24 : Pulang

15.4K 2.3K 105
                                    

Juno tidak membawa banyak barang, hanya ada satu ransel berukuran sedang di punggung. Untuk menghemat uang saku, Juno memilih penerbangan paling murah. Artinya ia harus rela transit di Singapura, dan sedikit bermalam di Changi airport. Juno juga harus bersiap untuk saling berebut mencari celah di snooze lounge, atau terpaksa tidur di kursi tunggu biasa jika tidak kebagian kursi. Sebenarnya ada saja penerbangan langsung Tokyo-Jakarta yang memakan waktu tujuh jam penerbangan, tetapi Juno hanya bisa menggelengkan kepala ketika biaya yang dipakai dua sampai tiga kali lipat penerbangan dengan transit.

Laki-laki itu sudah menyiapkan semuanya di ransel. Satu selimut tipis, untuk menghindari dinginnya lounge Changi airport. Satu pakaian untuk ganti besok pagi, tidak perlu bawa banyak baju karena di Jakarta masih ada banyak bajunya. Ia juga membawa satu set sikat gigi dan pasta gigi, serta sabun cuci muka, tak lupa juga parfum. Beberapa camilan halal dari Jepang untuk oleh-oleh juga turut mengisi ruang di ransel itu. Ia juga sudah memilih pakaian yang sangat nyaman, celana jeans panjang abu-abu, dan kaus longgar berwarna putih, dilapisi jaket baseball berwarna hitam dengan lengan warna putih.

Suasana bandara internasional Narita sore itu sangat padat. Mungkin karena musim libur musim panas, beberapa orang akan pergi meninggalkan negeri matahari terbit itu, mungkin juga orang-orang Eropa atau Amerika yang justru ingin liburan ke Asia dan menjadikan Jepang tujuan favoritnya. Juno sendiri hanya mengeratkan ransel dan memasang sepasang earbuds di telinga. Ia membiarkan musik soul mengisi indra pendengarannya, mengabaikan orang-orang yang berpapasan, dan hanya fokus untuk masuk ke bandara yang padat itu.

Fokus Juno terhenti ketika ia merasakan ada yang menarik ranselnya. Laki-laki itu refleks membalik badan sebagai respons bahaya, bersiap melayangkan tinju kepada siapa pun yang ingin merebut tasnya. Namun, ketika ia menoleh, ia hanya mendapati gadis mungil berambut pendek dengan tiga tindik di telinga kanannya. Widi berdiri di sana dengan kaus merah muda dan kardigan hitam, menyengir lebar pada Juno.

"Dengerin apa sih? Aku panggil dari tadi nggak kedengaran sama sekali," ucap Widi. Senyuman kecil menghiasi wajah mungilnya.

Juno membalas senyuman gadis itu, lalu melepas earbuds yang sejak tadi menyumbat telinganya. Ia melirik sekilas koper kecil berwarna rosegold yang Widi bawa di sisi kanan. Bukannya merasa terlalu percaya diri, awalnya Juno mengira Widi akan mengantar keberangkatannya ke Indonesia. Namun, dari penampilan gadis itu, sangat jelas tujuannya bukan untuk mengantar Juno di bandara, tetapi mungkin Widi juga ingin ikut pulang ke Indonesia bersamanya.

"Kamu mau pulang ke Jakarta juga?"

Gadis itu mengangguk. 

"Sama aku?" tanya Juno masih tidak percaya dengan jawaban Widi.

Widi mengangguk sekali lagi.

"Bukannya kamu mau ke Haneda?" Juno tidak berhenti melayangkan pertanyaan.

Masalahnya adalah ia ingat jelas kalau Widi ingin pulang naik pesawat tanpa transit yang harganya tiga kali lipat harga tiket Juno. Pesawat yang Juno maksud berangkat dari bandara internasional Haneda, yang justru jauh lebih dekat dari universitas daripada harus ke Narita. Jarak universitas ke Haneda airport hanya memakan setengah jam perjalanan dengan taksi, sementara kalau ke Narita harus perjalanan satu jam dari universitas. 

"Nggak jadi. Aku beli tiket yang sama kayak kamu," jawabnya.

Juno mengangguk singkat. Kemudian menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Ya udah, ayo masuk sekarang kalau nggak mau ketinggalan pesawat."

~~~

Tujuh jam perjalanan dari Jepang ke Singapura. Ketika menginjakkan kaki di bandara Changi, waktu di ponsel Juno menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh menit malam. Ia memaksa kakinya yang sedikit berat karena terlalu banyak duduk di pesawat untuk segera berjalan cepat dan mencari snooze lounge. Widi yang mengekori di belakang Juno ikut mengambil langkah lebar sambil menggeret koper kecilnya. 

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang