CHAPTER: 8

23.9K 2.3K 32
                                    

WARNING
|Typo bertabaran|
|Hasil iseng|
|Slow update|

"Aras emang kelaparan kak, soalnya cemilan Aras di buang sama kak Bayu." ucap Aras yang kembali memakan kue baloknya.

"Kok bisa sih sampai di buang, emang Lo ngemil apaan?" Kara.

"Tahu mercon kak, tahu crispy yang isiannya cabe setan. Lagi viral banget tuh makanan."

"Ya pasti di buanglah kalau makanannya kaya gitu, gak sehat dek. Kalau gw jadi bang Bayu, gw juga pasti buang karena bisa buat Lo sakit perut dek." ucap Kara yang membuat Raska menghentikan acara makannya.

Raska mendengar Kara memanggilnya dengan sebutan adek, ia merasa sedikit gejolak dihatinya. Entah Kara melakukannya secara sadar atau tidak, Raska bingung harus merasa senang atau takut dengan panggilan yang pernah membuatnya merasakan kekecewaan dulu.

Askara mengedarkan pandangannya pada sekeliling kamar Raska, ukurannya sangat luas hampir sama dengan luas rumahnya. Apalagi furniture mewah dan elegan di posisikan dengan baik dan mainan mahal juga tersusun rapi didalam etalase kaca berukuran sangat besar itu.

"Kalau kak Kara mau ambil aja?" kata Raska yang melihat Kara menatap isi lemari mainannya.

Kara terkejut, lamunannya seketika buyar. Ia melihat Aras yang masih fokus dengan makanannya, tapi dari mana anak itu tahu jika dirinya tengah memperhatikan mainan-mainan tersebut.

"Ah Lo kalau ngomong asal aja, gw tahu tuh mainan harganya pasti selangit. Yah walaupun gw jadi keinget anak-anak dipanti orang tua gw ." ujar Kara membayangkan betapa senangnya jika anak-anak itu di berikan hadiah berupa mainan.

"Aras serius kak, kalau gitu ambilin aja buat mereka. Nanti Aras minta bibi untuk ambilin kardus sebagai wadahnya." ucap Raska.

Pemuda itu turun dari kasurnya, berjalan menuju dekat meja belajarnya. Disana ada sebuah kotak berwarna putih yang ternyata adalah kulkas mini, Raska mengambil botol minuman yang seperti kopi dan menenggak habis isinya.

"Minum dulu kak.?" Raska melempar kaleng minuman bersoda pada Kara.

Untung saja pemuda itu memiliki refleks yang sangat baik, jika tidak mungkin Kara tidak bisa menangkap minuman tersebut dan berakhir dengan benjolan di jidatnya karena Raska melemparnya secara tiba-tiba.

"Makasih dek." singkat Kara.

Lagi-lagi Raska mendengar panggilan itu, ia tersenyum tipis sangat tipis sampai tidak bisa dilihat oleh orang lain. Sementara kakak kelasnya meminum minuman pemberian Raska, kemudian melihat Raska tengah mengetik sesuatu di ponselnya.

Tidak lama kemudian seorang maid datang membawa sebuah kotak kardus berukuran sedikit besar, Raska menerimanya dan mulai memasukkan beberapa mainannya kedalam kardus tersebut.

Kara hanya diam, dia masih memperhatikan apa yang tengah di lakukan oleh Raska. Pemuda itu meletakkan kardus yang penuh dengan mainan dihadapan Kara sambil berkata.

"Kak Kara bawa ini dan kasih sama anak-anak panti di tempat kakak." ucap Raska.

"Tapi dek, mainan ini kan harganya sangat mahal gak sepadan dengan anak-anak di sana.?" ujar Kara.

"Gak papa kak, ambil aja. Raska ikhlas. Lagian Raska juga gak pernah maininnya, mubadjir kalau cuma buat pajangan. Mending buat mereka, kalau mereka senang sama pemberian Aras, pahala juga untuk Aras." ucap Raska panjang lebar, membuatnya menarik nafas dalam-dalam untuk mengisi kembali paru-parunya.

Askara kembali terdiam, perubahan dalam diri Araska membuatnya merasa aneh sekaligus terkejut walaupun ia sendiri merasa senang dengan perubahan itu. Ia sama sekali tidak tahu sisi kemanusiaan yang dimiliki pemuda tersebut, karena selama ini Araska selalu terlihat cuek, berandalan dan selalu ribut dengannya saat bertemu.

ARASKA (Give Me Your Life) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang