26 : Kenangan Lama

17.1K 2.3K 34
                                    

Sepasang sepatu kets berwarna abu-abu sudah siap di teras rumah. Pagi itu Juno mandi lebih pagi. Setelah sarapan, sibuk mencari pakaian yang akan dipakai seharian nanti. Pilihannya jatuh pada kaus polo senada dengan sepatu dan celana jeans hitam. Tak lupa juga ia memakai topi baseball warna hitam yang sudah lama tidak ia sentuh.

"Juno, udah siap?" Mama Juno bertanya, setengah badannya mengintip dari balik pintu.

Sekali lagi Juno menatap wajahnya pada pantulan cermin. Sekali lagi pula ia menyemprot parfum ke pergelangan tangan membuat aroma kayu-kayuan menyeruak keluar, memastikan laki-laki itu wangi untuk pergi hari itu.

"Udah, Ma."

"Kaila udah di depan."

Juno menganggukkan kepala. Setidaknya ia harus berpenampilan baik hari ini. Jaga-jaga jika bertemu dengan orang bernama Satya itu. Tentu saja Juno tidak ingin kalah dengannya. Juno segera berjalan ke teras dan melihat Kaila sudah berdiri di sana dengan rambut terikat seperti biasanya. Celana jeans abu-abu dengan kemeja biru langit oversize menjadi pilihan gadis itu hari ini. Bibirnya sedikit dipoles lipstik merah muda, cocok dengan kulitnya yang putih.

"Wangi amat. Baru mandi ya lo," celetuk Kaila.

"Udah dari tadi. Wangi parfum aja ini." Juno menghirup badannya sendiri. Pertanyaan dari Kaila tadi membuatnya berpikir apakah parfum yang ia pakai terlalu berlebihan? Ah, entahlah. Laki-laki itu berusaha mengabaikan dan memakai sepasang sepatu ketsnya.

"Jadi mau berangkat sekarang?" tanya mama Juno yang sejak tadi mengekori putra bungsunya.

"Iya, Tante. Biar nggak kemaleman nanti," jawab Kaila.

"Aduh. Tante jadi nggak enak sama Kaila. Maaf ya, Jerry jadi ngerepotin. Itu anak malah masih kerja aja, udah tinggal berapa hari padahal."

Kaila tersenyum dan menggelengkan kepala. "Nggak kok. Biarin aja Kak Jerry dan Kak Reva mepet hari H cutinya. Supaya honeymoon lebih lama."

"Ya udah deh, Ma. Kita berangkat ya."

Juno berdiri untuk mengecup punggung tangan mamanya. Kaila juga ikut untuk berpamitan.

"Ya, hati-hati, Nak."

Kaila keluar pagar dan Juno mengikuti. Setelah Juno menutup pintu pagar, ia melihat Kaila menyodorkan kunci mobil tepat di depan wajah laki-laki itu.

"Maksudnya?"

Kaila sedikit memiringkan kepala ke kiri. "Nyetir."

Bola mata Juno bergerak bergantian, menatap kunci mobil dan mobil warna hitam yang terparkir di depan rumahnya. Bukannya tidak mau, tetapi ia sudah lama tidak menyetir. Kak Jerry memang mengajari Juno menyetir, dan laki-laki itu juga sudah mengantungi SIM A bersamaan dengan SIM C miliknya. Meskipun di Jepang jalur pengendara di sebelah kiri dan setir di sebelah kanan sama seperti Indonesia, tetapi satu tahun di Jepang ia tidak lagi menyentuh setir mobil. Kebanyakan jalan kaki, naik subway, atau sewa sepeda. Menyetir itu perkara jam terbang.

Juno mengambil kunci mobil itu dengan percaya diri. Setidaknya ia masih punya rasa malu yang besar. Tidak ingin Kaila yang menyetir ke Bandung, sementara ia hanya duduk manis di kursi penumpang. Setelah kunci berpindah tangan, Kaila berbalik dengan raut wajah ceria, memunggungi Juno, lalu masuk ke kursi penumpang, tanpa tahu kalau ia mempercayakan hidupnya ke supir amatiran.

"Bismillah, bismillah," gumam Juno tanpa terdengar Kaila.

Juno semakin gugup ketika mesin sudah menyala dan kedua tangannya menyentuh setir mobil. Satu hal lagi yang membuat laki-laki itu semakin berkeringat dingin. Mobil Kaila tipe automatic, sementara mobil almarhum papa yang sering dipakai Kak Jerry sekaligus mobil yang ia pelajari adalah mobil manual. Perlahan Juno melepas kaki kanan dari pedal rem, mobil itu mulai bergerak. Kemudian ia memindah kaki kanan ke pedal gas.

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang