Epilog

21.9K 2.1K 52
                                    

Suara rengekan bayi terdengar menusuk telinga. Sudah hampir lima menit Juno mencoba menenangkan bayi itu dalam dekapannya, tetapi suaranya tetap memenuhi ruangan.

"Ssst. Ssstt. Eza, diem dong. Kamu kenapa?"

Bayi laki-laki berusia enam bulan itu tetap menangis. Juno bergerak ke kanan dan ke kiri, sementara kedua tangannya penuh dengan bayi gemuk yang menggemaskan.

"Kamu laper ya?"

Tentu saja bayi itu tidak menjawab, justru tangisannya semakin kencang. Laki-laki itu menatap ke sekeliling ruangan. Tidak ada orang di sana. Juno tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Laki-laki itu sedang berada di kamar hotel, tidak mungkin kan memanggil resepsionis hanya untuk menenangkan bayi?

Kegelisahan Juno sepertinya sampai dirasakan Eza. Bayi gemuk itu menggerakkan kedua kakinya, mencoba terlepas dari dekapan Juno. Di tengah usaha Eza untuk melepaskan diri, akhirnya Juno paham apa yang bayi itu inginkan. Juno menghirup aroma tidak sedap ketika kedua kaki Eza dihentakkan dengan kasar.

"Oh, kamu pup ya. Pantesan rewel."

Dengan cekatan, tangan kanan Juno mengambil perlak, tisu basah, dan kantung sampah. Kemudian, ia meletakkan Eza ke atas perlak dengan hati-hati dan mulai mengganti popok bayi enam bulan itu. Juno sudah terbiasa dengan pekerjaan ini, mengganti popok sudah seperti pekerjaan sehari-hari. Ia menggulung kemeja putihnya sampai ke siku dan mulai mengganti popok.

Samar-samar, Juno bisa mendengar suara berisik dari luar kamar. Suara celetukan dua orang perempuan yang kemudian ditimpali dengan suara tawa. Ia tahu persis siapa pemilik suara itu.

"Aduh, anak gue bangun? Gue kira bakal lama tidurnya."

Juno tersenyum kecil dengan tangan yang masih bergerak mengganti popok Eza.

"Sengaja kan lo, Kak. Bisa-bisanya tinggalin Eza sama gue sendirian."

"Ih, maaf dong," timpal Kak Reva. "Gue cuma temenin mama sambut tamu bentar."

"Sekali-sekali lah, Jun. Jarang kan kamu ganti popok Eza," sahut mama Juno sambil terkekeh.

Juno mendelik ke arah mamanya dan Kak Reva. Ia melayangkan protes dengan tatapannya.

"Jarang apanya? Ini aku hampir tiap hari deh kayaknya." Juno terus menggerutu, meskipun begitu pekerjaannya tetap selesai dengan cepat. Eza sudah tidak menangis lagi, mungkin lega popoknya sudah diganti dengan popok bersih.

"Udah, udah. Buruan lo cuci tangan. Siap-siap. Penghulunya udah datang."

Juno mengembuskan napas panjang. Hari ini adalah hari besarnya. Kaila akan resmi menjadi istrinya, pendamping hidup yang akan menemaninya sampai tua nanti. Sejak subuh tadi, Juno memang sudah gugup. Ia sudah terlalu tegang, tidak bisa tidur sampai leher belakangnya terasa kaku. Namun, sejak Eza menangis dan Juno mengganti popok tadi, ketegangannya berangsung memudar. Sepertinya Eza tahu apa yang dibutuhkan Juno saat ini, yaitu pengalihan.

"Kak Jerry mana?" tanya Juno.

"Bentar lagi datang. Habis nyambut penghulu. Bentar lagi dia naik."

Bersamaan dengan jawaban Kak Reva, pintu kamar kembali terbuka. Kak Jerry dengan setelan jas berwarna hitam masuk ke dalam kamar.

"Nah itu dia."

Kak Jerry memberi kode dengan matanya, menunjukkan bahwa ini saatnya turun ke bawah. Juno mengangguk, kemudian ia bergegas ke kamar mandi dan mencuci tangan. Ditatapnya wajah tegang itu dari pantulan cermin. Ia berbisik pada dirinya sendiri, memberi semangat, dan memberi keyakinan bahwa semuanya akan lancar dan baik-baik saja.

Setelah Juno memakai jas putih dan peci putihnya, akhirnya Juno turun ke bawah. Ke tempat pertemuan di lantai satu yang sudah didekorasi menjadi cantik dengan dominan warna merah muda, sesuai keinginan Kaila.

Juno melangkah ke depan, menuju meja akad yang dikelilingi beberapa kursi. Di sisi kiri Juno, ada mamanya yang terus mendampingi langkah. Sementara, Kak Reva dan Kak Jerry mengikuti di belakang. Eza sudah dititipkan ke sepupu mereka tadi. Sementara itu, di sisi kanan dan kiri Juno sudah ada beberapa orang tamu yang mengambil kesempatan untuk mengambil foto dan video. Juno berjalan perlahan, menyesuaikan dengan arahan MC.

"Pengantin perempuan silakan masuk."

Seruan MC membuat Juno menelan ludah dengan susah payah. Kaila masuk diiringi kedua orang tuanya di sisi kanan kirinya. Lagu-lagu yang semula terdengar jelas, mendadak samar. Tamu-tamu yang tadinya terlihat banyak, kini memudar. Fokus Juno hanya tertuju pada pengantinnya. Perempuan itu memakai kebaya putih, rambut hitam panjangnya disanggul rapi dihiasi siger sunda. Gadis itu menatap Juno, tersenyum cantik.

Perjuangan Kaila untuk mendapatkan Juno tidak main-main. Juno bersyukur gadis itu tidak menyerah di tengah jalan. Juno menyayangi gadis itu. Ia rasa ia akan selalu jatuh cinta setiap harinya pada Kaila.

__________________________

Halooo. Akhirnya aku bisa tamatin cerita ini huhuu 😭
Makasih yang sudah selalu menemani cerita ini dari awal on going, nungguin update dari aku yang mood2an ini. Ya ampun ga terasa, menemani Juno Kaila dari SMA sampai menikah.
Aku sayang kalian, makasih banyak 💚
Sehat selalu yaaa..
Sampai jumpa di ceritaku yang lainnya 🤗

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang