35 : Rendah Diri

15K 2K 54
                                    

Juno tidak bisa tidur. Sudah lewat tengah malam dan hampir pagi. Padahal sudah dua jam lalu ia tiba di apartemen. Bukannya tidak mencoba. Juno sudah berusaha memejamkan mata tetapi suara detik jam terasa sangat mengganggu, sampai ia mengeluarkan baterai dari benda bulat di dinding itu. Juno juga sudah mencoba minum susu hangat supaya tenang, tetapi kasur yang biasa ia tiduri, malam itu terasa keras dan tidak nyaman.

Astaga, sejak tadi pikirannya terlalu gelisah. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika bertemu dengan gadis itu besok. Banyak pertanyaan yang cenderung penuh kekhawatiran dalam benaknya. Apa ciumannya tadi sudah bagus? Apa Kaila menyukainya atau justru tidak menginginkannya lagi? Bagaimana kalau gadis itu menganggap Juno polos, kaku, dan membosankan? Apa seharusnya tadi ia minta izin dulu sebelum mencium gadis itu? Apa Kaila sudah tidur? Apa Juno perlu bertanya?

Laki-laki itu menggelengkan kepala. Tidak. Bertanya hanya membuatnya tampak jelas bahwa Juno amatiran. Lagi pula, mungkin sekarang Kaila sudah tidur. Lebih baik Juno juga tidur. Juno merutuki isi kepalanya yang tidak bisa berhenti berputar. Padahal tubuhnya lelah dan meminta untuk istirahat. Namun, isi kepalanya terus membuatnya terjaga. Semangkuk ramen seafood yang ia makan di bandara tadi juga rasanya tidak bisa tercerna dengan baik. Kaila banyak diam, tidak seperti biasanya. Hal itu membuat Juno semakin kepikiran. Sampai di hotel pun, gadis itu cuma mengucap selamat malam dan sampai jumpa besok.

Kaila. Kaila. Juno merasa bisa gila karenanya.

Ponsel Juno di atas nakas bergetar beberapa kali, menandakan beberapa pesan yang masuk. Laki-laki itu mengernyit, siapa yang menghubunginya selarut ini. Buru-buru ia mengambil benda persegi panjang itu dan membuka pesan.

Kaila
Juno. Udah tidur?
Aku mau bilang ini, tapi nunggu kamu tidur.
Hari ini aku seneng banget!
Bisa main ski dan ke festival salju.
Makasih ya, Sayang.
Aduh, aku malu mau ngomong ini hahaa.
Tapi aku akan tetep ngomong sih.
Aku seneng banget karena kamu buat
ciuman pertama aku terasa indah dan
menyenangkan. Aku nggak akan lupain hari ini.
Sweet dreams, Sayang.

Juno tersenyum membaca pesan dari gadisnya. Kekhawatirannya sia-sia. Tentu saja Juno juga tidak akan melupakan hari ini. Festival salju Sapporo akan selalu menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Juno
La, mau video call nggak?

Kaila
Lah! Ternyata belum tidur?
Nggak! Nggak mau vc! Maluuu!!!
Sampai ketemu besok!!

Juno
Ya udah, nggak papa.
Selamat tidur, Sayang.

Meskipun Juno ingin mendengar suara dan melihat wajah Kaila, tetapi Juno menghargai keputusan gadis itu. Ia tidak akan memaksa. Toh, perasaannya sekarang sudah jauh lebih lega karena ternyata Kaila merasakan hal yang sama dengannya. Perasaan bahagia.

~~~

Sudah empat hari Kaila berada di Jepang. Hari-hari Juno yang biasanya berjalan lambat, empat hari ini waktu Tokyo berasa sangat cepat. Hari ini Juno menemani Kaila dan keluarganya untuk pergi mencari oleh-oleh. Keduanya sudah berada di Nakamise Shopping Street sejak pagi. Jalanan dengan deretan pertokoan yang menjual berbagai barang, mulai dari kebutuhan sehari-hari sampai barang unik khas Jepang yang bisa dijadikan oleh-oleh.

Di tangan Juno sudah ada dua kantung besar yang berisi oleh-oleh dan di tangan Kaila juga ada dua kantung yang berukuran lebih kecil. Meskipun di tangan mereka sudah banyak barang, dua orang itu masih mengekori orang tua Kaila. Pasangan suami istri itu masih beberapa kali masuk toko suvenir.

"Ma, udah dong. Ini udah banyak banget," gerutu Kaila. "Nanti kita harus tambah bagasi nggak nih?"

Mama Kaila mendengkus. "Ih itu baru buat temen arisan aja sama temen kantor Papa. Mama belum cari untuk keluarga budhe Yuni sama keluarga tante Mia. Terus buat Gami sama Mario juga belum kan? Buat mama Juno juga belum dapat apa-apa."

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang