3 : Undang-Undang

32.5K 4.2K 363
                                    

Ketika Kaila datang ke kelas, Juno sudah ada di bangkunya. Laki-laki itu sedang membaca buku, entah buku apa. Namun, bukan itu yang membuat Kaila sampai harus mengerjap beberapa kali. Sinar matahari pagi yang menyusup melalui jendela kelas dan sedikit menyinari wajah Juno, membuat laki-laki itu terlihat semakin tampan. Wah, pantesan si Juno jadi idola para siswi di sekolah.

Dengan langkah santai, Kaila datang untuk duduk di kursinya sendiri. Teringat kesalahannya kemarin, akhirnya Kaila memanggil Juno dengan menyentuh punggung laki-laki itu. Tidak lagi menggunakan pulpen yang berpotensi membuat seragam Juno jadi tercoret, ia memilih menggunakan ujung jarinya sendiri.

"Juno."

Tanpa banyak bicara, laki-laki itu membalik tubuhnya.

Kaila buru-buru mengambil coklat dari tasnya dan menyodorkan di depan Juno. "Ini coklat punya lo. Nggak tahu kenapa ada di tas gue."

Juno tidak memberi respons. Laki-laki itu hanya menatap coklat dan Kaila bergantian. Kaila sampai merinding. Gadis itu menelan ludah dengan susah payah. Nggak mungkin kan kalau Juno...

"Juno. Sumpah! Bukan gue yang nyuri! Gue nggak nyuri coklat lo. Tiba-tiba aja ada di tas gue. Kayaknya ada orang bego yang salah taruh coklat itu di tas gue. Padahal tujuannya ke lo. Beneran deh, sumpah! Gue nggak ambil coklat lo! Bukan karena gue pernah ambil jus alpukat lo, jadi gue ambil coklat lo juga. Gue bisa beli coklat sendiri kok." Kaila menggelengkan kepala dengan kuat. Tentu saja ia tidak mau dituduh sebagai pencuri coklat.

Juno berdehem kecil. "Ambil aja."

"Eh?" Kaila mengedipkan mata dua kali dengan cepat. "Kenapa?"

Juno mengambil tas ransel yang diletakkan di samping meja dan menunjukkan isinya pada Kaila. "Kepenuhan."

Kaila melihat isi ransel Juno. Astaga! Isinya banyak banget! Bukan banyak buku atau apa. Tapi banyak makanan dengan pita-pita warna merah muda. Kaila menduga Juno mendapat itu dari para penggemarnya.

"Eh. Tapi ini nggak ada peletnya kan?" Kaila menggoyangkan coklat nyasar yang masih ada di tangannya. "Kalau gue kena pelet, terus naksir sama yang ngasih gimana?"

Juno menggaruk alis kanannya. Kaila dapat melihat laki-laki itu memasukkan kedua bibirnya ke dalam, seperti menahan tawa. Emangnya ada yang lucu ya?

"Juno, kalau mau ketawa, ketawa aja," ucap gadis itu.

Laki-laki itu kemudian berdehem dan kembali memasang wajah datar. Kaila hanya mengedikkan bahu melihat tingkah Juno. Ya sudah, kalau memang Juno nggak mau tertawa.

"Oh ya, Juno. Boleh minta satu hal nggak?"

"Ya?"

"Itu. Ada kinder joy di tas lo. Boleh buat gue juga? Atau dituker aja deh sama coklat ini." Kaila menyodorkan kembali coklat nyasar itu ke arah Juno. "Itu... Masalahnya... Gue belum pernah makan kinder joy."

Kaila membuang harga dirinya jauh-jauh untuk berkata belum pernah mencicipi camilan berbentuk telur itu. Bukannya tidak mampu beli, tapi dia lebih ke sayang uang sakunya kalau hanya untuk mendapat camilan berisi sedikit itu. Kaila lebih suka beli ciki, dengan harga yang sama tapi bisa makan sepuasnya.

Juno menoleh ke kanan dan kiri. Kemudian ia meletakkan ranselnya ke atas meja Kaila dan membukanya lebar-lebar. "Ambil aja yang lo mau. Tapi jangan bilang siapa-siapa."

Kaila ikut menoleh kanan dan kiri. Hanya ada mereka berdua di dalam kelas itu. Kaila paham, tentu saja Juno tidak ingin menyakiti hati para fansnya. Ia tidak ingin mereka tahu kalau hadiah yang mereka berikan untuk Juno, akhirnya berhenti di tangan Kaila.

Mata Kaila berbinar melihat banyak camilan manis di dalam tas Juno. "Asyik. Camilan gratis! Makasih ya, Juno!"

~~~

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang