WARNING
|Typo bertabaran|
|Slow update|
|Publish tanpa revisi|"Dean ini anak papa Gibran, dan mama pasti mengenal nama itu kan. Gibran Aditama adalah ayah kandung Aras, jadi secara biologis bang Dean adalah kakaknya Aras."
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Arion dan Bianca, dengan tenangnya Raska mengungkap jadi diri Dean. Kedua orang tua Araska hanya bisa diam, Bianca tidak menyangka pemuda yang begitu dekat dengan anak ketiganya adalah bagian dari masa lalunya yang kelam.
Apalagi anaknya sampai mencari tahu siapa ayah biologisnya, Bianca pikir Araska tidak akan melakukan sampai sejauh itu.
"Itu bohong kan nak, ini cuma akal-akalan kamu. Mama tahu kamu kecewa dengan mama, tapi mama mohon jangan hukum mama dengan kebohongan seperti itu." lirih Bianca, berharap semua yang di dengarnya hanya kebohongan.
Raska menatap kedua orang tuanya dengan tenang, ia akhirnya melepaskan salah satu beban di pundaknya. Raska ingin pergi setelah memberikan satu pukulan untuk kedua orangtuanya, anggap saja hukuman atas sikap mereka selama ini kepadanya dan lebih tepatnya pada Araska.
Raska tidak membutuhkan keluarganya lagi, itulah yang ingin ia tunjukkan. Toh ia memiliki Dean, bukan sebagai keluarganya saja tapi sumber dana untuk kehidupannya. Benar, Raska tidak benar-benar menganggap Dean sebagai abangnya. Karena dia bukan Araska, melainkan Raska dan ia juga tahu seperti apa kejiwaan abangnya itu.
"Itu benar Tante, dan Aras sepakat untuk ikut Dean kembali ke Jerman dan akan tinggal disana di mansion keluarga Aditama." timpal Dean dengan wajah berbinar, ia tidak peduli walaupun kedua orangtua Aras akan membencinya.
"Aras tidak akan kemana-mana, apalagi ikut dengan kamu. Dia bagian dari keluarga ini jadi aku tidak akan membiarkannya pergi dan tinggal bersama kamu, apalagi setelah aku tahu kamu anak dari si brengsek itu." kata Arion dengan kasar.
"Tapi si brengsek yang paman maksud adalah seorang ayah yang selalu menyayangi dan melindungi anaknya, berbeda dengan paman yang selalu menyakiti Aras. Semua ini memang salah Dean, Dean lahir dan membuat mama meninggalkan. Meskipun ayah sudah melakukan hal bejat pada Tante, tapi ayah sudah menerima hukuman dengan kematiannya." kata Dean dengan sendu, walaupun semua yang dikatakannya berbanding terbalik dengan kenyataan.
Gibran tidak pernah menerima Dean dengan baik, walaupun kedua abangnya sangat menyayanginya. Hanya setengah kedatangan Anzel dan terkuaknya kelicikan anak angkat Gibran, Dean mulai menerima kasih sayang dari ayahnya.
Perkataan Dean terdengar seperti kalimat pembelaan yang manis, entah karena ayahnya di hina atau karena keinginannya membawa pergi Araska. Raska tersenyum, meskipun ada rasa sesak di hatinya. Perasaan milik Araska memang selalu menyiksa batinnya, padahal Raska hanya ingin hidup bahagia.
Bertahan sakit, pergi juga sakit. Lalu apa yang sebenarnya di inginkan oleh Araska, pertanyaan itu yang selalu muncul di benaknya. Tentang apa yang sebenarnya inginkan oleh Araska, lalu kenapa ia seperti tidak rela dengan kematiannya sendiri.
Bukankah Araska sendiri yang memilih mengakhiri hidupnya, jadi biarkanlah Raska hidup seperti keinginannya sendiri.
"Gak sayang, jangan mengambil keputusan untuk pergi. Kamu pasti sedang marah dengan kami kan, kasih kami kesempatan untuk memperbaiki semuanya nak." ucap Bianca begitu memohon.
"Kesempatan ya? bagaimana kalau Aras yang memohon pada kalian, Aras ingin bahagia dengan pilihan Aras. Apa kalian akan mengijinkannya, Aras selalu merasa berada di tempat yang salah karena sikap kalian." kata Raska, ayolah ia hanya ingin bahagia dengan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA (Give Me Your Life) ✓
Fiksi RemajaBUKAN BXB, BL, BROMANCE ATAU SEMACAMNYA, OK Genre: transmigrasi, family, slice of life, brothership, fiksi remaja, romance. Raska telah kehilangan rasa sakitnya. Sebanyak apapun orang lain melukainya, ia tidak pernah meringis kesakitan. Wajahnya sel...