20 : Awal Baru

17.7K 2.4K 115
                                    

Juno membuka jendela lebar-lebar, supaya ada udara segar yang bisa masuk. Kipas angin di dalam kamar menyala sejak pagi. Meskipun Juno sudah mengenakan celana pendek dan kaus longgar, tetapi udara panas tetap membuatnya berkeringat. Musim panas di Jepang hampir sama dengan udara panas Jakarta. Tadi pagi Juno melihat layar ponsel yang menunjukkan suhu 35 derajat celcius. Padahal bulan lalu, ketika laki-laki itu menginjakkan kaki di negeri sakura itu, udara masih belum sepanas ini.

Kamar yang Juno sewa tidak terlalu besar, mirip apartemen studio pada umumnya. Setidaknya cukup untuk satu kasur berukuran single, satu lemari, satu meja belajar, dan dapur mini. Juno harus menghemat untuk biaya hidup di sana, apalagi ia hanya bisa mengandalkan dari uang tunjangan beasiswa. Lebih baik tempat tinggal yang tidak terlalu besar daripada ia tidak bisa makan.

Laki-laki itu bergerak ke dapur, menyugar rambut kemudian membuka kulkas. Ia mengambil sebotol air mineral dingin yang sudah ia masukkan ke dalam kulkas sejak semalam. Setelah menelan beberapa teguk air, Juno merasa sedikit lega. Ia sedikit tersenyum ketika menutup kulkas. Ia melihat dua lembar foto sejajar yang ia sematkan di pintu kulkas menggunakan magnet. Satu lembar fotonya bersama mama dan Kak Jerry, yang diambil beberapa hari sebelum keberangkatan. Satu lembar foto lagi adalah fotonya bersama Kaila di atas panggung, yang ia ambil dengan paksa dari adik kelas OSIS setelah acara fashion Agustus tahun lalu. Juno teringat bahkan ia harus sedikit mengancam supaya adik kelasnya itu tidak membocorkan pada siapa pun kalau Juno meminta foto itu.

Juno membawa botol air mineral dinginnya ke meja belajar. Ia melihat deretan buku di atas meja. Ada satu buku yang ia letakkan paling depan. Album kenangan dengan tanda tangan Kaila di sampul depan. Laki-laki itu memejamkan mata dan mengembuskan napas perlahan. Ia mengacak rambut frustrasi seraya merutuki diri sendiri. Pengecut.

Ingatan laki-laki itu berputar kembali ke kejadian beberapa tahun lalu. Saat ia masih mengenakan seragam putih biru, dan hampir setiap hari Kak Jerry bercerita tentang muridnya yang bernama Kaila. Kakaknya itu menyukai gadis bernama Kaila. Juno muak mendengar kakaknya itu menceritakan tentang Kaila. Juno hampir tahu semua tentang Kaila dari mulut kakaknya itu. Perempuan manis dengan tahi lalat kecil menggemaskan di ujung bibir, rambut hitam panjang yang selalu terikat. Kaila yang berulang tahun satu hari setelah tahun baru, bahkan ia juga tahu Kaila yang menyukai buah strawberry.

Cerita-cerita tentang Kaila mulai berhenti ketika gadis itu tidak lagi les dengan Kak Jerry. Cerita terakhir dari Kak Jerry yang disampaikan padanya adalah Kaila yang masuk di SMA yang sama dengan Juno. Juno tidak perlu bersusah payah untuk menemukan perempuan yang bernama Kaila. Satu hal yang sepertinya Kak Jerry tidak tahu tentang Kaila adalah gadis itu sangat ceroboh. Kini Juno paham, kemungkinan Kaila memang hanya menunjukkan sikapnya yang baik-baik saja di hadapan Kak Jerry karena gadis itu menyukai kakaknya.

Juno ingat pertemuan pertamanya dengan Kaila. Ketika masa-masa pengenalan lingkungan sekolah, seharusnya mereka ditugaskan untuk meminta tanda tangan sepuluh kakak kelas OSIS, tetapi yang dilakukan gadis itu justru hanya meminta tanda tangan ketua OSIS. Hari itu, Kaila mendapat hukuman untuk menyanyi di depan para siswa lain. Bukannya malu atau apa, Kaila justru dengan percaya diri menyanyikan lagu Rossa, Hati yang Kau Sakiti. Rasa percaya dirinya semakin terlihat ketika dengan lucunya ia bertanya, siapa di sini yang pernah diselingkuhi? Hingga akhirnya gadis itu bisa membuat satu lapangan ikut bernyanyi bersamanya. Lagu yang seharusnya membawa suasana sedih, menjadi menyenangkan karena Kaila. Sejak saat itu, Juno merasakan debaran aneh di dadanya. Kaila, gadis yang menarik, jauh lebih menarik dari apa yang Kak Jerry ceritakan.

Lamunan Juno terhenti ketika ponselnya berdering. Ia menatap nama Kak Willy di layar ponsel. Juno hampir lupa kalau senior yang sudah dua tahun tinggal di Jepang itu, memintanya untuk berkumpul bersama mahasiswa Indonesia lain yang kuliah di Universitas Tokyo malam ini. Padahal mereka satu apartemen, dan Kak Willy masih tinggal satu lantai dengan Juno. Dengan cepat, Juno menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang