mereka sebagai saudara kembar memang saling melengkapi satu sama lain, Rasya sebagai seorang kakak menjalankan perannya dengan sangat baik dalam menjaga adiknya dan Raska sebagai adik yang mampu menenangkan kakaknya yang mudah terbawa emosi.
Fisik Raska yang lemah karena memiliki imun yang buruk membuatnya menjadi target bullying di sekolahnya, dan dengan hebatnya ia menyembunyikan rasa sakitnya Rasya dan juga ayahnya.
Raska hanya tinggal bertiga di sebuah rumah berlantai dua peninggalan dari kakek nenek yang meninggal dalam kecelakaan saat ia berusia 10 tahun. Kecelakaan tersebut yang juga merenggut nyawa bundanya, Raska juga berada dalam mobil yang sama saat itu. Namun Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup, walaupun dengan fisik yang lebih lemah dari anak seusianya.
Bayangan saat bundanya pergi saat adiknya yang sekarat kembali muncul dalam pikiran Rasya, pada akhirnya ia hanya bisa menyalahkan dirinya yang tidak bisa menjaga adiknya dengan baik.
"Kamu harus bertahan ya dek, abang mohon jangan nyusul bunda. Abang dan ayah masih butuh adek, jadi jangan tinggalkan kami." kata Rasya dengan air mata yang terus mengalir deras deras.
Kedua tangannya menggenggam tangan lemah sang adik, ribuan doa ia gumamkan berharap adiknya tidak cepat-cepat menyusul bunda mereka. Karena hanya doa yang bisa ia lakukan saat ini, sambil berharap adiknya tetap memiliki semangat untuk hidup.
.
.
.Ambulance tiba di sebuah rumah sakit, tubuh Raska langsung di bawa oleh beberapa perawatan dan dokter menuju ruang UGD. Tubuh Rasya merosot, tangisnya kembali pecah. Ia bahkan lupa untuk memberitahu ayahnya jika saja bukan gurunya yang langsung menelpon Adrian, ayah kedua anak kembar tersebut.
"Kamu yang kuat ya nak, Raska pasti baik-baik aja. Doakan saja, jangan di tangisi seperti ini." ujar seorang guru laki-laki yang mengikuti mobil ambulans dengan motornya.
"Tapi Raska pak, gimana kalau adek saya memilih bersama bunda. Selama ini adek gak pernah ngeluh padahal Asya tahu adek gak baik, teman-teman di kelasnya jahat. Tapi adek selalu bilang kalau dia baik-baik aja, kalau dia punya banyak temen seharusnya Asya gak percaya dan cari tahu, dan seharusnya Asya bisa cegah kejadian ini,, hiks." kata Rasya yang menangis dalam pelukan gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA (Give Me Your Life) ✓
Fiksi RemajaBUKAN BXB, BL, BROMANCE ATAU SEMACAMNYA, OK Genre: transmigrasi, family, slice of life, brothership, fiksi remaja, romance. Raska telah kehilangan rasa sakitnya. Sebanyak apapun orang lain melukainya, ia tidak pernah meringis kesakitan. Wajahnya sel...