WARNING
|typo bertabaran|
|Hasil iseng|
|Slow update|Bel tanda masuk sekolah berbunyi, tidak lama kemudian seorang guru masuk kedalam kelas Raska sambil membawa beberapa buku tebal ditangannya.
"Baiklah anak-anak, kita akan melanjutkan pelajaran yang kemarin. Buka buku paket halaman 34, bapak akan menjelaskan. Jadi perhatikan baik-baik." kata guru berwajah tegas bernama Heru, guru matematika.
Pak Heru mulai menjelaskan materi pada halaman tersebut, tidak lupa menuliskan beberapa rumus dan soal dengan cara penyelesaiannya.
Semua murid dikelas tersebut memperhatikan dengan serius penjelasan sang guru, kecuali satu orang yang meletakkan kepalanya di atas lipatan tangan dimejanya.
Pak Heru yang tadinya terlihat serius memberikan penjelasan menghentikan perkatannya saat melihat kearah tempat duduk paling belakang, semua murid yang menyadari perubahan ekspresi gurunya langsung mengikuti arah pandangan pak Heru.
'si Aras udah gila ya, bisa-bisanya dia tidur pas pelajaran pak heru.' batin gadis yang duduk paling depan.
'wah cari mati tuh si aras.'
'bakal liat tontonan yang menarik nih'
Kira-kira seperti itulah batin semua murid yang ada di kelas tersebut, sedangkan pak Heru sudah berdiri disamping Raska.
"Berani-beraninya kamu tidur saat jam pelajaran saya, apa kamu mau bapak hukum.?" kata pak Heru yang menepuk pundak Raska dengan penggaris panjang yang ia bawa.
Raska menggeliat, mengangkat wajahnya yang tadinya tertelungkup. Pemuda itu menatap malas guru yang dianggap killer oleh semua murid di sekolah tersebut.
"Aras gak tidur kok pak." ucap Raska tanpa rasa bersalah.
"Kalau bukan tidur, lalu apa yang sedang kamu lakukan dengan posisi duduk seperti itu?" geram sang guru yang membuat hawa mencekam menyelimuti kelas mereka.
"Leher Aras sakit kalau lama-lama liatin papan tulis, tapi Aras dengerin semua penjelasan bapak kok." ujar Raska yang masih terlihat tenang.
Sementara teman sekelasnya menahan nafas setelah mendengar penjelasan Raska dengan santainya, tidak ada sedikitpun rasa takut diwajahnya.
"Owh, kamu pikir bapak percaya dengan ucapan kamu. Sekarang kerjakan soal dipapan tulis, buktikan semua kebenaran ucapan kamu." ucap pak Heru sambil menyodorkan spidol white board pada Aras.
Aras melihat kedepan, memperhatikan soalnya yang ditulis oleh gurunya. pertanyaan yang begitu mudah bagi Raska, karena di kehidupan lamanya ia sudah kelas 12 dan Raska juga ada siswa terpandai, jadi soal matematika kelas 11 untuknya terlihat sangat mudah. Sedangkan pak Heru menatap remeh pada Aras, murid yang selalu mencari masalah di sekolah tersebut.
"Boleh kerjain di buku aja gak pak, saya males jalan kedepannya." ucap Raska.
Pak Heru menghela nafasnya, ia harus menahan emosinya. Karena sebagai seorang gitu wibawanya adalah nomor 1, jangan sampai dia menghampar murid didekatnya.
"Malas, atau tidak bisa mengerjakannya?" kata pak Heru yang menatapnya sinis.
"Saya bisa kok, gimana kalau kita taruhan pak. Kalau seandainya saya bisa mengerjakan semua soal dan jawabannya benar, bapak gak akan marah dengan sikap saya dan tidak akan mempermasalahkan saya yang tidak memperhatikan papan tulis?" ucap Raska.
"Baiklah, kalau gitu cepat buktikan ucapanmu." kata pak Heru sambil menatap remeh.
Raska menghela nafasnya, ia mulai menulis soal yang ada dipapan tulis. Pak Heru mengerutkan keningnya saat melihat Aras dengan mudahnya menulis jawaban untuk semua soal yang ia tulis dipapan tulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA (Give Me Your Life) ✓
Ficção AdolescenteBUKAN BXB, BL, BROMANCE ATAU SEMACAMNYA, OK Genre: transmigrasi, family, slice of life, brothership, fiksi remaja, romance. Raska telah kehilangan rasa sakitnya. Sebanyak apapun orang lain melukainya, ia tidak pernah meringis kesakitan. Wajahnya sel...