WARNING
|typo bertabaran|
|Slow update|
|Publish tanpa revisi|Raska menatap malas pada Samuel dan Richard yang sedari tadi berdiri di sampingnya sambil menatapnya dengan aneh, padahal ia hanya ingin tidur di dalam kelasnya karena saat ini kelasnya sedang jamkos. Ia juga baru saja mengirim pesan pada Aska untuk mengantarkannya ke UKS karena kepalanya yang kembali terasa sakit.
Raska merasa jengah karena mereka berdua tidak langsung mengatakan apa maksud tujuan mereka menghampiri dirinya, dan karena Raska juga malas untuk bicara kepada mereka, Raska hanya menghela nafasnya kasar.
Dan untuk urusan apa kedua anggota OSIS tersebut mencarinya, mengabaikan tatapan kedua sosok tersebut dan teman-teman sekelasnya yang sedang berjalan keluar, Raska memilih kembali membenamkan wajahnya di atas lipatan tangannya.
"Bang Bayu titip pesan sama kita buat jagain kamu di sekolah, kalau kamu masih sakit mending istirahat di UKS atau ruang OSIS juga boleh dari pada kamu tidur dengan posisi seperti itu?" kata Samuel, sangat sopan pake aku kamu segala.
Raska tidak merespon ucapan Samuel, ia terlalu malas untuk berbicara ataupun bergerak.
"Aras gak papa, kalian gak perlu ngelakuin permintaannya kak Bayu. Gak perlu pura-pura baik atau peduli juga sama Aras, jadi kalian bisa pergi sekarang." ucap Raska, tanpa melihat kearah mereka berdua.
Raska merasa lelah setelah mengatakan kalimat panjangnya, ia merasa sedikit sesak di dadanya. Tubuhnya benar-benar membuatnya harus banyak bersabar, apalagi dengan perasaannya yang kadang campur aduk secara tiba-tiba.
Sebuah tangan menyentuh kepala Raska, mengelus lembut membuat Raska mengangkat kepalanya dengan enggan.
Tepat di hadapannya, Samuel duduk dan tangan yang mengelus lembut itu adalah tangan Samuel. Pemuda yang selama ini tidak pernah terlalu peduli dengannya, bahkan saat Raska membuat masalah ia tidak pernah memberikan hukum atau sekedar membelanya.
"Sakit banget ya?" pertanyaan Samuel berhasil membuat Raska dan Richard terkejut.
"Kamu sudah berusaha keras dan sekarang seharusnya kamu sekarang menikmati hasilnya, bukannya malah menolak semuanya." lanjut Samuel.
Mata Raska melotot, peduli apa manusia di depannya. Bukankah selama ini dia juga tidak pernah berpihak kepadanya, lalu untuk apa kalimat yang baru saja di ucapkan olehnya.
"Pergi kak, tinggalin Aras sendiri. Tidak perlu peduli dengan Aras dan jangan ikut campur dengan hidup Aras. Karena perkataan kak Samuel tadi tidak bisa mengubah rasa sakit menjadi bahagia." ujar Raska yang kembali membenamkan kepalanya.
Samuel menghela nafasnya, ia bangun dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Raska. Richard yang sedari tadi diam mengikuti langkah ketua gengnya, rasa penasaran memenuhi pikirannya.
Mereka berdua berjalan pergi, tapi Samuel sempat melirik kearah Raska dari jendela kelasnya. Rasa bersalah memenuhi relung hatinya, apalagi saat ia akhirnya tidak bisa melakukan apapun untuk menebus kesalahannya.
Di lorong kelas, Samuel dan Richard berpapasan dengan Aska. Pemuda itu terus berlari mengabaikan keberadaan mereka, Richard berbalik menatap punggung Aska yang menghilang saat berada di dalam kelas Araska.
"Kenapa ngomong kaya gitu sama si Aras, apa Lo ngerasa bersalah?" tanya Richard yang di jawab anggukan oleh Samuel.
"Untuk apa, kan selama ini dia yang salah. Bang Bayu aja gak dia peduliin sekarang, padahal bang Bayu udah minta maaf sampai mohon-mohon segala tetap aja gak dianggap sama si Aras." kata Richard tidak terima, sepertinya dendam masa lalu membuatnya rasa ibanya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA (Give Me Your Life) ✓
Teen FictionBUKAN BXB, BL, BROMANCE ATAU SEMACAMNYA, OK Genre: transmigrasi, family, slice of life, brothership, fiksi remaja, romance. Raska telah kehilangan rasa sakitnya. Sebanyak apapun orang lain melukainya, ia tidak pernah meringis kesakitan. Wajahnya sel...