Extra Part 3

26.9K 2.6K 173
                                    

Halo aku balik lagi..
Ini cerita pertama aku yg bisa tembus sampai 100rb mata hehehe.. Kaget sejujurnya, because I didn't try too hard for this story, beda sama cerita yg Coassing for Love yang risetnya sangat sulit. Tapi nggak papa, aku seneng banyak yang cinta sama Juno-Kaila. Sungguh, 1 minggu yang penuh kejutan. Karena cerita ini tamat di 11rb mata, nggak nyangka dlm seminggu bisa tembus 100rb mata. Love you 💚

Aku suka banget baca komen2 kalian.. Itu tingkatin mood aku banget! Makasih yaa 😁 maaf kalau aku ga bisa balas semua komentarnya, tapi aku baca semua komen kalian kok 💚

Coba dong cerita, gmn perjalanan kalian bisa ketemu sama Juno-Kaila ini?

___________________

"Kai, website nya bisa dipakai sore ini kan?"

Kaila menatap layar komputer, kemudian ia melemaskan otot-otot lehernya. Coding yang terpampang di layar segi empat itu membuatnya sakit kepala. Kemudian ia memutar kursinya untuk menoleh ke arah Kak Salma, manager bagian IT.

"Iya, Kak. Gue usahain on schedule," ucapnya.

Wanita berusia tiga puluh tahunan itu mengangguk. "Oke, kabarin ya kalau udah."

Tanpa menjawab, Kaila langsung kembali berkutat pada layar komputer. Jemari lentiknya bergerak cepat pada papan ketik tanpa menghiraukan sekitar. Pemeliharan website sudah sering dilakukan secara berkala, setahun tiga kali. Seharusnya ini mudah, kalau saja tidak ada tanda-tanda virus yang membuat kecepatan loading halaman jadi sangat super lambat. Seharusnya ini mudah, seandainya Kaila dalam kondisi sehat. Sayangnya, sejak pagi tadi, ia merasa tubuhnya seperti rontok, pegal di setiap jengkal tubuh.

Berkali-kali perempuan itu melemaskan otot leher dan tangannya. Sampai membuat Kak Salma menyadari itu.

"Kenapa lo, Kai? Pegel? Mau koyo?" tawarnya.

Kaila kembali menoleh. "Boleh, Kak."

Kaila beranjak dari kursi dan menghampiri meja Kak Salma. Atasannya itu membuka laci meja dan mengeluarkan sekotak koyo. Tak butuh waktu lama sampai dua plester panas itu berada di tangan Kaila.

"Makasih, Kak."

"Lo sakit?" tanya Kak Salma. Rautnya terlihat khawatir. "Muka lo pucat banget. Tadi siang gue lihat lo juga nggak makan banyak."

"Lagi nggak selera aja, Kak."

"Ya udah istirahat aja sana. Biar gue yang kelarin kerjaan lo," ucap Kak Salma. Perempuan yang rambutnya diwarnai coklat itu memiringkan kepala. "Lo lagi hamil ya? Gue perhatiin juga kayaknya lo salat terus. Gue udah datang bulan dua kali, lo belum juga datang bulan, kan?"

Kaila menggaruk alisnya. Sejujurnya ia juga menyadari hari merahnya yang tak kunjung datang. Hanya saja ia masih terlalu takut untuk memeriksa, takut kalau hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Keguguran yang sebelumnya juga hanya membuatnya merasa kecewa berkepanjangan dan ia sangat takut untuk merasa kecewa lagi.

"Nggak tahu deh ya. Belum periksa." Kaila hanya menyengir, tidak peduli jika dianggap bodoh.

"Ih, periksa lah. Pokoknya lo beli testpack, terus besok periksa. Kasian baby. Kalau emang positif, biar gue kurang-kurangin kerjaan lo," tutur Kak Salma.

Kaila mengangguk. Meskipun Kak Salma itu atasannya, tetapi ia sudah seperti kakak-adik dengan wanita itu. Apalagi ketika Kaila keguguran tujuh bulan lalu, Kak Salma bersikap sangat baik dan memberinya izin cuti tambahan sampai kondisi benar-benar Kaila pulih.

"Iya, Kak. Besok pagi gue periksa. Kalau perlu gue kasih tahu hasilnya ke lo."

Kak Salma tergelak tawa. "Nah gitu dong. Ya udah, lo istirahat aja sekarang. Biar gue yang pegang kerjaan lo."

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang