13 : Taruhan

18.4K 2.4K 131
                                    

Langkah Kak Jerry dan Kak Reva semakin dekat. Berbeda dengan raut wajah Kaila dan Juno yang seakan penuh ketegangan dan tekanan, raut wajah Kak Jerry dan Kak Reva terlihat lebih ceria. Senyuman keduanya tidak luntur sejak tadi.

"Kak. Ngapain lo ke sini?" tanya Juno.

"Pingin lihat lo di atas panggung lah." Jawaban Kak Jerry terdengar sangat ringan di sela senyumannya. "Kan mumpung kantor libur."

"Gue juga. Pingin lihat lo jadi model sekolah," sahut Kak Reva sambil terkekeh. Kekehan yang terdengar menyenangkan dari suara indahnya.

Dua manik mata Kak Reva berpindah dari Juno ke Kaila. Perempuan itu menatap Kaila dengan wajah ramahnya. "Oh, ini yang namanya Kaila ya? Jerry cerita kalau muridnya mau tampil di panggung bareng Juno."

Kaila hanya bisa tersenyum dan mengangguk kaku untuk menjawab pertanyaan Kak Reva. Otak Kaila masih sulit diajak berpikir sejak mendengar perngakuan Juno tadi. Isi kepalanya masih dipenuhi rutukan terhadap diri sendiri dan juga masih terbayang ekspresi Juno yang menatap Kak Reva di kejauhan. Tatapan penuh kasih sayang sekaligus kesedihan karena cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Muka kalian berdua tegang banget setelah tampil. Kantin buka nggak? Beli minum dulu yuk." Kak Jerry berucap seraya menggandeng tangan Kak Reva. 

Kaila menyadari itu, tetapi bukan itu kekhawatirannya. Pusat kekhawatiran Kaila terpaku pada Juno yang juga menyadari tautan tangan sepasang kekasih di depannya. Gadis itu memahami perasaan sakit yang mungkin Juno rasakan saat ini karena Kaila juga merasakan hal yang sama. Hatinya ikut sesak melihat Juno yang masih menaruh harapan pada Kak Reva.

"Aku nggak ikut deh, Kak. Mau ke kelas aja, ganti baju." Kaila menarik-narik ujung bajunya berusaha menunjukkan kalau dia tidak nyaman dengan pakaiannya saat ini, sekaligus sedikit menghentakkan kaki yang terbalut sepatu hak tinggi supaya orang-orang itu paham kalau ia ingin segera menggantinya dengan sepatu sekolah.

"Nanti nyusul aja, Kaila. Kita tunggu di kantin," sahut Kak Reva.

Cukup. Kaila merasa ia sudah cukup berurusan dengan dua bersaudara itu. Ia tidak ingin berurusan dengan Kak Jerry apalagi Juno untuk hari ini. Ia harus berkilah dan kabur dari situasi yang sangat canggung ini.

"Setelah ini, aku ada janji pergi sama temenku, Gami, Kak. Maaf ya, maybe next time," tolak Kaila dengan senyumannya yang masih terlihat kaku. Alasannya cukup masuk akal. Karena setelah lomba, para siswa sudah diperbolehkan pulang. Pemenang akan diumumkan hari Senin depan saat upacara.

"Gue juga, Kak. Gue mau lihat lomba catur setelah ini," ujar Juno.

Baik Kak Jerry atau Kak Reva menganggukkan kepala. Mungkin sedikit kecewa karena mendapat penolakan dari Kaila dan Juno. Padahal keduanya sudah menyempatkan diri datang ke sekolah untuk menemui Juno.

"Kaila!"

Senyuman kaku Kaila mendadak luntur ketika mendengar teriakan namanya. Teriakan berasal dari Gami yang berada jauh di balik punggung Kak Jerry. Gadis itu sedikit berlari untuk menghampiri Kaila, membuat poninya bergoyang dan agak berantakan. Kaila melebarkan mata dan menggoyangkan bola mata ke kanan kiri, memberi isyarat pada Gami supaya membawanya pergi dari tempat itu. Ia berharap kodenya sampai pada Gami. Sementara Gami mengerutkan kening beberapa detik, kemudian melirik bergantian secara sekilas ke arah Kak Reva, Kak Jerry, lalu Juno.

"Kai, lo ke mana habis ini? Gue sama Mario mau jalan nih, makan siang doang sih paling. Dia udah kelar lomba basket. Mau ikut? Kalau mau, gue cariin tebengan."

Kedua bahu Kaila turun. Gadis itu hanya bisa mengembuskan napas panjang. Kodenya tidak sampai ke Gami. Tentu saja kebohongannya terbongkar. Apalagi dengan Gami yang masih memakai seragam sekolah, dengan bordir nama GAMI ATHALYA di dada kanannya. Padahal tadi Gami dijadikan objek alasannya untuk pergi dari sini, ternyata Gami justru akan pergi dengan Mario.

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang